Chapter 51

964 146 17
                                    

Tolong komentar yang lain selain "next kak", "lanjut", "next" karena tanpa itu juga bakal ku lanjut kecuali ada pemberitahuan kalo aku mutusin buat gak nerusin buku ini.

- Ochi

_______________

Berminggu-minggu setelah percakapan kecil itu, yang bahkan Haechan sendiri sudah melupakannya, Renjun tiba-tiba mengajaknya pergi ke suatu tempat.

Katanya, ia ingin menunjukkan sesuatu padanya. Tapi, ia ingin agar mereka pergi saat hari mulai senja. Haechan tak tahu apa yang ia rencanakan, dan memilih untuk mengikutinya saja.

Toh, jika Renjun berkata bahwa tempat itu  bagus berarti itu benar-benar bagus. Karena Haechan tahu selera Renjun mengenai sesuatu itu sangat tinggi.

Sense dari seseorang yang tumbuh dalam keluarga old money tidak akan salah. Karena ia juga begitu. Hanya saja sekarang ia jarang menggunakannya karena keterbatasan uang dan akses.

Jika pergi bersama Renjun bisa membuatnya mengakses tempat-tempat indah, maka Haechan bersedia untuk pergi.

Bukannya ia bermaksud untuk memanfaatkan pemuda itu, ia hanya suka melihat mata Renjun yang hidup saat bersamanya. Itu mengingatkannya pada dirinya sebelum ia hancur karena keluarganya sendiri.

Sekarang Haechan sedang duduk di kursi teras dengan dress putih sebatas lutut, tas selempang kecil hadiah dari Yeonjun dan rambut yang dibiarkan terurai dengan hiasan jepit rambut pemberian Jaemin.

"Kencan, huh?" goda Jeno sambil bersandar pada kursi yang diduduki saudarinya.

Haechan mendelik, "kencan atau bukan yang jelas itu tidak ada hubungannya dengan mu."

Jeno merengut, pura-pura kesal dengan jawabannya. "Katakan pada Renjun, jika dia berani melakukan sesuatu padamu aku bersumpah akan menendang masa depannya sekuat tenaga hingga ia tidak bisa merasakan kehidupan lagi."

Haechan meringis, secara tidak sadar ia merapatkan kedua kakinya sendiri saat mendengar ancaman saudaranya. Tunggu! Aku kan tidak punya 'benda' itu?! Kenapa aku harus takut?! Batinnya.

Sebelum ia sempat membalas, bunyi klakson mengalihkan perhatiannya. Kedua bersaudara itu menoleh bersamaan saat Renjun keluar dari dalam mobil, menghampiri mereka berdua dan berjabat tangan ala anak laki-laki biasanya dan mengangguk sambil tersenyum kearah Haechan.

Jeno melipat kedua tangannya di dada, ia kini dalam mode seorang kakak. "Kemana kau akan membawanya?"

Renjun hanya mengedikkan bahunya, "hanya pergi jalan-jalan ke taman dan melihat matahari terbenam, dan aku jamin sebelum pukul 9 aku akan mengembalikan saudarimu dengan selamat tanpa luka maupun cacat."

Jeno menaikkan sebelah alisnya saat mempertimbangkan, tapi kemudian mengangguk pelan. "Jaga dia baik-baik."

Renjun mengangguk mantap, lalu beralih pada Haechan dan tersenyum tipis. Yang tanpa pemuda itu sadari membuat perut Haechan mulas. Ia mengulurkan tangan kirinya, dan Haechan langsung menggenggam tangan itu dengan lembut hingga hampir membuat Renjun meleleh.

"Kami pergi dulu." Pamit Renjun.

Jeno mengangguk kecil, "berhati-hatilah kalian berdua!"

Renjun mengacungkan ibu jarinya sementara Haechan melambai sambil tersenyum tipis kearah pemuda Jung itu.

⋯ ⊰ ᯽ ⊱ ⋯

Selama perjalanan keduanya hanya diam, hanya ada suara dari sirri yang memandu sesekali dan musik yang Renjun putar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Reborn as a GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang