Chapter 34

2.4K 365 6
                                    

Yahh rencana tinggal rencana, kayaknya realita gak suka aku terlalu berpikir jauh. Maaf ya...

—————

Renjun langsung berjalan menuju kamarnya dan membanting vas bunga yang terletak di meja dekat jendela dengan keras, bunyi pecahannya membuat para pelayan yang lalu lalang semakin menundukkan kepala mereka.

Takut jika amarah tuan muda mereka di lampiaskan pada mereka.

"Sialan!" desisnya lalu kembali membanting benda lainnya yang bisa ia raih.

Ya, inilah sisi lain dari dirinya. Nakamoto Renjun yang tampak tenang dan tak tersentuh memiliki sifat kasar dan mudah marah, belum lagi ia selalu merusak barang-barang yang ada disekitarnya jika amarahnya itu terlampau besar.

Tak jarang, pelayan juga akan menjadi korban amukannya. Entah itu ditampar, dipukul oleh sesuatu, atau dilempari kata-kata makian yang tidak pantas.

Beberapa kali sang ayah–Yuta, membawanya ke psikiater untuk memeriksa keadaannya. Namun, itu tidak berpengaruh.

Renjun tetap kasar dan sulit mengendalikan emosinya, yang membuat kedua orang tuanya khawatir dengan sifat sang anak.

"Bajingan kau Eric Sohn!" Tangannya melempar meja yang sudah kosong itu dengan keras, hingga membuatnya terlempar dan patah.

Ia bahkan tak menyadari darah yang menetes dari pergelangan tangannya karena tergores pinggiran meja, nafasnya memburu dengan tatapan liar yang cukup menakutkan.

"Renjun..."

Mendengar panggilan itu, si pemilik nama menoleh dan mendapati sang ibu berdiri dengan anggun di dekat pintu. Renjun meremat rambutnya kuat-kuat untuk melampiaskan kekesalannya.

Wanita yang telah melahirkannya itu berjalan perlahan dan hati-hati, menghindari pecahan kaca dan barang-barang lainnya. Di tangkupnya wajah sang putra, dan ia elus pipi tirusnya itu.

"Hentikan Renjun, kau akan melukai dirimu sendiri." ujar sang ibu dengan lembut, ia menggenggam tangan putranya dan memberikan elusan-elusan lembut.

Renjun perlahan menutup matanya dan menikmati elusan dari sang ibu, nafasnya masih cepat seperti sebelumnya, ia berusaha untuk menenangkan diri secepat mungkin agar tidak melukai wanita itu.

"Apa yang membuatmu kesal, hm? Coba cerita pada Okaasan." Winwin, sang ibu membelai wajahnya lembut.

Tanpa menjawab, Renjun langsung memeluk wanita yang sudah melahirkannya itu. Dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang ibu.

Winwin membalas pelukannya, dan mengelus surai coklat pemuda itu. Bibirnya menggumamkan lagu anak-anak yang sering ia lantunkan saat menidurkan Renjun kala masih kecil dulu.

Setelah dirasa lebih tenang, Winwin melepas pelukannya dan menatap Renjun dengan senyuman hangatnya. "Sudah lebih baik?"

Renjun mengangguk kecil.

"Ayo, biar Okaasan obati lukamu. Jangan sampai infeksi." Winwin menarik pelan lengan putranya keluar dari kamar, untuk menuju balkon.

Tak lupa, ia memerintahkan kepada pelayan untuk membereskan kekacauan di kamar sang anak. Ia mendudukkan Renjun di kursi kayu yang ada disana, sementara ia mengambil kotak P3K.

Setelahnya, ia meletakkan tangan Renjun di pangkuannya dan mulai membersihkan darah yang sudah mulai mengering.

"Apapun yang membuatmu kesal, Okaasan harap itu bisa cepat hilang agar kau tidak melukai dirimu sendiri lagi..." ujar Winwin kala dirinya membubuhkan obat merah pada luka goresan yang cukup panjang di pergelangan tangan Renjun.

Reborn as a GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang