Chapter 13

4.6K 595 16
                                    

Saat senja datang, kelas Taeyong berakhir. Ia lalu berkemas dan berjalan keluar kelas. Di lobby, Haechan tengah berdebat entah mengenai apa dengan Jeno. Taeyong hanya menggeleng pelan melihatnya.

"Ayo." Ujar Taeyong melerai perdebatan keduanya.

Haechan langsung mendengus pada Jeno dan mengikuti sang ibu, tangannya lalu mengambil alih barang bawaan milik wanita itu dan berjalan didepan. Sementara Jeno menemani sang ibu dengan berjalan disampingnya.

"Mama lega Haechan bisa ceria lagi..." Ujar Taeyong penuh rasa syukur.

Disampingnya, Jeno mengangguk setuju. "Walaupun agak menyebalkan tapi melihatnya seperti ini lebih baik daripada melihatnya murung sepanjang hari."

Keduanya lalu tertawa kecil setelahnya.

Didepan, Haechan memekik senang kala mendapati Jaehyun menunggu mereka dengan mobil lama milik mereka. Ia langsung berlari dan memeluk tubuh sang ayah dengan senang, tak lupa bertingkah manja dan imut.

"Kupikir papa tidak akan menjemput kami..." Ujar Haechan dengan masih memeluk sang ayah.

Jaehyun tertawa kecil, lalu mengusap kepala putrinya dengan lembut. "Tentu saja papa akan datang, bukankah papa sudah janji?"

Haechan mendongak dan menatap Jaehyun penuh kekaguman, ia mengangguk semangat. "Seorang laki-laki harus memegang janjinya, benarkan pa??"

Lagi-lagi, Jaehyun tertawa mendengar penuturannya. Ia mengangguk untuk mengiyakan perkataan Haechan.

Setelahnya, mereka masuk diikuti Taeyong dan Jeno. Lalu berkendara menuju rumah kecil mereka. Selama perjalanan, Haechan tak henti-hentinya berceloteh riang mengenai banyak hal, sesekali kembarannya juga menimpali. Lalu berakhir dengan perdebatan keduanya.

Ayah dan ibu mereka hanya bisa tertawa melihat tingkah putra dan putri mereka, rasanya seluruh penat dan kesulitan hari ini hilang begitu saja kala melihat wajah-wajah buah hati mereka. Melihat mereka tampak tetap tersenyum dan bermanja-manja, sepasang suami-istri itu merasa hangat di hati mereka.

Sebesar apapun anak-anak mereka, dimata keduanya anak-anak tetaplah anak-anak. Sumber kekuatan mereka untuk tetap terus menjalani hidup.

"Ah ya, tadi Mark menelpon. Katanya Minggu depan dia akan pulang." Ujar Jaehyun setelah perdebatan si kembar usai. Tampaknya mereka lelah setelah banyak beradu argumen.

"Mark hyung akan pulang?!" Pekik Jeno dengan penuh semangat. Haechan hanya menatap sang ayah meminta jawaban.

Toh, ia belum tahu seperti apa kakak sulungnya itu. Meskipun dalam ingatan tubuh aslinya ia tahu seperti apa watak si sulung Jung itu.

Jaehyun mengangguk, "tadi kakak kalian menelpon, katanya Minggu depan adalah liburan semester dan akan pulang untuk menghabiskan liburannya disini. Dia bilang, dia merindukan dua adik kecilnya." Jelasnya sembari terkekeh pelan.

"Akhirnya! Meskipun hanya satu bulan tapi Mark hyung bisa pulang. Dia harus mengajariku banyak hal mengenai matematika dan fisika selama liburan kali ini!" Ujar Jeno dengan semangat.

Lalu Haechan memukul lengan saudaranya itu dengan kesal, "Mark oppa pulang untuk berlibur! Bukan menjadi tutor!"

"Apa salahnya mengajari adiknya sendiri? Lagipula kau pasti akan bertanya juga pada akhirnya!" Balas Jeno sambil mendelik.

Setelahnya, si kembar saling memunggungi. Kedua orang tua mereka hanya bisa pasrah jika sudah seperti ini, nanti juga baikan. Pikir mereka.

Setelah sampai, mereka segera membersihkan diri lalu makan malam sederhana dan berkumpul di ruang tengah. Jaehyun dan Taeyong yang duduk di sofa, sementara si kembar duduk di karpet sambil mengerjakan tugas-tugas mereka di meja kopi.

Reborn as a GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang