Fav - Fifteen

4.7K 828 427
                                    

Awalnya, Jeno berniat menjauhi Rayana untuk beberapa hari. Sekedar membuat gadis itu sadar bahwa ia sedikit kesal atau mungkin lebih tepatnya, kecewa.

Iya, katakan saja childish. Jeno merasa harga dirinya sebagai lelaki sedikit tercoreng setelah kejadian di taman itu.

Tapi, tampaknya Rayana tidak sadar juga. Terbukti malam ini, gadis itu menghubunginya tanpa ragu hanya untuk membahas materi fisika.

Jeno luluh. Nggak bisa memang. Susah kalau udah pakai hati.

"Sama Bu Seulgi, kan? Kamu fisika udah sampe mana?"

"Kok kamu?"

Lelaki itu berdecak pelan. "Lo fisika udah sampe mana?"

Gelak tawa dari seberang sana berhasil membuat Jeno mendengus frustasi. Padahal dulu mengubah gaya bicaranya menjadi aku-kamu tidak sesulit ini.

Terkesan kasar. Jeno nggak biasa kalau sama Rayana.

"Yuk bisa yuk. Emang sesusah itu ya, Jen?"

"Susah, Ayaaaa." Ia tidak peduli lagi jika terdengar seperti merengek. Karena faktanya memang sesusah itu. Lidahnya yang kaku ini semakin kelu setiap berbicara dengan Rayana.

Tawa renyah kembali terdengar. "Lama-lama bisa kok. Asli, Jen. Pake aku-kamu berasa canggung gitu."

"Tapi pake lo-gue itu kesannya kasar, Ay."

"Lebih santai nggak, sih?"

Jeno berdecak. Jujur, walaupun sedang dalam niat menjauh, beberapa hari ini lelaki itu sudah melatih diri berbicara di depan cermin agar lidahnya semakin fleksibel. Namun, tetap, masih, dan selalu terasa sulit.

"Terserah."

"Dih, ngambek."

"Udahan dong, Ay. Iya PDKT, nggak usah pake lo-gue juga."

"Siapa bilang kita PDKT?"

"Terserah, lah. Aku matiin, kamu jangan begadang."

"Ha, apa, Jen?"

"GUE MATIIN, LO JANGAN BEGADANG," ujarnya sebelum memutuskan panggilan sepihak.

Pengen marah, tapi ini maunya Rayana. Tujuannya apa, sih? Di mana-mana orang itu belajar pakai aku-kamu, ini Jeno harus belajar pakai lo-gue.

Asli, perempuan itu ribet.

"Tumbenan teriak sama Aya."

Jeno menoleh ke lelaki yang tengah menyalin tugas di meja belajarnya. "Lo kapan pulang, sih?"

"Bentaran, elah. Lo juga sering kabur ke rumah gue kalo nyokap lo arisan." Jaemin menyahut dengan posisi duduk yang membelakangi Jeno.

"Gue lagi nggak mood."

"Emang nggak pernah mood, kan?"

"Bajing, pulang sana!"

Jaemin tergelak, lalu menutup buku latihannya setelah menyelesaikan soal terakhir. "Gimana rasanya?"

"Apa?" tanya Jeno dengan sebelah alis terangkat.

"Digantung sama Aya."

"Setan, pulang nggak?!"

Lelaki berkaus putih itu kembali tertawa. Ia sudah merebahkan tubuhnya di atas kasur, bersebelahan dengan Jeno. "Emang Aya ada masalah apa sampe nggak mau pacaran dulu?"

Jeno diam sejenak sebelum menjawab, "Keluarga."

"Privasi, ya?"

"Masih nanya?"

Favorite | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang