TMP 37 : Just Rileks

100 15 4
                                    

SEMINGGU berlalu, kesehatan trio kampret pulih dengan cepat, ya walaupun beberapa hari sudah bisa jalan-jalan sisanya dipakai untuk rebahan. Efek libur sendiri, malas gerak berkepanjangan. William menguap, saat matanya terbuka. Sosok lelaki muncul di hadapannya. Dengan senyuman yang bikin orang jijik. Dia bukan orang lain melainkan orang gila. Namanya Satria.

"Pagi honey," sapanya riang gembira. William mendorong wajahnya menjauh.

"Ngapain lo di sini?" William melototinya dengan galak.

Satria tertawa kecil. Dia mengusap rambut William. "Tentu saja ngerawat kamu."

"Geli bangsat! Jauh-jauh sana." Pakai cara halus tidak mempan terpaksa pakai pukulan bahkan tendangan. Kaki dan tangan William terkunci. Satria mendekatkan wajahnya, dengan cepat William menggelengkan kepalanya.

"Bundaaaa! Ada orang mesum nih!!! Help," serunya dengan suara nyaring. Satria menutup mulutnya dengan tangan. Matanya terbelalak, saat ini dia dalam bahaya besar.

"Mmmpp ... mmmh." Satria mengendus-endus aroma yang dirindukan. William menendang-nendang ke segala arah. Dia menggunakan giginya untuk menggigit telapak tangan yang menutupi.

Satria meringis. Tangan terlepas. William menyindir dengan sarkas, "Rasain!"

William berhasil lolos dari cengkeramannya. Dia berguling-guling, menjauh dari jangkauannya. Satria menegurnya, "Honey, hati-hati."

"Huwaaa ...." Naas, tubuh William terjerembab ke lantai. Dengan wajah nyungsep duluan. Kaki berada di atas. Satria tertawa terbahak-bahak.

"Bangsat!!!!!!!" Hujatan penuh makian dilontarkan. Satria menarik tangannya dan mendekapnya. Dia mengusap kepalanya dengan sayang.

"Cupcup jangan nangis. Nggak ada permen. Aku kan dah bilang hati-hati tapi kamunya ngeyel. Untung gak anemia."

"Huweee ... amnesia tulul!"  Satria mencubit bibirnya.

"Nggak boleh ngomong kasar. Ntar aku hukum lho," ujarnya dengan ancaman omong kosong. William menepis tangannya.

"Berisik! Cogans pusing."

Tiba-tiba ponselnya berdering, William mendorong Satria dan mencari telepon genggamnya. Dia mengecek pesan. Duduk membelakanginya. Tangan lain merangkul pinggangnya dan dagu yang menempel di bahunya, siapa lagi kalau bukan makhluk jadi-jadian.

William menyikut dengan sikunya. Satria tak bergeming. Pesan terbaca di depan mata.

Trinity Squad

Hendrik:
Bahaya geeeesss, sekolah kita diserang 😱😱😱😱😱

Bastian:
???????? Nyimak!

Hendrik:
Serius hey! Gue lagi ngumpet di kolong meja nih. Gangster muncul entah dari mana, tiba-tiba nyerang tim Warior 😱😱😱 helep woy

Bastian:
Lo di sekolah?

Hendrik:
Gue di depan gerbang sekolah biasa cari camilan. Buruan ke sini uy. Anak-anak Warior dikepung ges 😨😨

Bastian:
Ya lo bantuin lah! Gangster mana yang hadir? 😟

Hendrik:
Kurang tempe 😦 Gue nggak tanya weh. Apa perlu gue samperin mereka dan bertanya?

Bastian:
Gubluk dipelihara! Sebelum bertanya lo dah masuk liang lahat duluan yang ada

Hendrik:
Ebuset 😰 Meni horor pisan euy

The Mission Puzzle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang