Fav - Thirteen

5.2K 889 216
                                    

"Kak Jaehyun nggak, sih?"

Yuta yang tampak fokus menyetir, lantas menoleh saat mendengar gumaman sang adik. "Masih dipikirin?"

"Tapi ini tiga temen Jeno ada E-nya semua, njir." Rayana masih bermonolog seraya melihat-lihat pesan yang ia terima dua hari lalu.

Yuta menghela napas panjang. Sedikit kesal, banyak bersyukurnya. Paling tidak, fokus Rayana mulai teralihkan dari masalah perceraian Mama dan Papa. Ia tahu jelas, adiknya itu masih belum bisa menerima kenyataan ini sepenuhnya.

Karena jujur, ia juga belum mampu.

"Kenapa nggak telfon ke nomornya aja?"

Rayana menoleh. "Terus lo pikir bakal diangkat?"

"Udah nyoba?"

"Udah, lah! Gue nggak sebodoh itu kali, sampe nggak kepikiran buat nelfon," gerutu Rayana mengundang tawa puas dari Yuta.

"Semalem udah nanyain temen-temen Jeno?" tanya Yuta lagi.

"Nggak ah."

"Lah, goblok."

Rayana mendelik. "Ya lo pikir aja. Gue yang nggak terlalu deket sama mereka tiba-tiba nanya, 'lo Stranger ya?' Iya kalo mereka, kalo bukan? Malu!"

Yuta mengangguk setuju. Ah, kalau dipikir-pikir, menarik juga. Tanpa sadar, fokusnya ikut teralihkan. Kadar overthinkingnya menurun setiap kali melihat Rayana yang pusing memikirkan siapa lelaki yang menjadi teman virtualnya itu.

"Lo udah coba nanya sama Jeno? Eh, jangan-jangan Jeno?"

Rayana menggeleng. "Jeno nggak banyak drama kayak gini."

"Iya juga." Yuta manggut-manggut setuju. "Itu tiga temennya tau alamat kita emang?"

"Iya, ya? Temen lo ya, Bang? Kak Jaehyun ini!"

Yuta tampak mengerutkan dahi, lalu berdecak pelan. "Kok feeling gue bilang bukan, ya."

"Feeling buaya gitu bisa dipercaya emang?"

"Anjing, mulut lo, Dek!"

"Salah?"

"Nggak, sih." Yuta menjeda seraya terkekeh. "Tapi gue kenal Jaehyun, anaknya nggak banyak drama juga, kayak Jeno. Mainannya high gitu, ya kali gabut ke anon."

"Bisa aja. Namanya juga gabut."

"Omongin sama Jeno coba," usul Yuta setelah menoleh sekilas.

"For what gitu?" Rayana menyahut sembari melihat jalanan dari balik kaca jendela.

"Biar dibantu lah, anying. Ngomong sama gue jangan lemot-lemot kenapa, sih!"

"Lo penasaran juga, ya? Hayooo." Rayana mengarahkan telunjuknya ke wajah sang kakak dengan senyum jahil yang menyertai.

"Nggak, sih. Gue takut dianya jadi keenakan sembunyi gini, terus diem-diem merhatiin lo dari jauh. Serem, kan?"

Rayana diam sejenak, lalu mengangguk ragu.

Favorite | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang