Fav - Fourteen

5.1K 854 349
                                    

"Sumpah demi apa, gue kok bisa sekelompok Haechan, sih!"

Lelaki yang disebut namanya lantas menoleh. Helm yang tadinya ingin dipakai kini naik ke udara, siap melayang ke arah sumber suara. "Diem lu, monyet. Lo pikir gue mau?"

Renjun mencebikkan bibir, lalu segera memakai jaket saat melihat dua temannya sudah bersiap pulang.

"Lo berdua ngerjain di mana?" Haechan bertanya setelah menyalakan mesin motornya.

Jeno menoleh ke Jaemin hanya untuk mendapati anggukan setuju. "Rumah gue," jawabnya kemudian.

"IKUT!" pekik Haechan dan Renjun serempak.

Jeno yang tampak malas berdebat, hanya menganggukkan kepalanya.

"Tuker partner bisa nggak, sih? Na, tukeran deh sama gue. Ini gue kalo disatuin sama Haechan yang ada ngebacot mulu, anying."

"Udah, lah. Kerjain aja, nanti gue sama Jeno ikut bantu. Deadline besok, masih aja bacotin masalah partner."

Lagi-lagi Jeno mengangguk setuju. Entahlah, moodnya sedikit rusak setelah kejadian di taman tadi.

"Wait, lo tumbenan nggak nunggu Aya?" tanya Renjun setelah celingukan mencari gadis yang menjadi langganan tunggu mereka.

"Sama Bang Yuta," jawabnya asal. Ia sendiri tak tahu gadis itu pulang dengan siapa.

"Masa, sih? Abangnya nggak ngampus emang?"

Jeno mengedikkan bahu. Suasana hatinya benar-benar buruk. Padahal saat di taman tadi ia tidak terlalu memikirkan ucapan Rayana.

"Wah, nggak jelas lo. Tungguin, lah. Nanti kalo dia kecarian gimana? Pulangnya sama siapa?"

"Jun, ini bukan hutan belantara yang nggak ada angkutan umum," responnya setengah kesal.

"Seenggaknya bilang dulu, lah, Jen. Kan biasanya pulang sama lo." Renjun masih bersikukuh.

"Gapapa, nanti gue bilang ke Bang Yuta."

Haechan menggeleng takjub. "Masalah rumah tangga ini, mah."

"Buruan, elah. Gue laper!"

Ucapan Jaemin berhasil membuat dua lelaki yang asyik berbincang itu segera mengendarai motornya masing-masing.

Jeno sebagai tuan rumah mengambil posisi terdepan. Ah, memang kecepatannya yang lumayan tinggi, terbukti dari posisi teman-temannya yang tertinggal agak jauh di belakang.

Lelaki itu kalut. Padahal kalimat mengajak balikan belum sempat terlontar dari bibirnya, tapi entah mengapa rasanya seperti tertolak.

Yang ngajak putus Rayana, yang ngajak balikan Jeno, yang merasa ditolak Jeno, yang stres sendiri Jeno, yang merasa bersalah juga Jeno.

Adil nggak, sih?

Ya, nggak! Makanya Jeno kalut!

Jeno yang ngajak balikan merasa bersalah karna mengingat masalah keluarga gadis itu. Tapi emosi juga ditolak sebelum ngomong. Ah, gimana, ya? Susah di deskripsikan. Intinya Jeno kesal.

Telat, ya? Harusnya tadi waktu Rayana ngomong di taman. Tapi Jeno keburu luluh duluan. Jadi bisanya angguk-angguk kepala doang.

Nggak bisa marah kalau sama Rayana, mah.

"Oh, Bang Doy pengangguran sekarang?"

Haechan yang baru melangkah masuk, bukannya mengucap salam, malah melayangkan ledekan pada lelaki yang tengah asyik menonton film di ruang tamu.

Yang diledek berulang kali menarik dan mengembuskan napasnya.

"Bukannya dari dulu, ya?" sahut Renjun.

Favorite | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang