TMP 05 : Penuh Misteri

312 45 7
                                    

"Gadis itu ...."

Mereka tercengang mendengar penjelasan William. Keduanya terkejut bukan main antara percaya dan tidak perihal si korban yang meninggal di kamar mandi. Rupanya perempuan itu yang ditemui William di ruang guru.

"Demi apa lo ... itu cewek? Ah, jangan nakutin gue dong Will yang bener kalau ngomong," sela Hendrik dengan wajah pucat.

"Dua rius! Gue yakin banget itu cewek yang gue lihat di ruang guru. Asli gue gak bohong." William mengangkat dua jari.

Hendrik duduk di bangku. "Trus apa maksudnya coba? Apakah ini pertanda atau sengaja diperlihatkan? Cogans pusing." William pun tak tahu, dia melihat Sebastian yang tak bersuara lantas mendekatinya.

"Bas, lo gak apa? Daritadi kok diam mulu. Tumben, gak lagi sariawan kan lo?" Dia mendongak dan tidak mengatakan apa pun. Tatapannya kosong. William menepuk-nepuk pipinya. "Sadar Bas! Lo itu kenapa sih? Jangan bikin kita khawatir dong," seru William panik melihat temannya tak bersuara seperti biasanya.

Hendrik menyela, "Keknya Bastian takut darah deh mangkanya dia diam mulu."

William menengok. "Serius lo? Bas, lo takut darah? Kenapa gak bilang daritadi? Bikin gue cemas aja. Hampir ajah gue siram lo pake air kobokan," canda William mencairkan suasana.

Semenit kemudian, Sebastian membuka suaranya dengan ragu sambil berucap, "Guys ... sebenernya gue ...."

"APAAAAA?!" jerit mereka histeris.

Seorang guru galak keluar dari kelas 11 IPA 1 sambil melotot ke arah mereka. "Dilarang berisik! Enyah kalian dari sini! Kembali ke kelas atau saya huku-" Ucapannya terpotong karena Trio kampret sudah melarikan diri.

......

Di dalam kelas

Trio Kampret berdiskusi sambil berbisik, "Serius lo liat begituan? Kagak boong kan lo," tutur William penasaran.

Sebastian mengangguk. "Iya, saat gue nengok ke belakang tepatnya di cermin gue liat sesosok perempuan berdiri. Serem banget njir mangkanya gue kabur ngejar kalian."

Hendrik mengusap lehernya yang berkeringat dingin. "Ebuset, kenapa sekolah kita jadi horor gini ya? Perasaan pas awal masuk ke sini nggak ada hal berbau mistis. Kenapa sekarang muncul ke permukaan? Apa gue yang kudet ya?" tanya Hendrik beruntun membuat dua kampret menoyor kepalanya.

"Kenapa malah curhat? Ini lagi serius Babon, elo malah main kuis sendirian," kelakar William dengan sengit. Dia bertanya lagi, "Lo tau gak tu cewek siapa?"

"Ya mana gue tau kan gue baru di sekolah ini! Seharusnya kalian dong yang tahu siapa itu cewek?" tanya Sebastian balik dengan nada sewot.

William menggelengkan kepalanya. "Gue juga gak tau cup, meskipun gue udah lama bersekolah di sini. Baru kali ini dapat kabar mengerikan."

"Capcup pala lo! Nama gue itu Sebastian G. Aldrick. Kenapa berganti jadi Ucup? Gak etis banget itu nama," cibirnya dengan kesal. William tertawa kecil.

"Ya, maap abis nama lo susah sih. Dah Ucup lebih bagus," cengirnya tanpa dosa. Sebastian melemparnya dengan tip-x sebagai balasan mereka bertiga saling lempar-lemparan barang.

Brak!

Trio kampret terkena hukuman karena tidak memperhatikan guru di depan alhasil keluar kelas, berdiri satu kaki di samping. Semua murid ips tertawa melihat kelakuan Trio kampret.

"Lo sih, Cup. Gue kena hukuman lagi kan," protes William.

"Sekali lagi lo bilang Ucup gue lempar lo ke jalanan biar kelindes truk sekalian," ujarnya dengan sumpah serapah.

"Apa salah dan dosaku sayang kenapa sial terus-menerus? Eh, jarang bersedekah nih," celetuk Hendrik sambil bernyanyi tak jelas. Hukuman diperpanjang karena Trio kampret berisik.

.......

Semua murid dipulangkan lebih awal dikarenakan harus menyelidiki kasus pembunuhan. Para saksi ditahan di ruang guru serta diinterogasi. Trio kampret ikut berpartisipasi. Mereka ditugaskan untuk mengumpulkan para tersangka. Petugas kepolisian sudah mengamankan tempat kejadian peristiwa dengan garis kuning dipasang di depan kamar mandi.

Seorang pria bernama Danil ditugaskan untuk menyakan kepada tersangka atau saksi untuk memperkuat bukti mengarah ke pelaku. Trio kampret berada di luar saat ini mereka mengintip di balik jendela.

"Siapa namamu?"

"Sindi, Pak."

"Anda siapanya korban?"

"Saya teman sebangkunya tapi saya gak tak tahu apa pun tentang semua ini lagian pas kejadian berlangsung saya berada di kantin," ungkapnya.

Pak Danil mencatat pengakuanya. "Next!"

"Saya Indri-teman ralat udah mantan sih, Pak karena Andin udah berubah banget semenjak dia punya gebetan baru, kami sudah tidak bertegur sapa lagi dan saya tidak tahu dengan semua ini," jelasnya acuh tak acuh.

"Selanjutnya!"

"Ricard."

"Nah, Richard apakah kamu tahu sesuatu tentang Andin? Coba jelaskan perihal hubunganmu dengannya?" tanya Pak Danil serius.

"Dua hari lalu Andin mengungkapkan rasa sukanya pada saya tapi saya menolak karena tidak menyukainya sama sekali. Setelah itu saya tidak tahu apa pun tentang masalah ini. Jika sudah selesai saya ingin pulang," jelas Richard datar.

Pak Danil mengangguk. Mereka bertiga dibubarkan dengan syarat meninggalkan nomor telepon serta alamat rumah sebagai jaminan. Trio kampret melongo mendengar penuturan ketiga tersangka.

Pak Danil keluar ruangan dan terkejut melihat tiga orang pemuda berdiri di depannya lalu bertanya, "Siapa kalian dan sedang apa di sini?"

"Kenalin saya William. Cogans terkece di sekolah ini. Kami sedang menyelidiki sebuah kasus yang rumit, Pak. Bisakah Anda menarik kesimpulan tentang jawaban yang mereka berikan?" Dua kampret bertepuk tangan. William selalu bertanya terus terang.

Pak Danil terbatuk pelan. "Kalian masih bocah! Belajar yang benar agar tidak bodoh. Biarkan kasus ini ditangani oleh kami yang berpengalaman. Sekarang kalian pulang saja."

Trio kampret mengangguk. Mereka melangkahkan kakinya ke parkiran mengambil motor. Mereka kembali berdiskusi. "Kita lakukan penyelidikan secara rahasia setelah itu kita ungkap kebenaran ini," usul William.

Hendrik dan Sebastian menatapnya serius. "Ngapain lo repot-repot mencari bukti? Ini kan bukan urusan kita, gue nggak ikutan," protes Hendrik.

William mengembuskan napasnya. "Emangnya lo gak mau membersihkan sekolah ini dari rumor di luaran sana yang mengatakan bahwa sekolah kita ini berhantu gitu," pancing William sengaja menyebar rumor tak jelas.

Hendrik menggelengkan kepalanya. "Gak boleh! Jangan sampai berita ini tersebar. Sebagai pengikut keadilan gue harus ikut berpartisipasi." Semangat Hendrik yang tadinya luntur perlahan berkobar.

Sebastian menyela, "Gimana caranya? Kita aja nggak tau apa-apa soal insiden ini?"

William tersenyum misterius. "Besok kita mulai investigasi serta mencari informasi tentang tersangka dimulai dari aktivitas apa saja yang mereka lakukan sebelumnya. Jawaban yang mereka berikan sungguh tak masuk akal pasti kalian sependapat sama gue kan?"

Dua kampret mengangguk. Ada sesuatu yang disembunyikan dari ketiga jawaban yang mereka berikan. Trio kampret memulai berganti profesi menjadi detektif.

.......

The Mission Puzzle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang