Chapter 32

3.8K 554 29
                                    

"Kau disini?"

"Dan kenapa kau juga bisa disini?"

"Aku sudah lama disini mengikuti istriku tentu saja"

"Lucunya. Diantara banyak tempat, justru kita bertemu disini"

"Kita bisa kemanapun kita mau, bukankah begitu?"

"Hahah kau benar"

"Jadi, apa yang kau lakukan disini? Bahkan kau datang sendirian"

"Aku memenuhi permohonan seseorang"

"Sejak kapan kau menjadi pendengar doa? Itu tugas dewa di surga sana"

"Ck. Kau tentu tahu kalau mereka terlalu kaku dan tidak fleksibel, bisa-bisa nya membuat seseorang hidup dengan penuh ketragisan tanpa memberinya ampun dari lahir sampai mati lagi. Mereka terlalu semena-mena"

"Itu sebabnya kau menyukai dirimu menjadi iblis kan? Setidaknya iblis itu jujur dan terang-terangan bila dirinya 'hitam' daripada berporos 'putih' tapi aslinya lebih hina dari 'hitam'"

"Begitulah"

"Memang siapa dia? Kenapa kau terlihat peduli padanya? Apa kau mengkhianati istrimu?"

"Tentu saja tidak! Istriku itu satu-satunya. Manusia ini hanya mengingatkanku pada diriku sendiri. Ketika baik tidak dilirik sedangkan saat berubah langsung dimusuhi, menjalani kehidupan yang begitu menyengsarakan dimana mendapat ketidak adilan dimanapun kami berada. Bisa dikatakan kami mirip, itu sebabnya aku menolongnya. Dia seperti cerminan diriku dan itu membuatku melakukan ini semua"

"Aku tidak tahu kau orang yang tahu ber empati"

"Ck. Apa tidak ada kata-kata baik yang bisa kau keluarkan hah?"

"Hahaha kau tentu tahu setajam apa lidahku"

"Lupakan. Kapan kau kembali?"

"Kembali? Kemana?"

"Ya ke rumahmu sendiri lah"

"Rumahku adalah dimana istriku berada. Kalau dia disini maka tentunya aku disini"

"Lalu menelantarkan pekerjaanmu? Begitu?"

"Tidak. Buktinya aku bisa bekerja darisini kan"

"Ya ya terserahlah. Sepertinya aku harus kembali, karena A Xian sekarang pasti mulai mencariku"

"A Xian?"

"Ya, orang itu. Wei Wu Xian, seorang yang baik tapi dibenci hanya karena jalur kultivasi iblis nya. Ck! Memikirkannya membuatku kesal..."

"Tunggu! Wei Wu Xian? A Xian? Wei Ying? Apakah dia?"

"Kau mengenalnya?"

"Hahaha ternyata tidak salah peribahasa bumi yang mengatakan kalau dunia ini begitu sempit"

"Jadi kau mengenalnya?"

"Tentu saja! Sangat kenal bahkan. Dia bahkan berpasangan kembali dengan mate muka datarnya di setiap kehidupannya. Takdir cinta mereka itu terlalu akut"

"Bagaimana bisa kau mengenal.."

Ucapan kedua pemuda itu terhenti ketika melihat ada seorang omega yang baru turun dari mobilnya dengan perut besarnya.

Luo Binghe yang melihatnya mengepalkan tangannya "Jiang Wanyin" desisnya penuh amarah. Dirinya akan melampiaskan emosinya jika saja tubuhnya tidak ditahan oleh temannya itu.

"Jangan bertindak konyol. Jiang Wanyin disini sangat berbeda dengan yang menusuk Wei Wu Xian di masa itu"

"Tetap saja dia harus mati"

PLAK

"Bodoh! Kalau mau membunuh ya bunuh dia dimasanya, bukan disini. Disini mereka saudara yang saling mengasihi jangan memperunyam keadaan kalau kau ingin 'cermin' mu itu bahagia"

"Darimana kau tahu hubungan mereka?"

"Sudah kukatakan kalau aku lama disini. Dan kalau kau tidak percaya, maka tunggulah sebentar lagi, A Xian akan tiba sebentar lagi"

Mobil lain berhenti dan seorang omega lain dengan menggendong sebuntal kain turun dengan wajah sumringah "A Cheng" pekiknya senang lalu menghampiri Jiang Cheng untuk memeluk kecil sembari mengusap perut besar sepupunya "astaga aku merindukanmu"

Jiang Cheng memutar bola mata malas "hentikan tingkah konyolmu, kita bahkan serumah dan kecilkan suaramu, kau mengusik keponakanku yang sedang tidur" protesnya sambil tangannya terulur untuk mengelus pipi A Yuan.

Wei Wu Xian tertawa kecil "aiya, keponakanmu ini adalah anakku jadi tidak apa lah bila dia sedikit terganggu, lagipula dia harus terbiasa dengan mulutku yang sulit untuk tidak berbicara menggunakan toa"

"Entah A Yuan beruntung atau tidak dengan itu" dengus Jiang Cheng lalu masuk ke dalam sebuah hotel.

"Ei A Cheng tunggu aku" Wei Wu Xian berjalan cepat mengejar Jiang Cheng. Hingga kedua bayangannya pun sudah tidak ada, tenggelam masuk ke dalam Hotel .

"Anak siapa yang A Xian pegang? Bukankah dia tidak bisa hamil?"

Luo Binghe menoleh kepada lawan bicaranya "kau tahu itu?"

"Tentu sa... tunggu! Jangan bilang kau yang membuatnya mandul?"

Luo Binghe mengangkat bahu acuh "itu terpaksa ku lakukan untuk memuluskan skenarioku"

"Tapi tidak dengan membuatnya mandul"

"Aku tidak punya pilihan. Lagipula dia memiliki anak kandungnya sendiri kan sekarang"

"Anak kandung? Bagaimana jadi kandung kalau mandul?"

"Apa tinggal disini terlalu lama membuat otakmu pindah ke lutut? Itu anak mereka di jaman kultivasi tapi sayang A Xian harus mati disana. Itu sebabnya aku kemari, menyerahkan anaknya pada sosok dirinya lagi walau di dimensi yang berbeda"

"Hah ribet sekali sih. Tapi apa kau tidak takut kena amukan A Xian disini kalau tahu kau yang membuatnya mandul?"

"Kenapa harus? Dia Cuma manusia biasa"

"Haha dia tidak biasa. Dia memiliki tempat di hatimu walau sebagai saudara atau apapun lah itu aku tidak peduli. Kau bahkan melakukan hal gila seperti ini untuknya"

"Oho seperti aku tidak melihat perasaan itu padamu saja. kau juga menyayanginya kan?"

"Memang. Aku tidak menampik. Dia sudah kuanggap adikku sendiri, istriku juga menyayangi mereka"

"Mereka?"

"Ya. Wei Wu Xian dan Jiang Wanyin"

"Cih"

"Kau kan bisa memasuki mimpi. Cobalah lihat dari mimpi buruk Jiang Wanyin. Dia juga terluka saat masa itu"

"..."

"Kalau kau melihatnya, maka kau akan menyayangi mereka seperti aku dan istriku menyayangi mereka. Mereka itu hanya korban takdir seperti kita. Wei Wu Xian yang menutupi derita dan Jiang Wanyin yang berpikir tidak berguna. Menurutmu kenapa di setiap kehidupan, mereka selalu berakhir menjadi saudara? Jadi jangan menyimpulkan hanya karena kau melihat 1 masa di satu sisi. Seingatku tadi kau bilang kalau manusia suka memandang sebelah mata. Kalau kau seperti ini, bukankah itu berarti kau sama saja?"

"Memang iya? kapan aku mengatakan itu? Hah sudahlah. Berbicara denganmu sekarang membuatku merasa sedang berbicara dengan dewa surgawi, mungkin kau harus melamar jabatan ke surga"

"Hahaha apa kau panas terkena siraman rohani?"

"Ya aku panas, terlebih disemburnya oleh kau yang tidak pantas mengatakan itu. Sepertinya dunia akan kiamat" cibir Luo Binghe

"Kalau dunia kiamat kita tinggal ke neraka. Mudah kan"

"Terserah! Aku pergi dulu" lalu Luo Binghe langsung menghilang detik itu juga.

"Dasar bocah tengik"



TBC

Ugly Duckling (WangXian FanFic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang