Flashback : Halo?

3.3K 587 133
                                    

"Jen, tadi gue liat cewek---"

Belum terucap sepenuhnya, lantas terhenti setelah mendengar decakan keras dari lawan bicara.

"Nggak tertarik," ujar Jeno kemudian.

Sejujurnya, Jeno bosan dengan topik obrolan yang dibawa Haechan setiap kali makan di kantin. Kalau bukan menceritakan para gadis kenalannya, lelaki itu akan menceritakan pertemuannya dengan gadis baru.

Ujung-ujungnya, Jeno dipaksa berkenalan.

Kadang Jeno heran, temannya yang satu itu berkenalan dengan banyak gadis, namun tidak ada satupun yang diajak serius. Tidak paham konsep dan tujuannya apa.

"Sumpah, Nana aja tadi liatnya sampe nganga, Jen."

"Nana, bukan gue."

"Iya, lo liat dulu."

"Capek, Chan. Nggak usah maksa gue terus bisa nggak, sih?"

Haechan menghela napasnya. "Gue nanya sama sekretaris kelas dia, anaknya baik juga kok, Jen."

"Nggak minat."

"Rasain PDKT aja, Jen. Lo anti banget sama cewek, gue yang takut jadinya." Haechan berujar pelan. Namun masih dapat ditangkap jelas oleh indra pendengaran Jeno.

"Terus selesai PDKT, anaknya gue tinggal? Gila lo, ya?"

"Berisik lo berdua. Di depan makanan itu pantang ribut. Nggak diajarin, ya?" Renjun menyela seraya menatap malas dua temannya.

Jeno menggeleng asal. Sejujurnya, ia juga malas meladeni Haechan. Tapi, ia teringat. Kali terakhir mengabaikan tawaran lelaki itu, Line-nya sudah tersebar ke tiga gadis. Benar-benar membuatnya ingin menelan Haechan hidup-hidup.

"Tapi aneh, sih. Harusnya gue udah tau dia dari kelas dua dulu. Kenapa baru sekarang?" ujar lelaki itu lagi.

"Anaknya jarang keluar kelas kali." Jaemin menimpali. Sukses menarik perhatian tiga temannya sekaligus.

"Lo kok tau?"

Jaemin mengedikkan bahu. "Nebak doang."

Setelahnya, tidak ada lagi bahan obrolan. Jeno sudah mulai tenggelam dalam game online-nya bersama Renjun. Sesekali mengumpat pelan saat mendapat serangan tiba-tiba dari lawan.

"Jen! Buset, liat dulu!"

Yang dipanggil masih tak acuh. Sekadar menaikkan pandangan pun, Jeno enggan.

"Wah, sumpah. Gue jamin lo nyesel. Na, gebet, Na."

Terdengar kekehan ringan dari lelaki di sebelahnya. Jeno masih bersikeras untuk tidak peduli.

Hingga topangan sikunya disenggol keras, Jeno mendelik seketika. "Haechan bangsat."

"Noh, yang kucir satu."

Dengan berat hati, Jeno mengikuti arah pandang Haechan.

Benar, ada bidadari di sana.

Sempat terpaku sepersekian detik, Jeno kembali memalingkan wajahnya.

"Kepincut kan lo? Ngaku nggak?"

"Nggak."

"Nggak ngaku!" seru Haechan girang.

"Apa, sih?" Jeno menatap nyalang lelaki di hadapannya. Bahkan sudah terbesit rencana untuk menggebuk Haechan pulang sekolah nanti. Ah, Jeno memang sekesal itu sekarang.

Kenapa Haechan menyebalkan?

"Gue mintain nomornya, deh? Gimana?"

Tawaran yang bagus.

Favorite | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang