Chapter 6

6K 734 20
                                    

"Kenapa? Kesal?" tanya Haechan main-main, matanya menatap mereka dengan mengejek.

Salah satu siswa hampir maju dan memukulnya jika tidak ditahan oleh si ketua geng. Haechan yang melihat itu terkekeh pelan.

"Sepertinya kau menjadi lebih berani setelah mencoba bunuh diri ya?" sinis gadis cantik yang sayangnya sombong itu.

Haechan menghela napas dalam-dalam dan mengangguk dramatis sambil menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga. "Aku harus berterima kasih pada kalian karena telah membuatku berniat bunuh diri, sungguh aku benar-benar berterima kasih. Jika tidak... Aku mungkin tidak akan pernah punya keberanian sampai kapanpun."

Beberapa siswa maupun siswi lain dari kelas yang berbeda mulai memperhatikan mereka seolah itu adalah tontonan gratis, bahkan tak jarang mereka juga mengumpati Haechan.

Jaemin yang berniat untuk pergi ke toilet bersama Yeji saja menghentikan langkahnya karena kerumunan itu, dia merasa penasaran kenapa mereka berkerumun di koridor seperti ini.

"Ada apa ini?" tanya gadis itu pada teman sebangkunya.

"Pasti kelompok orang kaya itu menindas Haechan lagi...." balasnya. Yeji tidak membenci Haechan, toh gadis itu tidak pernah mengusiknya. Ia hanya merasa jijik dengan jerawat di wajah gadis itu, dan hanya menjauhinya saja.

"Bullying?" tanya Jaemin.

Yeji mengangguk pelan.

"Kenapa tidak ada yang menghentikan mereka? Bukankah itu menyalahi aturan?" tanya Jaemin heran.

"Hampir semua siswa-siswi disini membencinya, jadi tidak ada yang akan melapor. Mereka malah senang jika Haechan sudah ditindas oleh anak-anak itu." jawab Yeji apa adanya.

Jawabannya membuat Jaemin mengernyit tak suka, dulu disekolah lamanya tidak ada hal semacam ini. Karena siapapun yang berani melakukannya pasti akan dikeluarkan dari sekolah tak peduli jika orang tua siswa itu berlutut pada kepala sekolahnya, tapi disini? Bullying menjadi tontonan menarik para siswa.

Sungguh sebuah perbedaan yang kontras.

Tanpa sadar, ia mendekat ke arah kerumunan itu. Berniat untuk membantu korban anak-anak yang membully nya. Tapi, sebelum ia bisa melakukannya, apa yang dilakukan oleh si 'calon korban' hampir membuat Jaemin mengeluarkan bola matanya karena terbuka lebar.

Ditengah kerumunan itu, seorang siswa laki-laki maju dan ingin melecehkan Haechan dengan menyentuh bagian bokongnya. Namun sebelum tangannya berhasil menyentuhnya, dengan sigap Haechan menyetak tangan pemuda itu hingga dia terbanting ke deretan loker di samping mereka.

Seruan dan pekikan dari orang yang menonton membuat suasana semakin memanas, mereka tak percaya gadis yang selama ini hanya diam dan menunduk akan melawan.

"Apa kau bodoh?! Kau ingin menyentuh bokong seorang gadis?? Apakah otakmu itu hanya berisi pikiran kotor hah?! Sudah berapa banyak bokong gadis yang kau pegang?!" rentetan pertanyaan Haechan lontarkan sambil berjalan menuju sosok pemuda tadi dengan tatapan dingin.

Pemuda itu balas menatapnya dengan wajah merona malu, karena dikatai mesum secara tidak langsung oleh gadis jelek didepannya.

Tanpa terduga, Haechan menendang tubuhnya hingga pemuda itu jatuh tersungkur dan merintih pelan. Siswa lainnya memekik ngeri saat melihat hal itu, bahkan si ketua geng membulatkan matanya karena terkejut.

"Ayo pegang bokongku kalau kau bisa! Maka aku akan mematahkan tanganmu sampai kau tidak bisa menggunakannya lagi." tantang Haechan dengan wajah sengak nya.

Gadis pemimpin itu geram, merasa dirinya dipermalukan oleh Haechan saat pemuda itu tidak bisa bangkit setelah ditendang keras.

"Hajar dia!!" titahnya pada anggota yang lain.

Sontak saja, anggota lainnya maju dan ingin memberi Haechan pelajaran. Karena berani-beraninya dia menendang teman mereka.

Haechan menatap mereka dengan dingin, lalu dengan beberapa gerakan ia menumbangkan satu persatu anak-anak itu. Baik laki-laki ataupun perempuan, Haechan memukuli mereka habis. Hingga tersisa si gadis yang menjadi pemimpin kelompok itu.

Melihat teman-temannya terkapar di lantai, gadis itu gemetar ketakutan dan menatap Haechan dengan waspada. Melihat itu, Haechan terkekeh kecil.

"Kenapa? Takut kau menjadi seperti mereka??" tanyanya sambil terus mendekat pada gadis itu.

Saat Haechan maju selangkah, gadis itu mundur satu langkah. Terus seperti itu hingga dia tersandung dan terjatuh di lantai.

"Jangan mendekat!!" titah gadis itu dengan ekspresi ketakutannya.

Haechan tersenyum miris, lalu berjongkok di hadapannya. "Bagaimana rasanya merasa takut? Hm? Menyenangkan bukan??" tanyanya sambil menepuk-nepuk pipi gadis itu.

"Ck ck ck, kau itu cantik tapi berhati ular... Tidak ada satupun lelaki yang mau dengan seorang gadis sepertimu bahkan jika kau bergelimang harta." sambungnya. "Kuberitahu, hidup itu tidak selamanya berpusat padamu anak manja! Suatu saat kau akan kehilangan semuanya, bahkan tanpa kau menyadarinya."

Setelah mengatakan itu, Haechan tersenyum manis lalu kembali berdiri dan merapikan roknya. Ia menghela napas panjang dan berlalu pergi seolah tak terjadi apa-apa, tak lupa ia menendang perut seorang anak laki-laki yang terkapar tak jauh darinya.

Kerumunan itu terdiam, tak mampu berkata-kata lagi. Apa yang Haechan lakukan beberapa menit lalu masih segar dalam ingatan mereka. Apalagi gadis itu melawan mereka dengan sekuat tenaga yang mana membuat setiap pukulan dan tendangan pasti akan terasa sangat menyakitkan.

Belum lagi, ia tidak mengampuni anak-anak itu. Dia melawan -memukuli- mereka tanpa memandang gender. Jadi, sekelompok anak orang kaya baik laki-laki maupun perempuan babak belur ditangan korban bullying mereka sendiri.

Beberapa orang langsung memberikan bantuan pada anak-anak yang di pukuli dan membawa mereka ke ruang kesehatan untuk diobati. Sementara anak-anak lainnya membubarkan diri dan membicarakan hal itu lagi.

Yeji masih tak percaya dengan keberanian Haechan untuk membuat sekelompok anak itu babak belur, karena selama ini sosok Haechan dalam benaknya adalah seorang gadis pemalu dan tak berdaya. Yang akan pasrah pada apapun yang mereka lakukan padanya.

Ia dan Jaemin berjalan kembali ke kelas tanpa adanya obrolan.

Berbeda dengan Yeji yang masih shock, Jaemin malah bersemangat setelah melihat adegan yang terlihat keren tadi. Ia jadi semakin penasaran dengan sosok Haechan dan ingin berteman dengannya.

Dalam sekejap, adegan perkelahian itu menyebar ke seluruh sekolah. Baik murid junior atau senior semua mengetahuinya dan respon mereka juga sama terkejutnya dengan orang-orang yang menonton adegan itu secara langsung.

Di tempat lain, Haechan menyumpal telinganya dengan earphone yang tersambung dengan ponselnya. Matanya terpejam sembari menggerakkan tubuhnya seirama dengan musik yang terputar, ia benar-benar melakukan apa yang sebelumnya ia rencanakan.

Menggabungkan ballet dan modern dance.

Di tengah ruangan gudang yang berdebu itu, dirinya menari seperti seekor kupu-kupu yang mengelilingi bunga. Sangat lentur dan cantik.

To be continued

_______

Dengerin kick back, bad alive sambil nulis ini, oalah mantap

See you

Reborn as a GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang