Chapter 4

7K 463 13
                                    

16 November 2021

•••

Sudah dua hari Pak Gunawan dirawat di rumah sakit, pria itu terkena serangan jantung mendadak. Saat itu Tyo ingat persis, Keysa dan dirinya panik bukan main melihat pria itu amat kesakitan dan akhirnya tak sadarkan diri, ibu Keysa pun ikut keluar karena kegaduhan yang terdengar, lalu mereka memutuskan membawa Pak Gunawan segera ke rumah sakit. Beruntung ada Tyo dan Pak Satpam yang juga datang, badan Pak Gunawan cukup besar dan sudah pasti akan sangat kesulitan jika para wanita saja yang mengangkatnya.

Kini, kabarnya Pak Gunawan sudah sadarkan diri dari koma, alhamdulillah pria itu masih diberi kehidupan oleh-Nya, Tyo bersyukur mereka cekatan saat itu. Meski yah Tyo agak merasa bersalah, karena setelah mengantarkan Pak Gunawan dan membantu hal lain, Tyo tak lagi menemui mereka.

Bukan tanpa alasan, Tyo sendiri malu, malu kepada Keysa dan ibunya perihal perjodohan mereka. Sungguh, Tyo tak sanggup melihat wajah keluarga itu dan hanya bisa mendoakan dari jauh. Tyo menceritakan ini pada ibunya dan ibunya sebenarnya mendukungnya, ia menghibur Tyo jika jodoh di tangan-Nya, Tyo masih bisa menamatkan pendidikan karena tak ada kata terlambat untuk itu, ia masih muda dan masih sangat bisa memperbaiki kehidupannya.

Tyo itu sosok pria pekerja keras dan pasti Keysa akan luluh karena kebaikhatiannya.

Jika Tyo masih meragukan dirinya, kemampuannya, wanita itu menyarankannya untuk Salat Istiqarah. Menentukan pilihan dengan hati mantap, sesuai jalan takdir yang ada, jika memang Keysa jodoh Tyo maka mau bagaimanapun maka mereka akan bersama. Jika tidak, bukan salah siapa pun, kehidupan terus berjalan, kehidupan penuh kejutan.

Tyo melakukannya, melakukan segala perintah-Nya, salat di sepertiga malam, hingga hatinya benar-benar merasa ... apakah ini memang suratan takdir untuknya?

Mungkin misi Tyo adalah membuat dirinya terus dan terus menjadi lebih baik, jika memang Keysa adalah jodohnya, bahkan jika bukan pun Tyo akan terus berusaha menjadi lebih baik karena ia ingin calonnya mendapatkan semua--nafkah lahir batin. Jika Keysa menolak, Tyo tak masalah, yang terpenting ia sudah berani mencobanya.

Ya, tidak masalah.

Tyo mengakhiri doanya dan menghela napas lega, dadanya yang awalnya berat karena buah dilema yang tumbuh sudah ringan jadinya. Melipat sajadah dan membenarkan sarung, Tyo menoleh ke belakang dan menyalami ibunya.

"Bu, Tyo malam ini mau nemuin Pak Gunawan di rumah sakit. Ibu ... mau ikut?" tanya Tyo.

Ibunya mengangguk, tersenyum menyadari tampaknya anak semata wayangnya itu sudah menentukan pilihan. "Iya, Ibu ikut."

Ketukan di pintu terdengar, Tyo dan ibunya menoleh ke sumbernya.

"Bukain, biar Ibu beresin." Ibunya berkata dan Tyo mengangguk patuh. Segera Tyo bangkit dan berjalan ke depan, membukakan pintu dan tak terduga, ada seorang wanita cantik bak bidadari yang berdiri di depannya. Wajah cantik yang amat ia kenali hingga seketika Tyo menundukkan pandangan, malu dan tertekan.

Padahal ia sudah merasa mantap, tetapi tak semudah itu menghilangkan rasa tampaknya.

Di hadapannya, berdiri seorang Keysa Gunawan, wanita itu tampak dingin seperti biasa, ada riak kesal pula di sana, dan risi karena kakinya yang becek oleh tanah kekuningan yang bak lumpur. Namun, ia tampak tidak memiliki pilihan lain, mendatangi Tyo di sini, yang membuat Tyo bertanya-tanya apa maksud kedatangannya.

Apa ....

"Siapa, Yo?" Ibunda Tyo tampak lambat menghampiri, terlihat tertatih menuju ke arah anaknya yang bungkam, dan kala berada di sampingnya ia ikut dikejutkan oleh pemandangan indah di antara kumuhnya pemukiman.

Keysa tampak lebih hangat pada yang lebih tua, tersenyum agak kecut. "Bu ...." Keysa menyapa.

Ibunda Tyo sejenak memperhatikan, sampai akhirnya ia tersenyum hangat. "Nak Keysa ya?" Keysa mengangguk, masih melemparkan senyuman yang agak dipaksa. "Tyo, kenapa gak dipersilakan masuk? Ayo masuk, Nak, masuk. Maaf penampilan luar rumah gini, tapi di dalam nyaman kok ...." Tyo agak terkejut dengan tawaran ibunya, tidak tidak rumah mereka tidak pantas, tetapi di satu sisi tak sopan membiarkan wanita secantik Keysa masuk.

Tyo dilema lagi.

Keysa segera menggeleng. "Enggak usah, Bu. Saya ke sini cuman mau ...."

Keysa menggantung kalimatnya, seakan ragu-ragu mengatakan, wanita itu lalu berdeham membersihkan kerongkongannya dari keraguan.

"Papah pengen nemuin Tyo sama Ibu, katanya. Jadi kedatangan saya ke sini, mau jemput kalian." Keysa terlihat mengalihkan pandangan ke lain, sedang Tyo dan ibunya bertukar pandang sejenak sebelum akhirnya menatap wanita itu. "Papah memohon."

"Ah, kebetulan sekali, Nak. Tyo sama Ibu juga mau ke sana jenguk ayah kamu." Keysa membulatkan mata sempurna, dalam hatinya sia-sia dong ia becek-becekan jika mereka saja sebenarnya ingin berkunjung.

Hanya dengkusan pelan yang Keysa keluarkan, tak ingin wanita tua itu tersinggung dan apa yang terjadi sudah terjadi. Keysa hanya bisa memendam kesal dan rasa malu saat ini, dan harusnya ia menyewa seseorang saja kenapa dirinya yang datang?!

Ah, sudahlah, ugh.

Tyo bisa melihat tatapan tak nyaman itu dari Keysa, ia merasa tak enak. "Non Keysa, Non bisa duluan aja, saya sama Ibu bakalan siap-siap nanti datang sendiri ke rumah sakit."

Dan membuat Keysa pulang dengan tangan hampa? Keysa sudah kesal sekarang dan ia semakin sinis akan ungkapan yang membuatnya merasa Tyo tak tahu diuntung sudah ia jemput. Ia memang lagi PMS, dan mood-nya benar-benar anjlok karena rasa tidak enak Tyo yang disalahartikan.

"Ah gak papa gak papa, saya nungguin." Senyum mematikan Keysa menakuti Tyo, dan ibunya yang tak menyadari itu menegur pelan agak Tyo tak menolak rezeki. Wanita tua itu merasa momen ini bisa jadi PDKT bagus antar keduanya, jangan disia-siakan.

Dan wanita itu yakin, maksud Pak Gunawan memanggil mereka jelas berhubungan dengan perjodohan mereka.

Tak butuh waktu lama menunggu Tyo dan ibunya bersiap-siap, mereka pun berjalan menuju depan karena mobil Keysa tak bisa memasuki area perumahan Tyo. Jujur, Keysa sedari tadi merutuki diri kenapa ia memagai high heels modis ini andai saja ia tahu kondisi jalan rumah Tyo, astaga! Ia juga jadi pusat perhatian dari warga sekitar, lihatlah wanita cantik berjalan dengan hak tinggi di kondisi berlumpur plus jalan tak rata, kayak anggota sirkus naik ke seutas tali, tak ada yang ingin membantunya gitu?

Tyo dan ibunya sebenarnya tahu, Keysa kesulitan, tetapi mereka tak tahu cara membantu. Terlebih Tyo harus memegangi ibunya berjalan.

"Yo, coba kamu kasih sendal kamu, kamu nyeker aja gak papa kan?" tanya ibunya, kasihan pada Keysa.

"Mm Bu ... apa Keysa mau make sendal butek ini? Kalau becek juga nanti ngotorin mobil Keysa, Bu."

"Mau gimana lagi, Yo. Kasian Nak Keysa jalannya kesusahan, nanti kan pas di sana bisa di lap kaki kamu. Lagian sendal kita nanti dimasukkin plastik biar gak ngotorin!"

Mendengar ucapan ibunya, Tyo memberanikan diri, ia mulai menawarkan bantuan. "Non Keysa, susah jalannya ya? Mau ... make sendal saya?"

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA ISTRIKU [B.U. Series - T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang