Fav - Four

10.1K 1.2K 362
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tiga puluh menit yang lalu. Kelas bernuansa krem itu telah sunyi, menyisakan seorang gadis yang tengah menyapu di sudut kelas.

Merasa bagiannya terselesaikan, ia mengambil spidol dari dalam tas, lalu mulai berjalan ke arah papan tulis.

GUE UDAH NYAPU BARISAN KANAN. -AYA

Jadwal piketnya besok. Seperti biasa, Rayana memilih pulang lebih lama daripada datang lebih awal.

Terlebih lagi, ia sudah memutuskan mulai besok akan naik angkutan umum, gojek, atau semacamnya. Apa saja asal jangan bersama Yuta.

Asli, ongkos nebeng bareng kakaknya lebih mahal dari ongkos naik taksi. Lima hari pergi bareng, bisa dipastikan Rayana gulung tikar.

"CEWEK! PWIIWIIT!"

Rayana yang baru saja keluar kelas sambil menyandang tasnya, lantas menoleh ke sumber suara.

Tampak empat lelaki sedang tergelak di ujung koridor, tidak terlalu jauh dari posisi Rayana berdiri. Ah, setelah dilihat lebih teliti, ternyata hanya tiga di antara mereka yang tertawa.

"AYA! JENO KIRIM SALAM!"

Gadis itu refleks memalingkan wajah. Wah, mata Rayana udah rabun kayaknya. Masa bisa nggak tanda itu Jeno dan kawan-kawan?

"AYA! JENO MAU NGOMONG!" Masih dengan suara yang sama. Rayana ingat suara tinggi itu milik Haechan.

"AYA! UDAH DITUNGGUIN SETENGAH JAM, NIH!" teriak Haechan lagi.

Rayana masih mematung di tempatnya.

"AYA! LIAT BELAKANG, DONG!"

Gadis itu berdecak kesal mendengar teriakan Haechan yang tak kunjung selesai.

"AYAAAA!"

Merasa kesal sampai ke ubun-ubun, Rayana menoleh. "BERISIK, AN---jir."

Jeno.

Entah sejak kapan berdiri di belakang Rayana.

"CIEEEE!" pekik ketiga lelaki itu serempak.

"BALIKAN, DONG!" teriak Haechan lagi.

Rayana dapat merasakan tubuhnya membeku. Teriakan Haechan sudah tak lagi memekakkan telinga. Kini, atensinya berpusat pada lelaki tampan yang sedang menundukkan kepala di hadapannya.

"NGOMONG, JEN! AH, CUPU LO!" Giliran Renjun yang berteriak.

Demi apapun, jantung Rayana semakin tak tahu malu. Ia menggigit kecil bibir bawahnya, khawatir jika suara debarannya terdengar sampai ke telinga Jeno.

Melihat Jeno dari jarak sedekat ini, membuat Rayana lupa mereka bukan lagi sepasang kekasih. Padahal terhitung baru dua hari. Masa iya Rayana minta balikan?

"Ay."

"CIEEEEEEE!"

Jeno menoleh ke belakang, menatap horor tiga temannya yang masih belum puas tertawa. "Berisik, anjing."

Hening. Tiga lelaki itu mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

"Pulang sana."

Masih menahan tawa, tiga lelaki itu mengangguk bersamaan. Lalu mulai berjalan menjauh dari koridor.

Tersisa dua remaja yang masih terjebak dalam kecanggungan.

"Ay," panggil Jeno lagi.

Rayana yang tidak merespon apa-apa, membuat lelaki itu mengusap tengkuknya ragu.

Favorite | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang