Yang terlihat belum tentu menjelaskan kejadian sebenarnya...
~~~
Setahun setelah Seyra koma...
Seyra POV
"Kalau sampai Seyra gagal lagi karena ini, saya tidak main-main lho. Nilai Seyra tidak mungkin begini kalau bukan karena kamu."
Aku terdiam cukup lama ketika mama memarahi Aileena karena nilai ulanganku yang menurun. Seharusnya kalau diingat-ingat, semua ini salahku karena aku tidak belajar dengan baik. Aku, memilih untuk berjalan-jalan bersama Lino waktu itu.
Namun, rasa empatiku lenyap sejak setahun yang lalu. Aku justru, bahagia melihat Aileena menderita. Mama jadi tidak perlu mengurusi Aileena lagi.
Lalu, aku mulai memasang wajah senyum dan mencoba menengahi keduanya. Aku, memang berhak mendapatkan semua ini dari awal. Kasih sayang, perhatian, dan dekapan dari orang tua. Aileena? Bukan kah ia sudah cukup menerima semua itu ketika Aileena mengambil alih dan bertindak seolah dirinya adalah putri satu-satunya bagi mama?
"Ma," tidak lama, aku pun turun dari kamarnya dan mencoba merangkul lengan mama. Aku berusaha semaksimal mungkin agar terlihat dekat dengan mama. "Udahlah, Ma. Kasihan saudari saya. Kalau mood Aileena enggak bagus, bisa-bisa Aileena enggak bisa belajar kelompok sama aku."
Aku melirik sekilas ke arah Aileena lalu kusunggingkan senyuman.
Gadis itu, memang pantas mendapatnya.
~~~
Pagi-pagi sekali, aku mulai mendengar suara wajan dari arah dapur. Tumben sekali pikirku, karena mama hampir tidak pernah memasak sarapan untuk siapa pun kecuali di tanggal merah. Itu pun sebelum papa Hendra pergi untuk selamanya.
"Masak apa, Ma?" tanyaku hanya untuk sekedar basa-basi.
"Ini, Mama masakin untuk sarapan. Kalau dipikir-pikir, mama udah lama gak pernah masakin sarapan untuk kamu."
Lalu Aileena datang, dan kami sempat terdiam beberapa saat. Tidak ada interaksi karena Aileena hanya membuat keadaan menjadi canggung. Bagaimana bisa orang seperti ini masih bisa hidup di sini?
"Ini untuk Seyra. Kalau lapar tinggal makan roti di meja sana. Lagian porsinya juga enggak pas untuk dua orang," ujar mama dengan ketus ketika Aileena baru saja ingin mengambil makanan hangat itu.
"Makan yang banyak ya," mama lalu tersenyum, dan aku pun mengangguk.
Jujur, aku terkejut ketika melihat mama memberikan aku sepiring bihun goreng dengan udang di dalamnya. Padahal, aku dari kecil alergi terhadap udang. Aku menatap mama yang mulai sibuk dengan hal lain, bagaimana bisa mama lupa?
Namun aku tak ingin memperpanjang semua ini. Dan pada akhirnya aku hanya bisa memisahkan bihun dengan udang itu secara perlahan.
Semua itu tak berlangsung lama. Karena setelah Gean koma dan harus terbaring di rumah sakit, mama kembali mengabaikanku...
~~~
Seminggu yang lalu...
Nomor yang tuju, tidak dapat dihubungi. Silahkan coba beberapa saat kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Do You Do? [TAMAT!]
Ficção Adolescente[15+] [Judul sebelumnya : Nice to Meet You, Aileena] Hidup itu terkadang tidak adil. Mungkin kata-kata inilah yang akan selalu terbesit di pikiran Aileena setiap hari. Bagaimana tidak? Hampir setiap hari Aileena yang harus bertemu dengan luka, sekal...