Fav - Twenty Six

4K 738 463
                                    

"Itu, kan?"

"Cerita dulu baru gue kasih," ancam gadis yang sedang menggenggam sebuah buku catatan itu.

Rayana menghela napas pelan. Sudah tiga hari teman sebangkunya ini meneror pagi siang malam hanya untuk mendengar alasan detail kenapa Rayana tidak masuk beberapa hari yang lalu.

Sudah berulang kali juga Rayana menjawab dengan alasan sakit. Gadis itu masih saja tidak percaya. Mungkin lebih tepatnya, Radea ingin tahu penyebab terkuat Rayana sakit.

Gadis itu percaya, Rayana bukan tipe orang yang mudah sakit. Jadi sekalinya sakit, pasti karena ada sesuatu yang sudah terjadi.

Padahal kekebalan tubuh yang menurun termasuk hal yang lumrah, bukan?

"Lo niat minjemin nggak sih, Re?"

Radea berdecak pelan. "Niat. Tapi masih 40%, kalo lo janji bakal cerita, niatnya gue tambahin jadi 50%."

Rayana terkekeh. "50% nya lagi?"

"Ya, kalo udah cerita!"

"Gue pinjem ke yang lain aja kalo gitu." Rayana berujar seraya bangkit dari duduknya. Belum sempat melangkah, ia merasakan pergelangannya dicekal pelan oleh Radea.

"Catatan mereka nggak selengkap punya gue! Lo tau kan, guru ngomong aja gue catet! Lo tanya aja yang lain pasti mereka cuma nyatet yang di papan!" pekiknya sedikit mencebikkan bibir.

Rayana masih terkekeh. "Yaudah, gapapa. Yang penting ada."

"Aya! Lo tau kan guru-guru tuh sukanya buat soal ujian dari yang nggak dicatet di papan. Sia-sia lo liat catatan yang lain!"

"Gapapa, Rea."

Radea kembali berdecak. "Yaudah, sana! Ini sekalian bangku sama tas lo bawa! Pindah sana, pindah!"

"Bener?"

Diam sejenak, Radea menggeleng pelan. Matanya lurus memandang papan tulis yang masih bersih di depan sana. "Kita temen bukan, sih?"

"Temen."

"Temen doang, ya? Kayaknya dibanding Jeno, posisi gue masih jauh di anak tangga paling dasar."

Rayana tersenyum tipis.

"Gue waktu denger kabar lo sakit dari Bang Yuta langsung panik loh, Ya. Mikir lo pasti ada apa-apanya, apalagi belakangan ini lo murung nggak jelas gitu. Gue masih nunggu lo cerita, tapi makin kesini gue makin nggak sabar, Aya. Gue nanya Bang Yuta juga---"

"Wait." Rayana menginterupsi, membuat temannya itu menoleh dengan sebelah alis terangkat.

"Perasaan gue aja atau emang lo sama Bang Yuta makin deket? Dari kemaren-kemaren, sih. Bang Yuta juga apa-apa nyuruhnya lo terus," lanjut Rayana dengan tatapan penuh selidik.

"Kok jadi bahas gue, sih?!" pekik Radea tidak terima.

"Loh, topik utamanya Bang Yuta loh tadi." Rayana semakin melebarkan senyum meledeknya.

Ah, sebenarnya, Rayana sudah memikirkan hal ini sejak ia tahu teman dan kakaknya itu saling follow di Instagram.

Masih dalam lingkup wajar, tapi agak mustahil untuk Yuta. Di sosial media, kakaknya itu hanya berinteraksi dengan orang-orang terdekatnya. Pasca-kejadian bertemu sang papa di depan pagar juga, Yuta menitipkan Rayana pada Radea.

Kalau dipikir-pikir, hanya ada dua kemungkinan. Antara Yuta yang sudah dekat dan menaruh kepercayaan pada Radea, atau Yuta yang tidak tahu harus percaya pada siapa lagi untuk menjaga adiknya di dalam kelas.

Favorite | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang