Chapter 41

2K 304 17
                                    

Balik ke timeline yaa

__________

Berkat hadiah taruhan itu, Haechan kini tampil lebih baik. Bahkan sangat baik.

Banyak anak-anak sekolahnya yang dulu sering menghina ataupun mengabaikan perilaku penindasan terhadap dirinya tertegun melihat perbedaan penampilannya kini.

Wajahnya yang dulu tidak terawat dan penuh jerawat serta berminyak, kini berubah menjadi lebih bersih dan mulus. Walaupun kulitnya tidak seputih kembarannya, ia tampak benar-benar cantik.

Tidak seperti Gangnam beauty memang, tapi Haechan memiliki pesonanya sendiri. Dan itulah yang menarik dari dirinya.

Seperti pipi tembam nya yang seperti bayi, mata bulat almondnya, serta bibir berbentuk seperti hati. Mungkin banyak orang yang memiliki ciri-ciri serupa, tapi Haechan menjadi salah satu yang unik dari orang-orang yang memiliki ciri-ciri tersebut.

Belum lagi, sifatnya yang tidak seperti gadis umumnya dan lebih seperti laki-laki, membuatnya benar-benar seperti pohon apel diantara padang rumput.

Ia memang bersikap anggun, tapi keanggunannya lebih seperti bangsawan pria. Apalagi jika seseorang melihatnya memperlakukan Jaemin atau Chenle. Haechan tampak gentleman dengan mereka.

Tidak ada lagi sifat pengecut dan malu-malu dari Haechan yang mereka kenal. Tidak ada lagi Haechan lemah yang selalu menunduk saat ditindas, karena dia akan balik menyerang jika ada yang berani menindasnya.

Orang-orang masih belum tahu ia dan Jeno kembar tak identik, karena Haechan masih keras kepala untuk menyembunyikan fakta itu. Hanya segelintir teman-temannya dan teman-teman Jeno yang tahu hal itu.

Menurutnya, orang-orang tak perlu tahu mengenai hal itu. Toh, memberitahu mereka fakta itu malah akan membuat banyak hal yang tidak perlu terjadi. Jadi, ia memutuskan untuk tetap merahasiakan fakta itu.

Setidaknya untuk saat ini.

Namun hari ini Haechan sedang dalam mood yang buruk.

Wajahnya yang bulat menampilkan ekspresi datar dan tak peduli dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku almamater sekolah, mengabaikan tatapan orang-orang yang masih memandangnya dengan aneh.

Jika kalian bertanya-tanya mengapa Haechan dalam suasana hati yang buruk, maka jawabannya adalah....

Menstruasi.

Ya, benar. Jadwal bulanan para wanita. Dimana pinggangmu akan terasa pegal-pegal, atau sakit perut dibagian bawah, dengan mood yang naik turun seperti roller coaster. Belum lagi sulit untuk bergerak bebas dengan keadaan yang... kau tahu?

Darah yang keluar dari area kewanitaan...

Ugh... Haechan benar-benar tidak menyukai sensasinya, sungguh.

Tak terasa masa tinggalnya di tubuh baru ini sudah satu bulan lebih, dan ya, sekarang saatnya dia mengalami hal yang dialami para wanita pada umumnya.

Haechan berjalan kaku, takut jika bergerak berlebihan akan membuatnya lebih tidak nyaman lagi.

Saat bangun tadi, ia mendapati seprainya di cat merah darah. Begitupun dengan celana piyamanya. Panik, ia lari menuju kamar mandi dan mengganti seprainya setelah menyelesaikan celananya yang juga penuh darah.

Takut tubuh barunya memiliki penyakit, ia melakukan pencarian di Naver. Dan dari sanalah ia tahu bahwa itu adalah... periode bulanannya.

S-sial...

Haechan bahagia bisa kembali hidup, ia juga bahagia dengan keluarga dan teman-teman barunya. Tapi satu hal yang menyebalkan mengenai menjadi seorang wanita, periode bulanan mereka.

Tadi saja ia nyaris melempar cangkir pada kembarannya karena dia sudah membuatnya kesal. Untung ayahnya sigap dan segera menghentikan aksinya itu.

Dan begitulah paginya berlalu, dengan mood jelek seolah dia siap memakan siapa saja yang berani merusak moodnya lebih lanjut.

"Haechan!"

Si pemilik nama menoleh dan mendapati Eric berjalan kearahnya dengan senyuman lebar, pemuda itu tidak kesal dengan penolakan cintanya saat selesai kompetisi hari itu.

Haechan berusaha untuk balas tersenyum, walaupun tidak selebar biasanya. "Hai, Eric."

"Hehehe..." pemuda itu tertawa seperti idiot sambil menyugar rambutnya yang sudah berganti warna menjadi merah. "Siap untuk menari nanti sore?"

Haechan menghela nafas panjang dan mengerucutkan bibirnya, lalu menggeleng pelan.

"Eh?? Kenapa? Apa kau sakit? Kuperhatikan kau tampak tidak bersemangat.." Eric memberondongnya dengan pertanyaan.

Haechan sedikit terhibur dengan rentetan pertanyaan pemuda itu dan terkekeh geli, "kurasa aku akan izin hari ini..."

Wajah Eric jadi jauh lebih tampak khawatir sekarang, juga ada sedikit rasa kecewa saat tahu partnernya tidak akan datang untuk latihan. "Kenapa??"

Haechan menghela nafas, "kau tahu Eric, perempuan punya siklus mentruasi. Beberapa ada yang teratur ada juga yang tidak. Belum teratur lebih tepatnya. Aku mengalaminya, dan aku merasa tidak nyaman untuk menari saat ini."

Eric lalu mengangguk penuh pengertian, dan ikut mengerucutkan bibirnya. "Padahal aku ingin mengajakmu untuk meng-cover lagu dari film Encanto..."

Haechan tertawa terhibur, "darimana kau tahu mengenai kartun itu?"

Eric mengedikkan bahunya, "Hyeongjun mengajakku untuk menontonnya dirumahnya, lalu aku mengajak Sanha untuk ikut juga. Akhirnya kami menonton film kartun itu bersama."

"Tapi sungguh! Kartunnya benar-benar bagus, belum lagi lagu-lagunya. Sangat mengundang untuk menari! Aku benar-benar menyukai kartun itu!" sambung Eric dengan penuh semangat.

Haechan benar-benar tertawa lepas kali ini, lalu menepuk pundak rekan menarinya main-main. "Kau benar-benar seperti anak berusia lima tahun yang menonton seri kartun Disney, kau tahu?"

Eric membusungkan dadanya dengan bangga, "tak apa aku menjadi anak-anak asalkan kartun yang ku tonton sebagus Encanto.."

"...mama." ledek Eric sambil merangkul pundak Haechan, membuat gadis itu semakin tertawa.

Eric benar-benar mood booster, apapun yang dia lakukan membuat Haechan tertawa.

"Kau tahu Eric? Aku lebih suka kau menjadi saudaraku daripada Jeno." ujar Haechan setelah tawanya mereda.

Eric menatapnya dengan alis terangkat sebelah, "oh ya? Kenapa?"

"Kau lebih menyenangkan dari Jeno, dia hanya bisa membuatku emosi setiap saat." Haechan mendengus.

"Kalau begitu ayo jadi adikku, tapi kau harus kuat menghadapi omelan dari ibuku karena dia tidak akan sebaik bibi Taeyong." balas Eric.

Lalu mereka tertawa bersama, dan mengobrol acak sampai mereka berpisah saat Haechan berada didepan kelasnya.

Dengan mood yang lebih baik, Haechan masuk dan duduk di mejanya lalu mengeluarkan alat tulis dan buku pelajaran untuk jam pertama.

Sepanjang hari itu, Haechan benar-benar tidak nyaman. Ia berkali-kali mengganti posisi duduknya dan pinggangnya juga terasa pegal. Beberapa kali ia meringis, sampai membuat Jaemin—teman semeja barunya—menatap Haechan khawatir dan menawarkan untuk membawanya ke unit kesehatan.

Di akhir jam pelajaran keempat, Haechan menyerah dan memilih untuk pergi ke unit kesehatan. Dan ia hanya berbaring di ranjang unit kesehatan, tampak layu.

Yahh... sekeras apapun dia bersikap seperti dirinya di kehidupan yang lalu, kenyataan bahwa sekarang dia adalah perempuan membuatnya apa yang bisa ia lakukan menjadi lebih terbatas.

To be continued

Selamat hari Raya Idul Fitri h+2 semua hehe

Reborn as a GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang