William tertegun. Dia melihat sosoknya yang telah lama menghilang. Raut wajahnya masih sama datar dan tak berekspresi. Rendi! Hantu sialan itu kembali. Dia menampakkan dirinya dan sekarang hanya berdiri di sebelahnya tanpa suara sedikit pun. Suasana di sekitar mendadak hening.
Perlahan Hendrik membuka matanya. Dia mencengkeram lengan baju William dan fokusnya kini teralihkan. Dia membantu temannya duduk. Hendrik terdiam seketika.
"Lo gak ap?" tanya William. Hendrik menggerakkan matanya ke sekitar.
"Di mana nih?" Ekspresi wajahnya berubah pucat, sedangkan William melongo. Tangannya terangakat dan menabok pundaknya. Dia meringis.
"Tanyakan pada rumput yang bergoyang," balasnya dengan kesal.
Hendrik bertanya-tanya, "Mana ada rumput aneh lo."
"Lo yang aneh! Ngapain lo ngajak gue ke tempat sepi? Ada apa gerangan? Gara-gara lo nih ya tidur bogans gue keganggu tauk," William mengomel.
Dia mendadak bingung dan menatapnya dengan ekspresi konyol. William memutar matanya. "Lain kali kalau tidur jangan sambil jalan. Tersesat kan jadinya. Terus sekarang gimana? Pulang apa nginep?" Banyak sekali umpatan yang ingin dilontarkan akan tetapi, dia malas berdebat lebih jauh.
Kini Wiliam mengalihkan perhatiannya ke samping. Sosok Rendi masih setia berada di sebelah. Dia melototinya dengan garang. Keduanya berhadapan. "Lo juga! Ke mana ajah usai dibacok setan mirip zombie? Gue liat tubuh lo memudar. Sekarang kok tiba-tiba muncul di sini? Bener-bener setan ya lo!" Rendi tak menggubris perkatannya dan berlalu pergi tanpa menoleh ke belakang.
William menggeram, dia mengejarnya dan mensejajarkan langkahnya. Di sepanjang jalan hanya ada umpatan kasar dan kekesalan yang diucapkan oleh William. Hendrik yang melihat pun terherwn-heran dengan linglung dia mengikuti.
"Lo ngomong sama siapa sih?" Akhirnya dia menyuarakan intuisinya.Willim sponstan menjawab, "Sama setan! Karena lo gak bisa liat mending diem." Hendrik mengatupkan bibirnya. Saat ini mood-nya sedang tidak bagus.
Tak lama kemudian. Mereka pulang dengan selamat. Hendrik pamit, menyisakan William dengan sosok yang tak terlihat. Di depan gerbang William masih berbicara padanya.
"Jawab gue woy! Gue tau lo gak budeg!"
Rendi membuka suaranya dan menatapnya datar. "Berisik!" Tentu saja dia tak terima lantas menendangnya. Namun sayang, hanya bisa melewatinya. Kepalanya sudah berasap dan emosinya tidak teratur. Masih keras kepala.
"Sebenarnya lo ituvke mana? Gue perlu tahu!"
Tidak ada jawaban
"Sekarang lo nampakkin diri di hadapan gue. Oh, ya sosok yang gue lihat itu siapa? Gue ngerasa dejavu. Apakah dia jahat?"
Mereka terdiam di keheningan malam. Sentuhan angin membelai tengkuk lehernya, seketika bulu kuduknya berdiri dan dia merinding.
"Gue pergi."
"Tunggu sebentar! Lo itu hantu terngeselin yang pernah gue temuin dan jauh lebih parah dari Satria. Kalian berdua sama ajah tau gak. Sok msterius." William menyuarakan ketidaksukaannya.
Rendi mencengkeram dagunya seraya menatapnya tajam. "Jangan samain gue sama dia yang memiliki keterbelakangan mental. Kita berbeda."
Williiam menepis tangan dinginnya. Dia membalasnya dengan tatapan sinis dan masuk ke dalam rumah. Rendi memperhatikannya dalam diam. Pintu tertutup rapat barulah dia pergi.
☆☆☆
"Kenapa kau melindunginya?"
"Bukan urusanmu bocah! Jadi, apa yang sedang kau lakukan?"
"Huh. Siapa pun yang terlibat akan musnah. Sepertinya dia salah satunya." Matanya menyala dengan amarah menggebu-gebu.
"Dia tidak ada kaitannya denganmu. Jadi, sebaiknya kau tidak menyakitinya atau aku akan membinasakanmu!"
Wajahnya berubah pucat. "Apakah kau mengancamku? Aku tidak takut."
Dia menyeringai. "Kau baru saja menerima kematian bukan? Jika kau melangkah maju akan kubakar rohmu sampai kau tidak bisa lagi berenkairnasi. Mau coba?"
Dia menggertakkan giginya. "Kita ini sama! Kenapa kau baik padnya? Manusia sama saja tidak bisa dipercaya. Aku membencinya!"
"Tidak semua manusia jahat! Dia berbeda. Menolong sesama makhluk tanpa meminta imbalan. Semua yang dia dilakukan tulus," jelasnya.
Sosok itu mengepalkan tangannya. "Aku tidak peduli apa yang kau katakan! Bagiku semunya sama."
Dia mendengus. "Sudah cukup kebanyakan bacot suka miris. Jika kau ingin balas dendam silakan tapi ingt satu hal jangan berani kau menyentuhnya jika tidak kau beruurusan denganku!" Keduanya sama tidak bergeming.
Sosok tersebut menghilang begitu pun sebaliknya. Di dalam ruang gelap dia muncul dan mendekat ke sosok di balik selimut. Dia tertidur dengan gelisah. Alisnya bertaut. Keringat bercucuran di dahi. Sentuhan lembut menenangkannya.
"Tidurlah! Semua akan baik-baik saja," bisiknya lembut.
☆☆☆ TBC ☆☆☆
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mission Puzzle
Mister / Thriller[AKAN UPDATE JIKA TIDAK EROR!] Kisah tentang keseruan Trinity Squad dalam menyelesaikan sebuah misi yang menegangkan serta kekonyolan absurd menghiasi. Persahabatan bagaikan kepompong terjalin kuat meskipun banyak sekali rintangan yang sulit dihadap...