TMP 18 : Tidak Habis Pikir

142 21 11
                                    

Sejak insiden kecelakaan semalam membuat William tidak bisa tidur. Selalu saja dihantui oleh sosoknya yang pucat dan tak berekspresi. William pun mulai jengkel.

Tanpa ba-bi-bu langsung bertanya terus terang, "Sebenarnya apa tujuan lo nyelinap masuk ke mimpi gue sih?" tanya William kesal.

Sosok misterius itu berdiri dekat gorden membelakangi, tak bersuara sedikit pun. William pun tak ambil pusing, dia menarik selimut sampai kepala, pura-pura tidak melihat. Namun, beberapa menit sosok misterius itu mengeluarkan suara samar. "Karena lo bisa liat gue."

William membuka matanya, dia melempar selimut itu sampai terjatuh ke lantai. Tatapan datar dan dinginnya kini bertabrakan dengan mata hitam William.

"Hanya itu? Sungguh ironis. Asal lo tau saja meskipun gue bisa lihat lo bukan berarti lo berhak ngerusak mimpi terindah gue! Pergi sana!" usir William.

Sosok misterius itu acuh tak acuh. Dia kembali menatap keluar jendela. Ini membuat William frustrasi dikarenakan sosok itu tidak mau pergi. Mau tidak mau William mengabaikannya. Dia menutup matanya rapat-rapat, perlahan William bisa tidur tanpa diganggu oleh siapa pun.

.......

Keesokan harinya

William bangun dengan lesu, dia berjalan gontai ke bawah. Windi yang melihat itu pun terheran, tetapi bersikap cuek. Dia membantu bundanya menyiapkan makanan.

William duduk di bangku dan bergerutu, "Jauh-jauh sana bikin mood gue rusak aja!"

Windi yang lagi menyiapkan makanan tiba-tiba melempar sendok ke arah William. "Gue juga ogah dekat-dekat sama manusia absurd kayak lo."

William mendengar adiknya berkata seperti itu membuatnya tak berdaya. Ini semua karena hantu sialan yang mengikutinya seharian.

William melirik sinis ke samping. "Ini semua salah lo! Gara-gara lo ada di sini adik gue jadi salah paham tuh! Benar-benar sial!" William melotot marah kepada sosok yang duduk manis di kursi. Suara William tak dipedulikan oleh sosok tersebut.

Sang bunda menengahi konflik antar saudara. "Masih pagi udah ribut aja. Cepetan makan dan berangkat ke sekolah!"

Kedua kakak beradik makan dalam diam, William melirik sosok di sampingnya itu ikutan sarapan pagi. Apakah William sedang berhalusinasi? Mana mungkin hantu bisa makan?

William makan dengan cepat, di meja mendadak berisik, pergulatan sendok saling bentrok. Bunda dan Windi saling pandang dan menggelengkan kepalanya melihat aksi tak jelas dari William. Mereka melanjutkan sarapan tak memedulikan keributan di depan.

William mencibir, "Udah jadi hantu gak tahu diri amat! Makanan gue juga lo sapu semua. Dasar hantu sialan!" Sosok itu berjalan acuh tak acuh keluar rumah.

Dia tercengang saat melihat sosok itu menaiki sepeda motor hitam sepertinya miliknya. Benar-benar hantu gaul. William pun tak mau kalah jadinya ikut mengeluarkan suara berisik. Mereka saling pamer.

Windi datang dari belakang menabok kepala William. "Berisik!" Dia meringis, sedangkan hantu itu malah menertawakan dirinya. Sudut bibirnya terangkat menampilkan seringai yang misterius.

"Wah, kampret lo dek, kepala cogans kena gampar. Kalau gue amnesia tanggung jawab lo," omel William.

Windi mengabaikan ocehan kakaknya dan sudah naik ke kursi belakang, menepuk pundaknya. "Cepat jalan! Gue gak mau telat!"

William menyalakan mesin motor dan berangkat ke jalan raya. Dari balik spion dia melihat sosok itu sudah menyusulnya. Di pagi hari aksi kebut-kebutan di jalan raya tak terelakkan. Motor hitam William dan sosok itu membelah kesunyian.

Windi menjerit histeris, "BAWA MOTORNYA PELAN-PELAN!"

William menancap gas. Angin membawanya terbang. Sosok itu pun tak mau kalah. Dia mempercepat laju kendaraannya sampai keluar batas. Kepala William menjadi pusing dikarenakan sang adik memukulinya tanpa ampun.

"Kalau mau mati jangan ngajak-ngajak orang dong!" hardik Windi kesal. Dia menendang kaki William pas turun dari motor. Menghentakkan kakinya ke tanah dan bergegas masuk ke dalam sekolah.

William mengusap kakinya yang terkena tendangan. Sosok misterius itu menghilang dari pandangan. William pun tak memedulikannya, motor hitam kembali melaju ke sekolahnya.

......

Kelas XI IPS 2!

William duduk di kursi belakang sambil memainkan permen karet dalam mulutnya. Satu per satu para murid yang terlambat berdatangan begitu pun dengan Hendrik dan Bastian yang sudah duduk tenang di kursi.

Ketua kelas sudah berdiri di podium sambil menggebrak papan tulis. "Perhatian semuanya, Pak Bobi sedang berhalangan hadir jadinya dikasih tugas! Deadline hari ini! Cukup sekian dan jangan berisik!" perintah Andhika tegas.

Semua murid mengerjakan tugas Sejarah halaman 105. Trio kampret sibuk berdiskusi di belakang seperti biasa menyatukan meja dan kursi. William duluan yang bersuara.

"Kalian masih ingat 'kan tentang kecelakaan semalam?" Dua kampret mengangguk. "Sosok misterius itu ngerusak mimpi gue tadi malam," ujar William dengan tatapan kesal.

Hendrik menatap William serius. "Kok bisa? Apa hubungannya kecelakaan semalem masuk ke mimpi?"

William menjawab dengan rinci, "Terakhir dia cuman bilang 'karena lo bisa liat gue' anjir nggak paham gue sama ucapannya."

Bastian menyela, "Hanya karena itu? Sungguh terharu."

William menendang kursi Bastian dan mencela, "Lo itu di pihak siapa sih? Daritadi bikin emosi terus." Bastian acuh tak acuh.

Hendrik mengusap dagunya dan kembali bertanya, "Lalu sosok itu ke mana? Kan kata lo dia nempelin lo mulu."

"Gak tau. Usai gue nganterin Windi ke sekolah, dia malah hilang," balas William sebodo amat sama hantu sialan itu.

"Kenapa gak lo tanya Will? Bisa aja dia ke pergi ke suatu tempat dan memberi petunjuk untuk kita." Hendrik menatap tak berdaya ke arah William.

"Bodo amat! Gara-gara setan itu gue kena sial mulu!" Diskusi pun berakhir. Trio kampret mengerjakan tugas yang diberikan meskipun tanpa niat sedikit pun. William memandang keluar jendela.

Kira-kira dia pergi ke mana ya?

......

~ See you next part ~

The Mission Puzzle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang