Chapter 22

3.6K 529 14
                                    

Dengan bingung, dirinya berjalan menuju etalase yang menampilkan banyak aksesoris yang berbeda-beda. Semuanya tampak lucu dan indah, dan ia tidak bisa memilih salah satunya.

Di kehidupan masa lalunya, Haechan tak pernah memberi hadiah untuk siapapun. Entah itu orang tuanya, para kekasihnya, atau orang terdekatnya. Tak ada satupun dari mereka yang pernah menerima hadiah darinya.

Itu sebabnya, ia bingung harus membeli apa untuk dijadikan hadiah.

"Apa yang kau cari?" Ujar sebuah suara dari arah belakangnya, membuat Haechan berjengit kaget.

"Kau??" Haechan menunjuk pada wajah yang dikenalnya dengan mata membulat lucu.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya sosok itu sekali lagi.

"Aku mencari sesuatu untuk dijadikan hadiah, tapi aku tidak tahu apa itu." Jawab Haechan dengan jujur.

"Bagaimana bisa kau tidak tahu?" Sosok itu kembali bertanya, kepalanya dimiringkan saking herannya dengan Haechan.

Haechan menghela nafas panjang, "aku tidak pernah memberikan hadiah untuk siapapun..."

"Sama sekali??" Pekik sosok itu.

Haechan mengangguk.

"Waahh..." Sosok itu berdecak kagum, seolah-olah orang seperti Haechan adalah orang yang sangat langka di dunia ini.

"Kau... Mau membantuku?" Tanya Haechan dengan ragu, pasalnya ia gengsi untuk meminta tolong pada sosok yang dikenalnya itu.

"Tentu! Tapi kau jangan menjauh lagi dariku." Balasnya dengan senang hati.

"Kalau aku dekat denganmu bisa-bisa kau ditatap sinis oleh anak-anak sekelas." Haechan mendengus.

"Aku tidak peduli! Tatapan saudaraku lebih menakutkan daripada tatapan teman-teman sekelas!" Balasnya dengan tenang.

Haechan akhirnya menyerah, lalu mengangguk. "Baiklah.."

"Nah! Jadi untuk siapa hadiah yang akan kau berikan itu hm?" Jaemin, sosok yang selalu berusaha untuk berteman dengan Haechan namun ditolak oleh gadis itu mulai ke topik utama.

"Aku ingin memberikannya kepada dua orang paling istimewa untukku." Jawab Haechan.

"Orang tua? Kekasih--ah tidak mungkin, kau bilang dua bukan satu. Apa itu temanmu?" Tanya Jaemin sembari melihat-lihat etalase dengan sangat serius, bahkan melebihi keseriusannya saat menatap papan tulis di kelas.

"Kakakku, aku punya dua kakak. Aku ingin memberikan sesuatu untuk mereka." Jawab Haechan.

Jawabannya diluar ekspektasi Jaemin, ia pikir hadiah yang dimaksud untuk teman atau orang tuanya karena rata-rata pasti akan membeli hadiah untuk mereka atau kekasih. Siapa yang menyangka dia ingin membeli sesuatu untuk kakaknya.

"Kakakmu... Jeno kan?" Tanya Jaemin berbasa-basi, tapi pandangannya masih tetap pada etalase.

"Ya! Dia lebih tua dariku, walaupun menyebalkan dan sangat berisik aku harus mengakuinya sebagai kakakku." Jawabnya, matanya ikut melihat-lihat etalase.

Jaemin tertawa kecil, jelas bahwa hubungan Haechan dan Jeno sangat baik. Tidak seperti dirinya dan saudaranya. Seketika, sorot matanya menyendu.

"Kau juga punya saudara kan?" Tanya Haechan, ia beralih menatap gadis disampingnya dan menemukan bahwa dia tampak sedih. "Hei, apa ada sesuatu?"

Jaemin mengulas senyum, lalu menggeleng. "Tidak ada, kau ingin memberi hadiah pada Jeno... Apa karena sebentar lagi kalian ulang tahun?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan.

Reborn as a GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang