TMP 07 : Halusinasi

224 41 3
                                    

William menutup mulut Andre karena itu orang berisik dan tidak mau diam. Andre menepisnya. "Tangan lo bau ikan asin! Jorok banget sih."

William mengendus tangannya sendiri lalu menoyor kepala Andre. "Sembarangan kalo ngebacot! Segini wanginya. Mending lo diam deh, ganggu cogans cuci mata aja."

Andre mencibir, "Model kayak pantat panci ajah belagu!"

William mengabaikan cibiran tersebut. Matanya fokus ke depan, dia menangkap target sedang berbicara dengan orang lain setelah itu mereka pergi. Sebelumnya William memotret mereka untuk jaga-jaga. Targetnya berinisial S.

Kini mereka berhadapan. Andre menatapnya curiga. "Berubah profesi jadi penguntit ya lo. Parah banget, lagian lo kurang kerjaan amat ngeliatin mereka sampe segitunya."

"Berisik! Mau gue stalker kek apa kek sebodo amat! Bocah kayak lo gak akan ngerti. Awas lo ngikutin gue ...."

Andre memperingatkan. "Seharian ini lo jadi babu gue. Jangan dilupakan woy! Kalau lo sampai lupa lihat ajah bakal gue kasih pelajaran yang sulit."

William mengacungkan jari tengahnya. Kemudian, pergi ke kelas karena pelajaran sudah dimulai. Sesampainya di kelas IPS. William mengintip dari balik jendela, sang guru sedang menerangkan sembari menghadap ke papan tulis. Dengan mulus dia menimpuk Hendrik dengan penghapus.

Tuk!

Penghapus mendarat dengan selamat. Hendrik melirik ke samping dan bertatapan dengan William. Mata mereka saling mengkode satu sama lain. Hendrik mengangguk. William masuk lewat pintu depan kemudian berjongkok melewati bangku-bangku beruntung dia duduk di belakang jadinya gak terlalu diperhatikan oleh guru.

Dia duduk di kursinya dengan aman seraya menegakkan tubuhnya, seperti biasa memperhatikan guru di depan tapi sayang aksinya ketahuan karena Andhika mengadukannya.

"Bu, William terlambat."

Bu Ani membalikkan badannya. William berkeringat dingin. Senyum konyolnya terpatri sambil menyapa, "Pagi, Bu Ani makin cantik aja."

Bu Ani menarik napasnya dalam-dalam kemudian suara emasnya mencul ke permukaan. "KELUAR DARI RUANGAN SAYA!!!!!"

Semua murid menutup telinganya rapat-rapat. Suaranya begitu nyaring membuat siapa saja bisa tuli. William terlempar keluar. Andhika tersenyum miring. "Kampret lo Dik!"

Bu Ani melototinya dengan garang. Hendrik berwajah masam, tetapi sempat tertawa melihat teman kampretnya terusir dari kelas. Kelas IPS kembali mengheningkan cipta.

William mencebikkan bibirnya kesal, dia menendang kaleng yang berada di tanah dan tak sengaja mengenai kepala orang. "Siapa yang lempar kaleng sembarangan?"

Dia meringis saat tahu orang yang terkena kaleng ialah Pak Botak daripada dihukum William memilih melarikan diri ke seberang. Dia mengatur napasnya yang tak teratur sembari celingukan.

Koridor sepi, William duduk di salah satu bangku. Tangannya mengetuk layar ponsel seketika hawa dingin menyelimuti membuatnya mendongak dan tak menemukan seorang pun. Hanya dirinya yang duduk William tak memedulikan suasana sekitar.

Dia melihat screenshoot kembali setelah itu hanya menatapnya, tangannya menyentuh kamera dan sosok perempuan muncul di depan layar. William tersentak kaget, ponselnya terlempar begitu saja, meringkuk ketakutan. Selang beberapa menit, bahunya terguncang dengan ragu mengangkat kepalanya kemudian, terpaku.

"Andre Kampret! Ngagetin aja lo! Untung gue sehat coba kalau jantungan bisa-bisa gue mati karena lo," sewotnya kesal. Andre tak seperti biasanya. William menatapnya curiga. "Woy, tumben kalem ...."

Andre bertanya, "Lo ngapain di sini?" Ekspresi wajahnya datar.

William mengambil ponselnya yang terjatuh. Dia menaruhnya di saku. "Kena usir guru, lo tau gak sih tadi itu gue liat hal aneh di kamera. Lo tahu kan insiden kemarin, gadis itu ... kenapa bisa jadi seperti itu? Gue kepo parah dan ingin mencari bukti." Tidak ada tanggapan darinya. William menoleh dan terkejut, Andre tidak ada di tempat.

Dia celingukan sembari mencari Andre. Namun, sosoknya menghilang. William berdiri dengan kaku. Dia gemetaran tiba-tiba pesawat kertas jatuh di kakinya. William menetralkan detak jantungnya yang bergemuruh mencoba tenang mungkin saja dia berhalusinasi.

William menundukkan kepalanya, mengerutkan kening kemudian, tangannya meraih kertas tersebut, matanya mengamati sekitar, dibuka kertas itu pelan dan menemukan sebuah tulisan.

Apa yang ingin kau ketahui?

William meneguk ludah saat membaca tulisan tersebut dengan tinta merah menghiasi. William mengusap lehernya yang sudah berkeringat dingin, dia memberanikan diri membalas tulisan tersebut.

Siapa kau?

Andin

Apa yang terjadi denganmu? Bolehkah aku tahu?

William menatap lembaran jawaban itu dan tak ada balasan. Dia pun menghela napas, sepertinya hantu itu tidak ingin memberitahunya.

Maaf telah mengganggumu aku hanya ingin tahu kenapa gadis sepertimu terbunuh? Selebihnya aku tidak mengharapkan apa pun

Wiliam melipat kertas itu kembali berbentuk pesawat lalu meninggalkannya di bangku. Dia pergi menjauh, baru beberapa langkah, angin menyapanya, dan pesawat kertas tadi hinggap di kepalanya. William meraba, dan menemukan kertas tersebut dengan beberapa coretan.

Terima kasih William, kau sangat baik. Jika kau ingin tahu tentangku. Bantu aku menemukan buku diary-ku, sebelumnya aku kehilangan buku itu. Di dalam buku tersebut terdapat rahasia kecilku dan semua jawaban ada pada diary-ku -Andin

Tunggu sebentar, dia tahu namaku? Sejak kapan? Padahal aku baru bertemu dengannya kemarin, dan setelah itu dia telah tiada ... gimana ceritanya?

Aku selalu memperhatikanmu William

Terpaku akan keterkejutan yang tertulis. William melarikan diri, dia berbelok ke kelasnya dan saat masuk sang guru tidak ada. William duduk dengan linglung.

Hendrik menyenggolnya. "Lo itu ke mana aja sih? Beruntung gurunya gak masuk."

William tercengang. "Lah, bukannya tadi gue terusir dari kelas ya? Jangan ngadi-ngadi lu Hen. Lo sama Ucup sama ajah tau gak. Nertawain gue di saat gue menderita."

Hendrik menampol kepalanya. "Lo itu yang halu, liat pesan yang terkirim, pelajaran emang udah dimulai tapi gurunya mendadak izin. Hari ini lo aneh banget sih Will. Mending lo beli obat gih."

William menatap sekeliling, mendadak tubuhnya menjadi kaku, semua murid menatapnya aneh kemudian, acuh tak acuh. Tangannya bergetar saat melihat pesan yang terkirim beberapa saat yang lalu.

Dia menegakkan tubuhnya dan mencari sosok yang membuatnya sial. Andhika duduk di seberang sembari mengangkat kakinya dengan santai serta memakai earphone tampak tak peduli dengan sekitar.

Kepalanya berputar-putar, dia sempat merasakan sakit yang luar biasa. Setelah itu semuanya gelap. Dua kampret memanggil namanya dengan keras membuat para murid menoleh ke belakang dan berakhir panik. "William!!!!!!!"

.....
........

👇INJEK BINTANGNYA!

The Mission Puzzle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang