TMP 58 : Hari Penghakiman

36 6 0
                                    

Pembantaian satu keluarga terjadi beberapa tahun silam meninggalkan luka terdalam, tak ada lagi kehidupan. Rumah besar yang berhiaskan permata tergantikan dengan noda merah yang berserakan.

Tangisan bahkan jejak kaki pun terhapuskan. Amarah meluap dengan hilangnya jadi diri. Setelah menjadi roh jahat mereka membalaskan dendam pada pelaku dan sekarang rumah ini tetap berdiri.

Gadis kecil berambut pirang, menjadi satu-satunya penghuni di rumah ini. Namun, dia kesepian. Tak ada yang berani menginjakkan kakinya ke sini. Hingga seseorang datang. Tapi, roh jahat yang haus akan hawa manusia berlomba-lomba mendapatkannya.

Dia tak bisa melakukan apa pun, ingin sekali membantunya, tetapi ada tembok yang menghalangi. Helen hanya bisa mengamati. Setelahnya, jiwa pemuda itu berhasil ditarik-menciptakan ilusi yang tak berujung.

Namun, di sisi lain pemuda itu dilindungi, Helen tak tahu apa makhluk itu baik atau buruk. Dia tak berani menatapnya, selalu bersembunyi jika berhadapan.

Kabut hitam menyelimuti rumah ini, penglihatan orang awan tak mudah diterobos masuk. Meskipun tampak kosong dari luar, tetapi di dalamnya berbeda. Helen hanya bisa berkeliaran di area taman sambil memeluk bonekanya dan sisanya dia tak bisa meninggalkan tempat ini.

Di luar sana pasti menyenangkan. Ingin sekali dia melihat dunia luar, bermain bersama yang lain. Hanya saja keinginannya tak akan tercapai.

Gerbang depan bergemuruh. Cahaya hitam dan putih tarik menarik, menyerap kekacauan. Helen melangkah maju dan mengintip.

"Kakak itu, 'kan?"

Helen mengenalnya! Tapi, dia dalam bahaya sekarang. Bagaimana ini? Gadis pirang itu mondar-mandir. Mata birunya berkeliaran seperti mencari sesuatu. Otak kecilnya mulai berpikir dan dia teringat akan bayangan yang selalu di sisinya.

Helen mencoba memanjat tembok di sebelah kanan. Tangan meraba-raba, dan tubuhnya menembus. Matanya langsung cerah! Kesempatan ini tidak boleh disia-siakan. Segera dia berlari ke beberapa rumah, dan di atas balkon, dia melihat sosok tinggi.

"Tolong selamatkan, dia!"

Sosok tinggi itu menunduk, dan menatapnya tajam. "Siapa kau?"

"A-aku Helen. Tidak ada waktu lagi. Kau harus menyelamatkannya sekarang jika tidak dia akan hilang!"

Tangannya menunjuk ke arah sana.

Langit berubah gelap, dan mata merah menyala, menatap lurus ke pusaran hitam. "Mereka lagi!"

Setelah itu, angin membawanya pergi dan gadis kecil itu mengikutinya dari belakang. Dia berlari dengan cepat.

Jiwa pemuda itu tengah sekarat. Tanpa pikir panjang, kilatan tajam merobek sisi kegelapan. Kepingan salju berjatuhan. Hawa dingin bercampur bercak merah menyeruak ke sekitaran.

Helen ketakutan dan dia tak berani melangkah lebih jauh. Hanya menetap di pinggiran. Tubuh pemuda itu dibawa ke tempat yang aman.

"Kau... ikut denganku!"

Helen mengangguk patuh. Tanaman hias mulai layu dengan runtuhnya rumah terkutuk itu. Sosok berjubah hitam melayang di pintu depan.

Bangunan yang dulunya kokoh kini hancurlebur dan semua roh jahat dibinasakan. Tak menyisakan apa pun. Helen tertegun, rumah indahnya sudah tidak ada lagi.

"Apa kau ingin dilenyapkan?"

Helen terdiam, sosok berjubah hitam tak terpaku akan jawaban si pirang. Prioritasnya saat ini ialah membawa kembali jiwa yang terkurung dalam dunia mimpi. Ada rasa penyesalan jika harus meninggalkan tempat ini.

The Mission Puzzle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang