Fav - Eight

6.7K 1K 273
                                    

Suara nyaring yang menggema dari alarm berhasil membuat gadis berpiyama maroon itu memekik kesal. Pasalnya, belum satu jam sejak ia memejamkan mata usai salat subuh tadi, benda berisik itu sudah memaksa netranya kembali bekerja.

Setelah mengusap kasar wajah bantalnya, gadis itu bangkit untuk mengambil handuk yang menggantung di balik pintu. Walaupun matanya masih mengantuk, sekolah tidak akan memahami, bukan?

Sepanjang malam, Rayana overthinking hanya karena satu pesan sialan,

'Lo aya?'

Jika kebanyakan orang menganggap hal ini sebagai angin lalu, berbeda dengan Rayana. Ia benar-benar berpikir keras siapa teman virtualnya itu.

Hey, ia sudah bercerita terlalu banyak tentang hidupnya. Awalnya, Rayana pikir, ia dan Stranger hanya sebatas berbagi cerita, lalu saling melupa seiring berjalannya waktu. Namun, siapa sangka kebetulan menyebalkan seperti ini benar-benar ada.

Asli, nggak lucu kalau Stranger itu orang terdekatnya sendiri.

"Habis jaga lilin?" ujar Yuta, menghampiri sang adik yang sudah rapi dengan seragamnya, duduk termenung di meja makan.

"Lo main anon, Bang?"

Yuta mengernyit. "Anon tele?" tanyanya yang dijawab anggukan semangat oleh Rayana.

"Bot buat orang ngenes yang nyari jodoh itu?" tanya lelaki itu lagi.

Rayana berdecak pelan. Kalau jawabannya begini, berarti sudah jelas bukan---

"Main."

"DEMI?"

"Bentar doang, banyakan bocil soalnya."

---Yuta. Oke, bukan Yuta.

Mari mengingat kembali orang-orang yang mengetahui perihal hilangnya Bongshik. Untuk sekarang, Rayana baru mencurigai Yuta dan Jeno. Karena dua lelaki itu saksi hidup untuk kasus hilangnya Bongshik pukul delapan tadi malam.

"Serius, Dek. Lo ngapain sampe matanya sayu banget gitu?" tanya Yuta lagi.

Rayana tidak menyahut. Ia mulai menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.

"Beneran ngepet?"

"Iya, dapetnya dikit. Jadi keliling lagi."

"Serius."

Rayana tidak menyahut.

"Udah berapa kali gue bilang jangan begadang. Useless tau nggak?"

Rayana masih enggan menyahut.

"Drakoran pasti."

Rayana menggeleng.

"Nggak mungkin belajar buat ulangan Bu Luna, kan?"

Rayana refleks mendongak. Masalah Bongshik dan Stranger benar-benar menyita fokusnya. Ia sungguh lupa hari ini ada ulangan.

"Gue liat di snapgram Rea," jelas Yuta.

"Aya ulangan?" sahut Mama yang datang dari arah kamar.

Rayana mengangguk cepat. "Doain, Ma."

"Doa tanpa usaha itu hasilnya nol," cibir Yuta setelah meneguk habis segelar air.

"Nggak ada belajar?" tanya Mama lagi.

Rayana menatap sinis sang kakak. Ah, Mama bukan tipe orang tua yang menuntut anak-anaknya untuk meraih prestasi di sekolah. Nilai yang Rayana laporkan kerap mengecewakan, namun Mama selalu mengatakan,

Favorite | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang