Chapter 17

4.2K 581 17
                                    

Hari ini Jeno sangat bersemangat, pasalnya kakak sulungnya akan pulang. Sejak bangun tidur hingga sarapan tak henti-hentinya ia melihat jam, takut jika nanti mereka telat menjemput sang kakak.

Haechan yang melihatnya memutar matanya malas, walaupun ia penasaran dengan kakak sulungnya itu tapi ia tidak seperti Jeno yang berlebihan. Sungguh, ia ingin memukul saudaranya itu hingga pingsan.

Jeno jadi seperti seorang gadis yang dimabuk cinta dan tak sabar untuk bertemu kekasihnya. Haechan kan jadi jijik sendiri melihatnya.

"Kapan pesawat Mark hyung mendarat pa?" Tanya Jeno, yang entah ke berapa kalinya.

Jaehyun hanya terkekeh, ia memaklumi tingkah kekanakan putra keduanya. "Pukul 10 nanti, itupun jika tidak ada kendala yang mengharuskan pesawat menunda keberangkatannya."

"Tenanglah, Mark hyung mu akan menelpon jika ada sesuatu." Taeyong menenangkan putra keduanya yang sudah tak sabar itu, tak lupa senyumannya menghiasi wajah cantiknya.

Haechan memilih acuh dan tetap melanjutkan acara sarapannya, ia sudah lelah memperingatkan Jeno untuk tetap tenang. Tapi kakaknya itu tak mau dengar, jadi yasudah.

Ketika waktunya tiba, Jeno dengan bersemangat langsung duduk di kursi penumpang. Mendahului sang ayah yang masih bersiap-siap. Sementara Haechan dan Taeyong tidak ikut, mereka akan mempersiapkan kejutan kecil-kecilan untuk si sulung Jung itu.

Rencananya, Baekhyun dan keluarganya juga akan datang ke rumah mereka untuk merayakan kedatangan Seonghwa bersama Mark.

Setelah mobil Jaehyun melaju meninggalkan rumah sederhana mereka, tibalah mobil mewah milik keluarga Park. Sang kepala keluarga, Park Chanyeol turun dari mobil diikuti Baekhyun dan putra bungsunya Park Jisung.

Haechan menyambut mereka didepan pintu, sementara Taeyong masih menyusun makanan dan cemilan didalam.

"Paman!! Bibi!! Selamat datang!!" Sambut Haechan dengan senyuman cerahnya.

"Kau tidak mau menyambutku Noona?" Tanya Jisung sambil menunjuk dirinya sendiri.

Haechan terkikik, lalu memeluk sepupunya itu. "Selamat datang juga Jisungie..."

Ia harus berjinjit untuk bisa memeluknya, karena tingginya lebih pendek dibanding Jisung. Yang lebih muda balas memeluknya dengan senang hati, dan tersenyum hingga matanya menyipit.

Chanyeol dan Baekhyun tersenyum melihat interaksi keduanya, lega Haechan tak lagi sekaku dulu ketika mereka berkumpul.

Haechan lalu melepaskan pelukannya, kembali menatap bibi dan pamannya dan mempersilahkan mereka untuk masuk lebih dahulu. Sementara ia dan Jisung masih bercakap-cakap di halaman, sembari menunggu yang dari bandara tiba.

Mereka duduk di kursi santai yang ada di teras rumah, sebenarnya Jisung sedikit canggung bila bersama Haechan. Apalagi sebelumnya yang lebih tua sangat tertutup dan tidak mau bergaul dengannya.

Tapi ia bersyukur sosok yang sudah ia anggap kakak itu akhirnya mau terbuka juga. Pemuda bermata sipit itu tersenyum tipis sembari memperhatikan kakak sepupunya itu.

Haechan mengenakan sweater merah muda dengan celana selutut, rambutnya di cepol dan mengenakan pita berwarna senada dengan pakaiannya. Meskipun ada jerawat diwajahnya, Jisung tahu kakak sepupunya itu tampak sangat cantik seperti bibinya.

"Noona..." Panggil Jisung pelan.

Haechan menoleh dan menatap yang lebih muda dengan pandangan bingung, "kenapa?"

"Aku bersyukur kau bisa lebih terbuka padaku... Terima kasih." Ujar Jisung dengan tulus, ia tersenyum hingga matanya membentuk sabit.

Haechan jadi ikut tersenyum, dan mengangguk pelan. "aku tahu apa yang dulu kulakukan itu salah, aku juga minta maaf karena menjauh darimu."

Keduanya lalu tertawa bersama, menghilangkan kecanggungan yang menyelimuti mereka. Hingga suara klakson terdengar dari luar gerbang. Dengan penuh semangat Haechan berdiri, ia akan membukakan gerbang untuk ayahnya.

Tapi Jisung menahannya, "biar aku saja, Noona tunggu disini." Dia lalu berlari kecil menuju gerbang dan membukanya lebar-lebar, lalu menutupnya kembali setelah mobil Jaehyun masuk ke pekarangan.

"Selamat datang!!" Sambut Haechan sambil tersenyum lebar.

Dua orang yang asing menurutnya keluar dari pintu belakang, dan dalam sekejap mata ia bisa tahu identitas mereka lewat kenangan tubuh aslinya.

"Oppa!!" Haechan berlari dan menghambur ke pelukan si sulung, yang langsung dibalas oleh pemuda itu.

"Haechan-ah... Kau sudah tumbuh ternyata.." kekeh Mark sembari mengusap kepala adik bungsunya.

"Tapi tetap lebih tinggi Jeno!" Timpal putra kedua Jung itu, tangannya membawa tas jinjing milik sang kakak.

Sementara Seonghwa mendekat kearah Jisung dan mengusak rambutnya gemas, "kau tumbuh sangat cepat Jisung-ah... Bahkan tinggimu hampir menyaingi ku."

Jisung tertawa, "aku rajin olahraga dan ikut klub basket, tidak sepertimu hyung!"

"Ya!" Kedua kakak-beradik itu lalu tertawa bersama.

Haechan melepaskan pelukannya, lalu menatap Seonghwa dengan senyuman cerahnya. "Selamat datang juga Seonghwa oppa!!"

"Terima kasih manis... Kau tambah cantik sekarang." Balas Seonghwa, tangannya terulur untuk mencubit pelan pipi sepupunya itu.

Terakhir ia melihat Haechan adalah saat gadis itu baru masuk sekolah menengah pertama, sekarang gadis itu sudah besar. Seonghwa jadi terharu.

"Sudah-sudah, kalian bisa saling mengobrol nanti. Ayo masuk dan makan siang, kalian pasti lapar bukan?" Lerai Jaehyun, lalu membimbing mereka untuk masuk.

Haechan masih menempel pada Mark, sesekali bertanya mengenai pengalamannya selama di Kanada sana. Mark menjawab semua pertanyaannya dengan sabar dan nada yang lembut, tak ada gurat ketidak sabaran dimatanya.

Dia sangat berbeda dengan kakaknya di kehidupan yang lalu. Mark benar-benar sosok kakak yang penyayang, dia juga lembut seperti Taeyong, dan berwibawa seperti Jaehyun. Mark adalah cerminan kedua orangtuanya.

Haechan jadi tak lagi ragu untuk bermanja-manja padanya, yang mana membuat Jeno cemburu. Dan berakhir keduanya berdebat, lalu Mark akan memisahkan mereka.

Membuat semua orang yang ada disana tertawa karena tingkah si kembar Jung itu.

Tanpa ada yang tahu, Mark merasa lega karena Haechan tak murung lagi. Ia sudah mendengar mengenai apa yang terjadi pada adik kecilnya dari Seonghwa.

Bahkan dulu saat Haechan koma di rumah sakit, Mark sempat ingin pulang untuk melihat kondisi sang adik jika Lucas sahabatnya tidak menahannya.

Mark benar-benar khawatir dan tidak fokus akan studinya selama beberapa Minggu, hingga akhirnya ia tahu Haechan baik-baik saja dan ia bisa merasa lega.

Sejak kecil, Mark sudah terbiasa diikuti oleh kedua adik kecilnya seperti induk bebek yang diikuti anak-anaknya. Entah itu bermain, belajar, ikut les, bahkan dimarahi pun adik-adiknya akan selalu menemani Mark. Jika salah satu adiknya pergi, Mark pasti akan merasa hancur.

Sebagai seorang kakak, ia merasa bertanggung jawab atas kedua adiknya. Apalagi Haechan adalah adik perempuan satu-satunya.

To be continued

________

Jangan salah paham saja Jisung ya teman, dia gak ada apa-apa kok sama teteh echan

Reborn as a GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang