Extra Part

5.1K 649 161
                                    

Dengan kedua tangan yang bersedekap, Rayana menatap datar sosok lelaki yang tengah dikerumuni banyak gadis di lapangan itu.

Ingin rasanya menyeret sang kekasih dari sana, namun ia sadar posisinya sedang memakai pakaian hitam putih. Berbeda dengan para gadis di sana yang berpakaian khusus, lengkap dengan almamater.

Ya, ospek ini sungguh menyiksa Rayana.

Sejujurnya ia akan baik-baik saja selama tidak melihat Jeno dikerumuni kating-kating cantik. Ini sudah hari terakhir ospek, bukannya melihat sesuatu yang lebih baik, ia malah melihat Jeno diapit dua gadis untuk berfoto ria.

Ini Jeno nggak bisa nolak apa, ya?

Ah, sekarang bergantian dengan dua gadis di depannya.

Lagi.

Lagi.

Terhitung sudah delapan gadis. Dan lelaki itu masih menyetujui ajakan foto dari para gadis dengan eye smile-nya.

"Nggak pulang?"

Rayana menoleh. Mendapati lelaki dengan seragam serupa tengah memandanginya dengan wajah lesu.

"Nunggu seleb," jawabnya seraya mengarahkan dagu ke arah lapangan.

"Dilabelin makanya. Tulis gede-gede di name tag Jeno. Jangan deket-deket, punya Aya."

Rayana terkekeh pelan. Sempat kepikiran sih tadi. Panas juga lihat Jeno berdiri bareng ciwi-ciwi, dempetan lagi.

"Mungkin kalo yang lagi berdiri itu Jeno yang dulu, ditatap doang udah pada kabur itu cewek-cewek."

"Iya, ya?" Rayana tersenyum kecil saat sekelebat ingatan mengenai Jeno yang flat dulu terlintas di benaknya. "Jeno yang sekarang gampang banget senyum. Gimana nggak pada luluh coba?"

"Lo nggak ada diajak foto emang?"

Rayana menggeleng. Sejak kapan mahasiswa baru diajak foto bareng sama kakak tingkat? Kayaknya cuma berlaku buat Jeno doang.

"Eh, lo nggak diajak foto, Jaem?" tanyanya kemudian. Tidak bisa dibantah, ketampanan dua lelaki ini mutlak adanya.

Jaemin terkekeh. "Dipanggilin tadi. Gue pake airpods. Pura-pura nggak denger."

"Aman kayak gitu?"

"Aman, lah. Hak gue juga mau foto atau nggak."

"Kirain ketampanan lo nggak laris kayak Jeno gitu."

"Masih anget ini. Sembarangan bilang nggak laris."

Rayana terkekeh. Setelahnya, atensi dua remaja itu kembali ke tengah lapangan. Memperhatikan kerumunan pemakai almamater dengan si hitam putih yang menjadi titik pusatnya. Tak berapa lama, tersisa satu gadis yang sedang mengajak Jeno ... selfie?

"Nggak panas, Ya?"

"Dari hari pertama udah liat begituan. Kebal gue, mah."

Sama-sama dikerumuni, bedanya yang kali ini Jeno diajak foto. Rayana kadang heran, ini beberapa kating cewek jadi kelihatan nggak punya wibawa. Gapapa memang?

Sepertinya Rayana dapat menebak tujuan mereka jadi panitia ospek.

"Anjir, psikopat." Jaemin bergumam pelan saat melihat raut Jeno yang tadinya cerah dengan senyum manis kini tampak suram seketika.

"Capek anaknya, tapi nggak berani nolak," ujar Rayana membela sang kekasih.

"Ayaaaaaaa." Jeno mendekat dengan dua tangan yang sudah ia rentangkan.

"Jaga jarak satu meter. Pasti kemeja lo bau parfum cewek," cecar Jaemin dengan satu kaki yang ia angkat sebagai penghalang.

"Maaf, Ay. Tadi aku udah nolak. Tapi nama aku ditandain. Takutnya kena sanksi yang lebih parah, aku males berurusan sama mereka lagi," jelas lelaki itu dengan raut yang ... benar-benar membuat Rayana lemah.

Favorite | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang