Chapter 44

2K 286 7
                                    

Setelah hari itu, dengan Renjun yang mengantar Haechan pulang dengan mobilnya dan mengajaknya untuk bertukar nomor telepon, mereka menjadi lebih dekat.

Tidak sedekat yang kalian bayangkan, itu hanya... seperti teman biasa. Yahh... kau tahu? Jika bertemu saling menyapa, mengobrol jika sempat, dan saling memberi rekomendasi mengenai apapun.

Masih seperti sebelumnya, Renjun dengan keyakinannya dan Haechan dengan keraguannya.

Karena sifatnya yang mudah berbaur dimasa lalu, Haechan mudah beradaptasi dengan keberadaan Renjun dalam hidupnya sekalipun pertanyaan yang sama masih berputar di kepalanya.

Ia tidak berniat menanyakannya, toh itu kan privasi orang. Walaupun penilaiannya pada Renjun sedikit berkurang karena hal itu.

Tidak ada yang suka orang yang ringan tangan. Begitupun Haechan. Meskipun dulu ia bajingan, tapi ia tidak pernah mengangkat tangan pada seorang wanita. Ditambah dengan ayahnya yang sering menamparnya kala dulu ia membangkang membuat Haechan tidak suka dengan perilaku itu.

Dia tahu bagaimana rasanya, dan apa dampaknya pada dirinya. Bekas di pipinya mungkin memudar, tapi ingatan tentang itu tetap tinggal di benaknya. Ia bersyukur karena orang tuanya yang sekarang tidak seperti ayahnya dulu.

"Pa, ma, hari ini Haechan mau ke toko buku." ujar Haechan saat sarapan pagi di akhir pekan ini.

"Oh? Sendirian? Mau oppa antar?" Mark mendongak dari piringnya.

Haechan menggeleng pelan, "tidak usah, oppa pergi kencan saja dengan Yeonjun eonnie. Aku akan pergi dengan teman hari ini."

Jeno tersedak saat mendengar ucapannya dan memandang kakak sulung mereka dengan kaget. "kau berkencan dengan Yeonjun noona?! Sejak kapan?!"

Mark melotot, ia jadi gugup sendiri karena ditatap oleh orang tua dan adiknya. "B-bukan begitu... aku dan Yeonjun tidak berkencan—"

"Bukan tidak, tapi belum." sela Haechan, "Benar kan?"

Mark hanya bisa menghela nafas panjang, tak tahu harus berkata apa lagi.

Jaehyun tampak berusaha mengingat-ingat gadis yang dimaksud putrinya itu, "Yeonjun itu... gadis yang memiliki mata rubah itu kan?"

"Seratus untuk papa! Dia juga menjadi rekan bersaingku saat game barbeque waktu itu." Haechan membenarkan.

"Dia gadis yang cantik, ramah dan sopan. Mama tidak memiliki masalah jika kau mau berhubungan dengannya." Taeyong berkomentar.

Jeno yang tengah mengunyah sarapannya juga ikut mengangguk, "belum lagi dia juga pintar."

"Kami merestuimu dengannya Mark." Jaehyun ikut memberikan restunya.

Dengan telinga memerah, Mark mengangguk kecil dan menggunamkan terima kasih sebelum lanjut menghabiskan sarapannya.

Ketika Haechan sudah siap untuk pergi, Jeno yang tengah menonton televisi menatapnya dengan penasaran. "Kau pergi dengan siapa? Chenle?"

Haechan menggeleng dan fokus memakai sepatu kets nya.

"Lalu? Eric?"

"Bukan." lagi, Haechan menggeleng.

"Lalu siapa? Aku tidak tahu kau punya begitu banyak teman sebelumnya." Jeno menatap Haechan kebingungan.

"Memang bukan temanku, kok." balas Haechan simpel.

"Lalu?"

"Temanmu, Nakamoto Renjun." jawab Haechan simpel, dan tanpa menunggu reaksi saudaranya ia keluar rumah setelah pamit pada ibunya.

Reborn as a GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang