Baji keluar dari apartement untuk membuang sampah. Ketika kakinya menginjak kembali lantai teras, ia malah bersandar diambang pintu. Ia menengadah ke atas, memandang taburan bintang yang mengisi setiap sudut cakrawala.
Walaupun langit begitu indah, namun itu tidak bisa menghibur hati baji yang sedang kacau.
"Rei... Adikku. Kau tahu...?"
"... Matamu seindah bintang-bintang dilangit." Suara pelan itu memuji kecantikan dari sang penguasa hati. Sungguh, Baji juga sempat menaruh rasa saat pertama kali bertemu dengan gadis itu. Namun, dengan cepat ia membunuh perasaan itu sebab sahabat kecilnya sudah memiliki gadis yang ia sukai. Namun, agar tidak kehilangan gadis itu, maka ia menganggap dan menyayangi Rei sebagai keluarganya.
Tapi pikiran negatif yang selalu berkeliaran didalam pikiran membuat ia juga kesal pada gadis itu. Ia ingin membantu, tetapi tak ada yang bisa ia lakukan sebab Rei memang salah.
TUKKK...
Baji terkejut melihat sebuah batu menggelinding di dekat kakinya. Ia mencermati disisi batu itu, "Ada tulisan?"
"Cafe X, pukul 20.00 besok.
Jangan pakai baju yang mencolok.
R."Mengetahui siapa yang menulis pesan tersebut, Baji langsung melemparkan pandangan ke sekeliling. Segera ia mencari sosok yang melempar batu itu.
Baji berlari kesana kemari mencari keberadaan R. Namun hasilnya nihil, orang yang ia cari tak lagi berada ditempat itu.
Baji membuang nafas kasar. Ia menggosok wajahnya dengan telapak tangan kiri. "Kau memang susah sekali ditangkap, Rei."
Keesokan malam. Sesuai yang dijanjikan, Baji menuju cafe X untuk menemui Rei. Ia menggunakan hoodie abu-abu dengan bawahan jeans hitam, sepatu kets, serta bagian kepala yang juga tertutup oleh penutup kepala Hoodie itu.
Sesampainya ia di depan cafe yang menjadi tujuannya, Baji tak menyangka bahwa cafe itu adalah cafe yang penuh dengan desain unicorn warna warni. Ia menganga melihat isi cafe itu.
"Kenapa terkejut seperti itu?" Tanya seseorang yang membuat Baji menoleh ke sumber suara.
"K-Kau?" Baji menoleh pada orang yang bertubuh pendek disampingnya. Orang itu memegang sebuah paperbag ditangannya. Ia adalah Rei yang datang menggunakan sebuah masker putih untuk menutupi wajahnya. Rambut yang di kepang dua dengan sangat rapi mendarat di kedua pundaknya. Ia juga menggunakan sebuah hoodie oversize baru berwarna soft blue dengan bordiran bintang putih ditengah-tengah dada. Karena hoodie itu kebesaran untuknya, celana pendek yang ia gunakan nyaris tidak nampak. Sepatu kets putih polos yang ia gunakan sangat mendukung penampilannya malam itu.
"Loli?"
"Apa katamu?"
"EH-!"Rei mengabaikan ucapan Baji. Ia merangkul tangan kiri laki-laki itu dan membawanya masuk kedalam cafe yang hanya berisi dua orang pelanggan. Rei langsung bertanya pada pelayan kasir, "dimana toilet?"
"APA??? ADA MASALAH APA DENGAN KEPALA ANAK INI? APA DIA TERLALU BANYAK DIPUKULI KEMARIN? KENAPA KE TOILET???" Baji suudzon. Baru saja ia ingin mundur, tapi dengan kuat gadis itu menahan pergerakan Baji.
"Ada disebelah sana." Pelayan itu menunjuk dimana arah toilet. Rei berterima kasih, lalu cepat-cepat membawa Baji ke toilet itu.
"Mereka masuk berdua?" Tanya pelayan kepada rekan kerjanya.
"Aku harap mereka tidak melakukan hal-hal mesum." Jawab pelayan yang lain sambil menggeleng.Rei mengecek setiap kabin toilet—apakah ada orang didalamnya atau tidak. Setelah memastikan semuanya aman, ia membuka paperbag tadi dan mengeluarkan sebuah hoodie.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSTOR (END) - Another Story From Tokyo Manji
FanfictionSeorang gadis jenius bernama Miya Rei yang di cintai seorang pemimpin geng motor bernama Mikey alias Sano Manjiro. Namun geng tersebut menjadi sasaran permainan seorang manipulator. Begitu banyak kejanggalan yang bermain dibawah pijakan tanah kebaha...