Fav - Thirty Four

3.1K 692 333
                                    

"Namanya Ayana, she went to heaven ..., just after her beautiful baby was born."

Telinga mendengar, otak mencerna. Rayana nyaris hilang keseimbangan kalau saja tubuhnya tidak ditopang dari belakang.

Perlahan, pigura itu ia letakkan kembali di atas nakas. Ia sempat menatap lekat-lekat sosok wanita yang tersenyum cantik di dalam sana.

"Bercanda, kan?"

"Bagian mana yang bisa dianggap bercanda?"

Rayana masih berusaha terkekeh. "Ini temen Papa, kan? Sepupu jauh? Atau selingkuhan yang lain?"

Tidak ada jawaban.

"Oh, ini Mama yang dulu, ya? Mukanya emang beda. Wajar sih, udah berapa tahun juga."

"Bukan ...."

"Editan kali. Ini rumah zaman Belanda nggak, sih? Ini bukan Papa, nih." Rayana menggeleng kecil.

"The first queen."

Rayana membeku.

"And this is her kingdom."

"Ah, udah nggak lucu lagi, Pa. Drama banget," ujarnya setelah menjauhkan tubuh dari topangan sang papa.

"Can I tell you about this drama, Princess?"

"You can't." Rayana memalingkan wajah. Sesekali masih terkekeh kecil saat tebakan-tebakan gila mulai berputar di kepalanya.

"Dia ... didiagnosis nggak bisa punya anak."

"Stop there."

"She wanted a baby, so she asked her king to marry another queen. I know this doesn't make sense, but the king actually did it."

Rayana masih terkekeh sembari menggeleng kecil.

"As you said, please remember, this is a drama."

Kekehannya pudar. Jika Rayana tahu rasa penasarannya akan berujung mendengar drama membosankan seperti ini, harusnya ia tidak pernah mengikuti isi kepalanya untuk masuk ke kamar Papa.

"Then, she was pregnant. Fate only allowed one to survive, and the king ... could only choose one of the two."

"Why me?"

"Not you. It's not about you. Princess, this is drama. You forgot?"

Perlahan, raut tegas itu melunak. Alis yang sedari tadi terangkat, kini menaut. Mata yang semula menyiratkan amarah, sudah berkaca-kaca memancarkan putus asa.

Rayana ingat, malam itu ia hanya terbawa emosi menanyakan perihal dirinya yang bukan anak Mama. Bahkan ia sudah menyesal sejadi-jadinya. Merasa egois karena mementingkan asumsinya di atas penderitaan sang mama.

Lalu, sekarang?

Seolah belum puas melihatnya meraung depresi, takdir lagi-lagi membuatnya hancur.

"I swore ... Sorry, the king swore to make sure their princess didn't find out about this."

"Pa ..., udah."

"But now, I ..., I broke my oath."

"Pa ...."

"Wanna know something? I promised to keep my oath if you didn't come into this room. And now, here you are."

Favorite | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang