22. αηggσтα вαяυ тσυмαη

50 9 0
                                    

"Rider. Kau sudah mendapatkan kabar?" Tanya Kisaki yang kini menjadi menjadi ketua dari geng Moebius. Sekarang, hanya mereka berdua yang ada dimarkas itu.

"Belum ada berita yang penting. Aku hanya melihat pergerakan-pergerakan biasa di antara mereka. Oh ya, satu lagi,"

"Apa?"

"Izana dari geng Tenjiku mendatangi sekolah para geng Touman."

"Kenapa ia mendatangi sekolah itu?"

"Sekolah dari geng Touman mengadakan acara ramah tamah, sekolah Izana diundang untuk datang." Jelas Rider.

"Oh, begitu." Kisaki mengangguk. Lalu laki-laki itu bangun dari duduknya. Ia berdiri menatap langit-langit yang penuh bintang dari balik kacamata nya. Namun bintang-bintang disana terlihat cukup pudar karena terhalau oleh sinar lampu perkotaan.

"Ketika aku memandangi langit seperti saat ini, aku seperti melihat dia yang sulit aku gapai." Ucap Kisaki yang malah curhat pada Rider.

"Aku.. Aku sangat ingin dirinya. Aku baru berjuang sejauh ini, dan aku tidak akan berhenti sampai akhirnya aku dapatkan cintanya." Lanjut Kisaki yang tentu saja tidak direspon oleh Rider si bocah dingin.

Lalu Kisaki terdiam sejenak. "Aku akan menyingkirkan laki-laki yang menjadi pilihannya, dan aku pasti akan menang."

Rider memutar otak. Siapa orang yang Kisaki maksud.

"Tachibana Hinata." Nama yang disebutkan oleh Kisaki barusan membuat Rider sedikit melebarkan matanya untuk sementara waktu.

"Aku.." Kisaki berbalik menghadap Rider.

"..Sangat mencintainya." Lanjut Kisaki yang ternyata cowok itu menangis. Entah apa makna yang keluar dari tetesan air mata itu.

Kisaki berjalan mendekati Rider, lalu memegang kedua pundak bocah itu.

"Rider," Kisaki menundukkan kepala ke bawah.
"Bantu lah aku.. untuk mendapatkannya."

"Kalau kau tidak bisa membantuku..." Kisaki menatap Rider. "... aku akan membunuhmu."

Rider hanya menatap biasa mata Kisaki. "Apa yang harus aku lakukan?" Tanya Rider.

"Lakukan lah apa yang bisa kau lakukan. Bukan kah kau adalah orang yang cerdas?" Kisaki menaruh semuanya pada Rider.

"Hm.. Baiklah." Rider menyetujui itu.

"Bayaran, jangan lupa." Rider mengingatkannya. Uang adalah segalanya bagi Rider.

Kisaki menyeringai dan terkekeh. "Tenang saja soal uang, sobat. Tapi kalau kau gagal.. bayarannya adalah kematian untukmu."

"Hm.. deal." Jawab Rider dengan santainya, seakan-akan ia tahu bahwa ia akan berhasil.

...

(Keesokan malam)

"Miya, ayo ikut denganku," Ajak Mikey yang tiba-tiba datang pada malam hari tanpa memberi kabar pada Rei terlebih dahulu.

Laki-laki itu datang dengan menggunakan seragam Touman. Nampaknya ia ingin mengadakan pertemuan.

"Astaga. Ada pertemuan apa lagi? " Tanya Rei yang kaget.

Mikey tertawa. "Kenapa malah kaget seperti itu? Ayo ikut saja!"

"Huff.. Baiklah. Aku ganti baju dulu." Rei berbalik badan.

"Eh tunggu, Miya!"
"Ya?" Rei kembali menoleh kearah Mikey yang ternyata sedang mengulurkan sebuah paperbag kearahnya.

Rei mengambil paperbag itu, mengeluarkan apa yang ada didalam dan terkejut setelah melihat isinya. Itu adalah seragam Touman.

IMPOSTOR (END) - Another Story From Tokyo ManjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang