Setelah acara keluarga seharian penuh dengan canda tawa diantara mereka, pagi berikutnya si kembar Jung itu jadi sangat manja. Apalagi pada kakak sulung mereka.
Keduanya menolak untuk pergi ke sekolah dengan alasan ingin bersama sang kakak, demam, bahkan sakit perut mendadak. Kedua orang tua mereka hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah manja keduanya.
Mark menggeleng tanpa daya, lalu balas memeluk kedua adiknya yang menempel padanya. "Aku akan mengantarkan kalian ke sekolah, ayo bersiap. Setelah pulang sekolah nanti, kita bisa berkeliling dan mencari toko ice cream kesukaan kalian. Bagaimana?"
"Oppa janji??/Hyung janji??" Tanya si kembar bersamaan, mata mereka berbinar kala mendengar iming-iming yang diberikan sang kakak.
Mark dan kedua orang tua mereka tertawa gemas, si kembar tetaplah anak kecil dengan segala keimutan mereka, meski selalu ribut jika bersama tapi keduanya akan akur jika menyangkut kakak sulung mereka. Dan hal yang sama-sama mereka sukai tentunya.
"Janji, jika aku mengingkarinya maka nanti akan tumbuh jenggot di daguku dan kulitku akan keriput seperti kakek-kakek." Jawab Mark sembari mengusak gemas surai kedua adiknya gemas.
"Yeayy!!" Pekik si kembar, mereka lalu memeluk Mark dengan erat hingga hampir membuat si sulung terjengkang. "Kami sayang Mark hyung!!" Sambung mereka.
Setelah puas memeluk si sulung, keduanya langsung berlari menuju kamar mereka dan bersiap-siap untuk sekolah. Untungnya, waktu bel berbunyi masih cukup lama. Jadi mereka tidak takut untuk terlambat ke sekolah.
Mark meminjam mobil sang ayah untuk mengantarkan kedua adiknya, dan menunggu di luar rumah sambil memanaskan mobil.
"Apa kau tidak punya janji lain hari ini Mark?" Tanya Taeyong yang menghampiri si sulung.
Mark yang tengah mengelap kaca depan mobil menoleh dan tersenyum, "tidak ma, hari ini Mark ingin menghabiskan waktu dengan Jeno dan Haechan. Lagipula, teman-teman Mark kembali ke kampung halaman mereka. Jika Mark ingin bertemu mereka, itu akan sulit."
Taeyong mengangguk paham, "bagaimana dengan Yeonjun dan Hyunsuk? Apakah mereka juga pulang?"
Mark terdiam sebentar, lalu mengangguk. "Ya, tapi Yeonjun dan Hyunsuk akan pulang lusa. Mereka masih memiliki hal yang harus diurus di kampus."
"Begitu.." Taeyong mengangguk.
"Kami sudah siap!!" Seru si kembar kompak, mereka keluar dari pintu sambil memegangi tas masing-masing. Senyum lima jari senantiasa tersemat di bibirnya keduanya.
Taeyong dan Mark berbalik dan menatap keduanya dengan senyum hangat.
"Kalau begitu, kami berangkat ma." Ujar Mark, ia melambai pada si kembar, "ayo, nanti kalian telat."
Taeyong mengangguk pelan dan menepuk pundak putra sulungnya, "hati-hati.."
Mark mengangguk, lalu masuk dan duduk di kursi pengemudi. Sementara si kembar menghampiri sang ibu dan mencium pipinya, setelah itu ikut masuk ke dalam mobil.
Melihat ketiga putranya telah meninggalkan area rumah mereka, Taeyong menghela nafas panjang. "Mereka sudah besar..."
Rasanya baru kemarin ia mengajarkan Mark berjalan, menyuapi si kembar yang nakal, dan memasukkan mereka ke taman kanak-kanak. Tapi sekarang, ketiga buah hatinya sudah hampir dewasa.
Mark yang sebentar lagi lulus kuliah, Jeno dan Haechan akan masuk universitas. Ketiganya tumbuh tanpa terasa.
Sebentar lagi, ketiga buah hatinya akan menemukan pasangan mereka dan membangun keluarga sendiri. Ia dan Jaehyun akan menjadi sepasang kakek nenek dengan rambut yang memutih.
"Se dewasa apapun mereka, dimata kita mereka tetaplah anak-anak." Sahut Jaehyun yang datang tiba-tiba, ia memeluk tubuh istrinya dari belakang dan mencium pipinya.
"Kau benar, ketiganya tetaplah bayi kita yang berharga." Taeyong tersenyum dan mengelus tangan Jaehyun yang melingkar di pinggangnya.
.
.
Mark menepikan mobilnya didekat gerbang, lalu menatap kedua adiknya yang duduk di kursi belakang sambil tersenyum. "Pergilah, belajar yang giat dan buat kami bangga."
Jeno dan Haechan balas tersenyum dan mengangguk, "tentu!"
"Kami sekolah dulu hyung, hati-hati saat menyetir pulang." Pamit Jeno, ia membuka pintu lebih dulu lalu menghampiri Hyunjin dan adik tirinya Jeongin yang sedang berdiri di dekat gerbang.
"Haechan? Tidak pergi?" Tanya Mark kala si bungsu belum keluar dari mobil.
"Oppa, kau adalah kakak terhebat yang aku dan Jeno miliki. Tetaplah menjadi panutan kami selain papa dan mama, aku menyayangimu." Bukannya menjawab, Haechan malah mengatakan hal lain.
Setelah itu, ia mendekat dan memeluk sekilas kakak sulungnya lalu pamit. "Aku pergi, hati-hati saat menyetir oppa!"
Ia berjalan sendirian dengan santai tanpa memperhatikan orang lain yang menatapnya dengan penuh cibiran dan merendahkan.
Didalam mobil, Mark tertegun, lalu menatap kepergian adik bungsunya dengan sendu. "Maaf aku belum bisa melindungimu dengan baik Haechannie, maaf karena kau harus menanggung semua penderitaanmu sendirian."
Mark tahu Haechan mengalami perundungan, itupun karena Jisung secara tidak sengaja menelponnya dengan suara panik. Sepupunya itu selalu ceroboh dan sering salah menelpon orang. Ia mendial nomornya dan langsung mengatakan kondisi Haechan yang kritis dan jatuh koma, mengira nomornya adalah nomor Seonghwa dan terus berbicara panjang lebar mengenai situasi Haechan.
Mark yang saat itu akan melakukan presentasi tugasnya mendadak syok dan linglung, hingga membuat teman-teman dan dosennya khawatir.
Mark sangat kacau, dan nyaris kehilangan kendali dirinya karena mendengar kabar sang adik yang tidak baik-baik saja. Bahkan temannya dari departemen psikologi harus ikut turun tangan dan menenangkan kondisi psikisnya selama satu minggu sebelum Mark bisa kembali tenang dan bisa berpikir jernih.
Sungguh, Mark merasa dirinya tidak berguna sebagai seorang kakak. Harusnya ia ada di Seoul, bersama kedua adiknya dan melindungi mereka. Terutama Haechan.
Seharusnya ia tidak menerima beasiswa untuk kuliah di luar negeri, dan membuatnya jauh dari kedua adik kecilnya. Harusnya ia tidak terlalu fokus pada mimpinya hingga melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang kakak.
Melihat Haechan tersenyum lebar saat menyambut kepulangannya kemarin, ia enggan untuk percaya bahwa adiknya yang manis itu mengalami perundungan di sekolahnya bahkan sampai melakukan aksi bunuh diri.
Ia gagal menyadari perubahan Haechan yang menjadi lebih pendiam saat dirinya pergi untuk berkuliah di Kanada, ia tidak menangkap raut lelah dan depresi adiknya saat itu. Andai saja Mark memperhatikannya lebih lagi, ia akan meninggalkan beasiswanya dan memilih untuk berkuliah di Seoul saja sembari menjaga adiknya.
Mendengar perkataan tulus sang adik beberapa menit lalu, membuatkannya tersentuh. Dimata Haechan, dirinya adalah panutan seperti kedua orang tuanya. Tapi ia tahu betul bahwa dirinya gagal menjadi kakak yang baik untuk adiknya itu.
Mark benar-benar merasa bersalah karenanya.
"Aku tidak akan membiarkan kau ataupun Jeno terluka, aku janji. Haechannie, maaf..." Gumamnya.
Setelah itu, Mark menyalakan kembali mesin mobil dan melaju menjauhi area sekolah si kembar. Ia akan menunggu mereka di café milik sang ayah, lalu menjemput mereka setelah jam pulang sekolah.
To be continued
________
Saran dong, siapa yang jadi pasangan Mark? Kan echan udah sama njun
Yang siders aku colok pake gaya what is love liatin
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn as a Girl
FanfictionKarena sifat bajingan nya, Haechan dikutuk oleh gadis-gadis yang menyukainya. Dan terlahir kembali menjadi seorang wanita. Bagaimana kehidupannya setelah itu? Tekan baca jika kalian tertarik~ A/n : CERITA INI MENGANDUNG UNSUR GENDER SWITCH/GS!! Se...