Chapter 23

5.1K 362 25
                                    

7 Desember 2021

•••

Kini, Tyo ada di hadapan mereka, dan jadi pusat perhatian beberapa orang.

"Pulang, Keysa. Jangan begini." Tyo meminta istrinya itu, dan Keysa menatap sekitaran sebelum akhirnya menyeret Tyo bersamanya agar menjauh dari kerumunan. "Aku gak gunain guna-guna ke kamu, Keysa. Itu musyrik, menyekutukan Allah, aku gak akan melakukan itu! Ini musryik, ini salah, Keysa tolong hentikan prasangka buruk kamu!"

"Diam!" Keysa membentak. "Jangan coba-coba pengaruhin aku sama sihir kamu!"

"Ya Allah ...." Tyo menatap dengan sendu. "Keysa, aku enggak melakukan itu, aku bersungguh-sungguh. Aku sayang sama kamu sebagai istriku, aku diberikan tanggung jawab sama orang tua kamu untuk menjaga kamu, aku tahu ini semua berat buat kamu tapi aku mohon, jangan begini, jangan ... Keysa, istighfar."

Keysa menunduk, entah kenapa dia sebenarnya tak mengerti dengan perasaannya.

"Aku tahu, kamu berat menerima ini, terlebih kamu dalam masa-masa sakit hati karena dikhianati kekasih kamu. Aku ingat kamu di masa lalu, kamu itu baik, tertutup, baik hati dan perangai kamu. Kamu wanita yang anggun. Kamu rajin, berbakti, kamu ...." Tyo menggeleng seakan tak kuat melanjutkan. "Keysa, aku selalu mendoakan kamu kembali seperti kamu yang dulu. Aku emang gak paham rasa sakit luar biasa apa yang bikin kamu sampai-sampai lupa, dibandingkan dikhianati manusia yang penuh kekurangan, lebih mengerikan mengkhianati Dia. Itu dosa besar. Daripada meminta hal pada makhluk fana, lebih nyaman berdoa pada Dia yang Maha Tahu Segala. Dia ... Dia yang menolong kita. Kita membutuhkan Dia."

Keysa terdiam, masa lalu terputar di kepalanya. Sebelum mengenal Jordi, dia wanita yang memang memiliki perangai baik, setidaknya begitu meski belum benar-benar bisa berhijab. Setelah mengenal Jordi, Keysa lebih banyak berhijab, terlebih Jordi selalu mengiming-iminginya dengan hal baik seakan pria itu amat suci. Nyatanya, dia pria bermuka dua, munafik, itu kenapa Tyo agak menakuti Keysa--ia khawatir semuanya berakhir seperti Jordi.

Ternyata ... hijabnya hanya alasan karena rasa cintanya pada makhluk fana, yang notabenenya tidaklah permanen.

Jadi setelah dikhianati, Keysa mulai melepaskan hijabnya, bahkan mengabaikan nasihat orang tuanya. Keysa mulai meninggalkan salat, mengaji, semua ia tinggalkan, menganggap Tuhan tak lagi menyayanginya dengan memberikan rasa sakit seberat ini.

Padahal ... harusnya ia melihat sisi baiknya, andai ia berakhir dengan Jordi dan hal busuknya terungkap setelah menikah nanti, tamatlah sudah. Jordi hanya menganggapnya mesin pencetak uang.

Kenapa Keysa begini? Bucin pada makhluk fana? Bahkan membuat dia melupakan jika ia hanyalah hamba yang harusnya bersujud pada Sang Pencipta.

"Keysa, tolong beri aku kesempatan membuktikan kalau aku ... niatku ... bukan sekadar main-main. Pernikahan ini sakral, aku dan kamu seorang muslim dan muslimah yang persatukan dengan ikatan janji suci. Aku diberikan tanggung jawab atas kamu, dan aku enggak mungkin menyakiti kamu. Aku sekarang ingin berusaha mengobati rasa sakit hati kamu, aku mohon beri aku kesempatan ...."

Keysa menatap Tyo, wajah itu memang tidak mengelabuinya, tetapi wajah Jordi pun sama di masa lalu. Namun, jika berkhianat pun, Keysa sudah mempersiapkan Nusa Kambangan langsung untuk mengeksekusi Tyo saat itu juga.

Haruskah ia berusaha membuka hatinya lagi?

Bagaimana jika dia disakiti lagi dan lagi?

Keysa tak tahu ....

"Antar saya pulang." Mendengar itu, Tyo tersenyum haru. Inikah tanda jika Keysa menerima permintaannya untuk kesempatan kedua?

Segera, Tyo membawa Keysa dari tempat pengap itu, perasaannya sangat tidak enak sebenarnya dengan tempat tersebut, mereka lalu beranjak pergi meninggalkan teman Keysa yang hanya bisa bergumam.

"Duh, susah juga ternyata nipu ni orang."

Kini mereka pun berboncengan, pulang ke rumah dan Keysa berjalan lebih dahulu masuk rumah.

"Apa kamu ngekorin saya lagi?" tanya Keysa tiba-tiba.

Tyo menggeleng. "Aku tadi beli gado-gado, gak terlalu antri jadi aku bisa pulang cepat, dan aku kaget kamu enggak ada. Jadi aku cek ke CCTV, kamu sama cewek yang sama yang nyaranin kamu ke dukun, kamu pergi sama mobil merah muda. Kebetulan aku ketemu teman di jalan dan mereka lihat mobil yang sama." Tyo menjelaskan sesingkat mungkin.

"Oh." Keysa duduk di sofa dengan rileks, menghela napas lelah. "Mana gado-gadonya?"

Tyo segera mengambil gado-gado yang disimpannya di lemari, bersama makanan lain untuk tambahan.

"Aku cuman mau makan gado-gado." Keysa mendengkus pelan.

"Cicip aja, buat tambahan, enak kok." Tyo menyengir lebar, dan Keysa mendengkus.

"Sikap kamu bikin saya makin mikir kamu emang make sihir."

Tyo beristighfar. "Enggak Key, enggak sama sekali." Pria itu menggeleng. Keysa menatap dengan penuh selidik sebelum akhirnya menghela napas, Tyo memberikan sendok padanya dan Keysa pun mulai makan dengan tenang.

Azan Isya terdengar, Tyo menatap Keysa sebentar. "Aku sholat dulu ya, Key."

"Hm." Keysa bergumam mengiyakan, dan Tyo pun beranjak menjauh. Sekilas pria itu sesekali melihat ke arah Keysa memastikan wanita tersebut tak kabur lagi, dan selepas ia kembali ke depan Keysa sudah tak ada, hal itu jelas mengagetkan Tyo seketika.

Tyo mencari Keysa, dan nyatanya syukurlah wanita tersebut tengah berada di kamar, Tyo menghela napas lega sebelum akhirnya menuju meja lagi, membereskan peralatan makan yang ditinggal Keysa di sana sebelum akhirnya bersih-bersih, dan kembali ke Keysa.

"Kamu pengen sesuatu, Key?" tanya Tyo berdiri di ambang pintu.

"Bikinin susu cokelat, dong."

"Mm ... Keysa, kamu kan baru minum vitamin tadi, jadi kurasa ... gak bisa langsung minum susu."

Keysa menghela napas, benar juga. "Ya udah, gak jadi. Saya mau tidur aja." Keysa menghampiri Tyo, dan tanpa disangka menutup pintu tepat di hadapan pria itu tanpa babibu.

Meski lancang, Tyo hanya bisa menghela napas sabar menghadapi istrinya, sebelum akhirnya pergi dari sana menuju sofa, mulai menidurkan diri dengan tenang di balik selimut tipis serta bantal yang hanya bantal sofa sementara Keysa tidur nyaman usai membersihkan diri di kasur.

Tengah malam, Keysa merasakan kerongkongannya kering, air minum sudah tersedia di sampingnya tetapi entah kenapa dia tak ingin minum air biasa hingga wanita itu pun beranjak keluar kamar. Niatnya membuat susu yang sempat tertunda, tetapi langkahnya terhenti ketika dia melihat seorang pria rupawan tidur di atas sofa.

Ya, Keysa akui, Tyo memang tampan, ia pernah mengakui hal itu dulu. Wajah Tyo khas orang Indonesia kebanyakan, eksotis, meski tak seperti oppa Korea ataupun aktor Hollywood. Entah kenapa Keysa jadi tertarik untuk menatap Tyo lebih dekat, mata terpejamnya yang tenang disertai dengkuran pelan yang keluar dari mulutnya yang sedikit terbuka, Tyo memang kelihatan ... tampan.

Namun, bukan Keysa namanya jika langsung mengagumi suaminya ini. Ia malah ber-negative thinking soal sihir yang dibuat Tyo padanya, dan tentu niat Tyo menikahinya hanyalah niat buruk. Akan tetapi di satu sisi, melihat segala kebaikan Tyo dan betapa jujurnya dia ... sisi lain Keysa ingin memberikan kesempatan sejauh mana hal itu bertahan.

Lagi, jika benar dirinya terkena pelet, sebenarnya ia tak akan sadar juga dan terus-terusan bucin selayaknya cinta mati, bukan seperti ini. Keysa sadar diri, memang hatinya sendiri, ada secercah keinginan berubah.

Secercah, tetapi belum semua.

"Keysa? Ada apa?"

Jantung Keysa mau copot mendengar suara itu.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA ISTRIKU [B.U. Series - T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang