Part 26 - Masa Lalu(Bagian Kedua)

70 16 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mama meneriaki dengan cukup keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mama meneriaki dengan cukup keras. Sementara tanganku terus bergerak dan merapikan pekerjaan Mama dengan hati-hati agar semua kertas itu bisa segera kering.

PLAK!

Ini kali pertamanya aku mendapat tamparan dari mama. Aku terdiam sejenak beberapa saat karena yang pasti aku benar-benar sangat ketakutan. Air mataku serasa ingin mengalir. Namun aku terus menahannya supaya tidak keluar. Emosi mama tampaknya tak lagi bisa dikendalikan. Lalu perlahan aku merasa tangan mama mencengkram dan menarikku untuk pergi. Berkali-kali aku menyuruh mama untuk melepaskannya namun mama enggan mendengar semua ocehanku.

“DIAM! SAYA SUDAH CAPEK DAN KAMU MERUSAK SEGALANYA!”

Begitu membawaku ke sebuah gudang, mama lalu mendorongku masuk dan langsung menguncinya tak membiarkanku untuk menjelaskan dan meminta pengampuan. Aku benar-benar ketakutan karena di sini sangat gelap. Tak terasa air mataku pun mengalir dengan sangat deras. Aku mengetuk pintu terus-menerus supaya mama mau mengampuniku. Tetapi rasanya mama terus berjalan menjauh hingga akhirnya aku hanya bisa pasrah di dalam sana. Mungkin hari ini aku harus bermalaman di sini.

“Ma...”

“Kenapa kamu tidak mati saja?! SAYA TIDAK PERNAH MAU MERAWAT ANAK SEPERTI KAMU!”

Hanya itu kalimat terakhir yang bisa kudengar dari mulut mama. Aku tak lagi memiliki sisa energi untuk berteriak. Aku menyandarkan punggungku di balik pintu sambil menatap pasrah.

“Kak Leena?”

Beberapa saat kemudian, samar-samar aku seperti mendengar suara Gean dari arah luar. Awalnya aku pikir telingaku salah menangkap suara. Tetapi suara itu semakin jelas dan terdengar semakin mendekat. Karena itu, aku terus mengetuk pintu gudang agar Gean bisa mendengarku. Beberapa saat menunggu, yang ada justru aku mendengar suara orang terjatuh dengan keras dari arah luar. Bagaimana aku bisa tidak panik ketika aku hanya bisa berdiam diri di dalam tanpa bisa mengetahui siapa yang sebenarnya terjatuh. Tapi aku sangat khawatir karena berkali-kali aku berteriak, tidak ada jawaban dari siapa pun. Sampai akhirnya tangisan mama mulai terdengar, membuat kedua kakiku tak lagi sanggup untuk berdiri. Aku ikut menangis di dalam sampai seluruh tenagaku terkuras.

How Do You Do? [TAMAT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang