31. яυмαн ѕαησ

51 6 0
                                    

"Aika...?" Lirih Miya Rei dari atas kasur rumah sakitnya. Pukul sudah menunjuk jam 9 malam.

Ia melihat sekeliling dimana tak ada orang yang ia cari. Hanya satu orang yang bersamanya, yaitu Mikey.

"Dimana Aika?" Suara lirih itu masih bisa didengar oleh Mikey.

"Tenang saja Miya. Aika sudah berada ditempat yang aman sekarang. Ia bersama Emma dirumahku." Mikey melembutkan suara supaya Rei bisa meresap kabar itu dengan baik.

Rei bersyukur didalam hati. Menatap dinding dengan tatapan kosong ketika otaknya mulai mengingat apa yang terakhir ia lihat. Juga Mikey tak mengajaknya berbicara terlalu banyak mengingat gadis itu baru siuman.

"Maaf.. Manjiro." Mikey diam mendengarkan.

"Aku berakting terlalu jauh... Maaf kalau itu membuatmu cemburu." Rei meneteskan air mata, menikmati sensasi rasa bersalah dilubuk hatinya.

..

Saat masih dirumah Rei.

"Mikey, kau susul aku bersama teman-temanmu. Biakan aku menghadapinya duluan untuk membebaskan Aika. Aku akan terus bermain mengikuti alur supaya Aika bisa dibebaskan. Setelah Aika bebas, baru kalian serang mereka." Jelas Rei.

"Tapi, Miya... Izana bukan sembarang orang yang bisa kau habisi begitu saja. Ia lebih kuat dan cerdik dari yang kau pikirkan!" Mikey khawatir.

"Tidak apa-apa, Manjiro. Aku akan terus berakting supaya ia tidak menyerang aku."

Mikey menatap mata gadis itu penuh arti, lalu memeluknya dengan erat. "Berhati-hatilah, Miya."

"Tentu saja Manjiro. Jangan khawatir."

..

Mikey tersenyum. "Tidak apa-apa. Aku mengerti semua yang kau lakukan. Kau rela mempertaruhkan dirimu demi Aika." Mata tak pernah bohong, Rei bisa melihat sedikit kekecewaan didalam sana.

"Jujur, walaupun aku tahu itu hanya aktingmu, sampai sekarang aku masih sangat cemburu pada Izana. Dengan mudah kau menerima dia sebagai pacarmu, dan kau... menciumnya dua kali. Itu sangat menyakitkan..." Akhirnya Mikey jujur.

"Maaf."

Mikey sedikit mencondongkan tubuh, lalu menggenggam erat tangan Rei. "Satu saja permintaanku, Miya." 

"... Berjanjilah, kau tidak akan berperang sendirian lagi." Rei mengangguk sebelum akhirnya hening sejenak.

"Tolong ceritakan semuanya."
"Nanti saja ya, tunggu kau benar-benar pulih." Mikey menghelus pelan rambut Rei. Gadis itu kecewa, tapi tidak masalah menunggu asalkan mereka menceritakan semuanya.

"Terima kasih karena selalu ada bagiku, Manjiro. Maafkan aku yang selalu membuatmu khawatir."

"Sudah kewajibanku untuk selalu menjagamu Miya." Mikey menempelkan dahi nya dengan dahi Rei. Cukup lama mereka berada di posisi itu.

Rei hanya menghelus pelan surai rambut Mikey, tapi ia juga ingin mencium cowok itu. Niatan ia urungkan karena sesuai perkataanya ditaman hari itu, "Aku tidak ingin berciuman dengan orang yang bukan pacarku."

"Cium saja aku jika kau memang mau, Miya." Ucapan Mikey membuat Miya membuka matanya. 

'Sial, ia mengetahuinya.' Rei menggeleng.

Mikey menyeringai, lalu semakin memperkecil jarak bibir mereka. "Nih, aku bantu." Gadis itu menggeleng lagi. 

"Apakah aku harus menjadi Izana—mantan pacarmu—supaya bisa kau cium?"
"Haruskah mengungkit kejadian saat itu?"

IMPOSTOR (END) - Another Story From Tokyo ManjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang