Chapter 8

5.8K 796 100
                                    

"Bagaimana perasaanmu A Xian?" ucap Wen Ruohan lembut. Wen Ruo Han adalah dokter yang terkenal namun Wen Ruo Han adalah dokter keluarga Lan sejak dirinya berusia muda dan bahkan belum menjadi terkenal seperti sekarang.

Wei Wu Xian menggeleng "aku merasa sesak paman"

Wen Ruohan mengusap kepala Wei Wu Xian "itu karena kau sempat tertekan tadi, tapi ketika kau sudah reda, kau akan kembali normal. Oleh sebab itu, kau perlu mengontrol dirimu nak, paman tidak mau memberikan penenang karena itu akan berakibat buruk pada rahim omega bila kau ketergantungan dengan penenang. Kau harus mampu mengatasinya sendiri"

"Bagaimana bila Wei Ying tidak mampu mengatasinya dan membuatnya tidak bisa tidur?" Jiang Cheng sangat khawatir.

Wen Ruohan masih mengelus kepala Wei Wu Xian "A Xian harus bisa. A Xian kan mau memiliki anak kedepannya kan? Obat-obat seperti itu bisa mengeringkan rahim. A Xian harus kuat dan harus bisa melewatinya. Berat diawal tapi paman yakin A Xian kuat. Berlaku untuk kalian juga.." Wen Ruohan melirik ke arah Jiang Cheng dan Nie Huaisang "..kalian jangan terlalu banyak menggunakan suppressant, memang berat, tapi terlalu banyak mengkonsumsi itu akan mengganggu kesehatan dan kesuburan rahim kalian"

"Dan untuk A Xian, pastikan jangan membuatnya stress, A Xian ku belum pulih dari trauma nya jadi jangan membuatnya tertekan lagi" lanjut Wen Ruohan.

"Harusnya paman mengatakan itu pada anak paman karena anak paman yang membuat A Xian seperti ini" celetuk Jiang Cheng.

Wen Ruohan menautkan alis "maksud A Cheng?"

Jiang Cheng dan Nie Huaisang pun menjelaskan semuanya. Wen Ruohan yang mendengar pun menutup matanya dan mengepalkan tangannya, menahan amarah "Chao er" desisnya.

"A Xian akan tidur di mansion Lan saja, tidak perlu di asrama lagi" Lan Qiren membuat keputusan.

Jiang Cheng mengangguk "keputusan yang baik paman, lagipula siapapun teman sekamarnya, bila masih di asrama, aku tidak bisa mempercayai siapapun"

Wei Wu Xian menggeleng "tapi aku kan sedang menyembunyikan jati diri. Bagaimana bisa aku justru tinggal disini. Tidak tidak. Aku tidak mau. Lagipula asrama saja peraturannya sudah banyak, apalagi di kediamana keluarga Lan, oh NOOOO" drama Wei Wu Xian.

"Bersamaku" ucap Lan Wangji yang membuat semua orang bingung.

"Hah?" Nie Huaisang menjawab secara reflek dengan tidak sopannya yang berujung mendapat pelototan sang kakak.

Lan Xichen menggaruk pelipis yang tidak gatal "Wangji, kau mau tinggal di asrama? Tapi rumah kita bahkan di belakang kampus, untuk apa kau di asrama?"

Lan Wangji menatap kakaknya datar. Lan Xichen pun mengangguk "paman biarkan adik Wei sekamar dengan Wangji saja. Wangji pasti akan menjaga adik Wei"

Jiang Cheng hendak protes namun tangannya digenggam oleh Lan Xichen.

Lan Qiren menghela nafas berat "Wangji, bukankah kau benci bila seruangan dengan orang asing. Apa kali ini tidak masalah untukmu sekamar dengan A Xian?"

Lan Wangji menggeleng.

Wei Wu Xian, "Lan Zhan? Apa kau sungguh tak apa? Lagipula mungkin aku bisa sendiri"

Lan Qiren, "kau pikir asrama milikmu, setiap kamar harus 2 orang, kau sudah di spesial kan sekarang dapat mengganti teman sekamarmu, tapi tidak dengan membuatmu menikmati kamar 2 orang menjadi seorang. Kau bilang ingin menyembunyikan jati diri. Kalau kau diberi 1 kamar, apa kata mahasiswa dan mahasiswi lain?"

Wei Wu Xian mencebik "yasudah. Lan Zhan.." Wei Wu Xian menarik ujung kemeja Lan Wangji "..kita sekamar ya. Mohon perlindunganmu" ucap Wei Wu Xian dengan manis dan tidak lupa menunjukkan senyum terbaiknya yang menonjolkan gigi kelincinya.

Lan Wangji menatapnya datar "hm".

Lan Xichen berbisik pada Jiang Cheng "Wangji terlihat sangat senang" yang sontak membuat Jiang Cheng menoleh pada Lan Wangji yang masih dilihatnya tetap datar "eeehmmm" Jiang Cheng kehilangan kata-kata.

Lan Qiren, "baiklah nanti ku atur A Xian dan Wangji menjadi sekamar"

***

Plak

Sebuah tamparan keras melayan di pipi Wen Chao oleh ayahnya. Jiang Cheng dan Lan Xichen yang berada dikamar Wen Chao dan Wei Wu Xian untuk mengambil barang-barang Wei Wu Xian seketika meringis karena tamparan Wen Ruohan tidak main-main, bahkan sudut bibir Wen Chao berdarah.

"Siapa yang mengajarimu menjadi pembully hah? Kau membuatku kehilangan wajahku didepan keluarga Lan dan Jiang!!" murka Wen Ruohan.

"A..ayah memang siapa dia sampai ayah bahkan menamparku?" Wen Chao memegang pipinya yang panas dengan mata berkaca-kaca. Jiang Cheng hampir menjatuhkan rahangnya melihat pembully no 1 di kampus menjadi anak cengeng didepan ayahnya.

Wen Ruohan, "siapapun dia, kau tidak boleh membully orang lain! Aku tidak pernah mengajarkanmu menjadi sampah, Wen Chao!!"

Wen Chao berlutut dan memegang kaki Wen Ruohan "ayah.. ayah aku minta maaf, aku tidak tahu siapa Wei Wu Xian, aku tidak akan mengulanginya"

Wen Ruohan mengusap wajah kasar "kau masih tidak mengerti juga hah? mulai saat ini kau tidak akan ayah berikan uang saku, mobilmu ayah sita, kartu kreditmu akan ayah bekukan. Kau harus sadar bahwa tidak ada satupun hal yang bisa kau pamerkan untuk menindas orang lain!!" lalu segera pergi meninggalkan Wen Chao yang langsung dengan gesit mengejar ayahnya itu.

"Ternyata dia anak papa" sindir Jiang Cheng sambil memasukkan semua barang Wei Wu Xian yang berada di kamar mandi.

"Sudah A Cheng, tidak baik membicarakan orang yang tidak ada" tegur Lan Xichen dengan segala kebijaksanaannya.

Jiang Cheng mendengus "tentu saja membicarakan yang tidak ada, kalau ada disini namanya menegur, tapi bahkan ocehanku masih terlalu mahal untuk menegur manusia macam Wen Chao"

Lan Xichen hanya menggeleng "apa kau sudah selesai? Kebetulan barang adik Wei banyak yang belum dibongkar jadi aku sudah selesai"

Jiang Cheng mengangguk "aku juga sudah"

Lan Xichen mengambil tas yang dipegang Jiang Cheng hingga kini semua barang Wei Wu Xian dipegang oleh Lan Xichen.

Jiang Cheng, "kau bisa? Bila tidak berikan 1 koper itu" tunjuknya pada salah satu koper"

Lan Xichen menggeleng "tanganku sangat kuat bahkan masih kuat untuk menggendongmu bila kau mau" goda Lan Xichen.

Jiang Cheng mendengus "yaudah kau bawa semuanya. Nih sekalian tasku" melempar tas jinjing miliknya pada dada Lan Xichen lalu segera jalan mendahului Lan Xichen. Lan Xichen hanya tertawa kecil menanggapi sikap sang tunangan yang masih remaja.

***

Kini hanya berdua di kamar asrama Wei Wu Xian yang baru bersama Lan Wangji. Setelah Wei Wu Xian menerima seluruh barangnya dari Lan Xichen dan Jiang Cheng. Wei Wu Xian segera membongkarnya. Tangannya terhenti ketika memegang bingkai yang menampilkan sosok kedua orangtuanya dengan dirinya yang masih kecil. Wei Wu Xian mendekapnya di dada dengan air mata yang mulai memupuk.

Lan Wangji yang melihat tubuh Wei Wu Xian bergetar pun mendekatinya "Wei Ying?"

"Aku meninggalkan orangtuaku, Lan Zhan" lirih Wei Wu Xian dengan suara yang dapat Lan Wangji dengar, bergetar.

Lan Wangji duduk di sisi Wei Wu Xian tanpa berkata apapun. Wei Wu Xian menunjukkan bingkai foto dalam dekapannya "lihatlah. Ini ayahku dan ini ibuku sedangkan ini aku" kekeh Wei Wu Xian disela tangisnya.

Lan Wangji mengulurkan tangannya untuk mengusap air mata di wajah Wei Wu Xian "jangan menangis nanti bengkak" ucapnya dengan wajah datar.

Wei Wu Xian menatap Lan Wangji "kenapa memangnya bila bengkak?".

Lan Wangji menggeleng "kau sudah bengkak".

Wei Wu Xian, "..."

"Apa aku harus tertawa sekarang?" frustasi Wei Wu Xian dalam hati.



TBC

Ugly Duckling (WangXian FanFic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang