Fav - Thirty

3.9K 702 452
                                    

King
Princess?
Bentar aja
Mau ya ngobrol sama papa?

Rayana menghela napas kasar, lalu kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku. Entah sudah berapa pesan yang ia terima dari pria itu. Untuk membalas satu huruf pun, Rayana masih enggan.

"Jeno nggak bisa jemput?"

"Hah?"

"Muka lo kusut gitu, Jeno nggak bisa jemput?"

Rayana berdecak pelan. Sejujurnya, ia masih tidak habis pikir dengan status mereka sekarang. Dulu, putusnya karena salah paham. Saat jadi mantan, keduanya masih saling sayang. Sekarang sudah balikan, malah diajak pacaran diam-diam.

Ini yang harusnya ribet itu cewek kan, ya? Kenapa kebalik?

"Gue nanya, anying. Bisa jemput nggak?" cecar Yuta lagi. Lelaki itu sudah bangkit seraya menyandang tasnya. Masih menatap penuh selidik ke sang adik yang sibuk merotasi mata.

"Gue nebeng lo, ya?"

"Curiga gue."

"Yaudah kalo nggak boleh. Gue pesen ojek aja."

Yuta berdecak. "Kasian ojeknya jauh-jauh dateng cuma buat jemput lo. Gue tunggu di mobil."

Rayana sempat mencebikkan bibir sebelum akhirnya terkekeh pelan. Asli, kadang Rayana suka kepikiran gimana bentukan kakaknya itu kalau sudah pacaran. Pasti jutek malu-malu kambing.

Tapi kasihan juga, ya? Ganteng-ganteng doyannya bertepuk sebelah tangan.

Mending, sih. Daripada udah balikan diajak backstreet?

Ah, Rayana masih belum tahu alasannya apa. Kemarin, setelah pertanyaan itu terlontar dari bibir Jeno, rasa ingin mencak-mencak dan kembali memutuskan hubungan itu sempat terlintas di benak Rayana. Namun, setelah melihat tatapan sendu dari lelaki yang sekarang sudah menjadi kekasihnya itu, Rayana membuang jauh-jauh pikiran buruk yang sempat singgah sebelumnya.

Jeno punya alasan, dan Rayana percaya itu.

"Morning."

Rayana berjengit kaget. Padahal, suasana yang sedang berlangsung sekarang sangat wajar untuk sepasang kekasih. Tapi, backstreet yang Rayana bayangkan tadi bukan seperti ini.

"Pagi," balasnya ragu.

"Sumpah, ya. Gue harus membuang lima menit berharga cuma buat denger sapaan alay kayak gini?"

Jeno terkekeh. "Lagian lo sendiri. Ngapain ditunggu coba?"

"Tuh, cewek lo tadi yang ngajak bareng." Yuta mengarahkan dagunya ke sang adik yang masih setia berdiri di depan pintu.

"Aman sama gue. Udah sana, nanti telat lo nyalahin cewek gue lagi."

"Cewek lo itu adek gue, Jen. Gue ingetin kalo lo lupa."

"Lo yang bilang kan tadi? Cewek gue yang ngajak lo bareng."

"Tapi masih adek gue!"

Jeno tergelak. "Kan nggak ada yang bilang cewek gue bukan adek lo."

"Tapi tadi lo bilangnya kayak---"

"TAKBIR!" pekik Rayana tiba-tiba.

"ALLAHUAKBAR!" sahut dua lelaki yang sejak tadi adu mulut di pekarangan.

"Masih pagi, saudara-saudara sekalian. Gue punya lo berdua, kok. Jangan rebutan gitu. Sini-sini gue peluk." Rayana merentangkan kedua tangannya.

"Najis." Yuta bergidik ngeri. "Buat lo aja, Jen. Makasih," lanjutnya seraya masuk ke dalam mobil.

Favorite | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang