Chapter 17

5.6K 353 29
                                    

1 Desember 2021

•••

Meski kesal karena menyangka Tyo tengah menjilatnya dengan makanan-makanan yang dia suka dan berlaku bak suami baik, di satu sisi ... yah tidak terlalu merugikan. Selama Keysa tahu niat busuknya dan terus hati-hati kali saja isinya racun, maka ia aman. Lagi juga, lumayan, ibu dan ayahnya selalu bilang sebagai istri ia punya kewajiban, tapi di sini dialah yang berkarier jadi jelas Tyo yang harus tahu diri.

"Oh, oke. Thanks." Tyo sangat bahagia karena Keysa kini berjalan ke dapur, diikuti olehnya, dan mereka pun makan bersama di atas meja.

Lagi, Keysa melihat Tyo makan nasi bungkus. Seperti tak ada makanan saja di rumah, kenapa harus membeli, Keysa salah pikir kemarin ini hal soal tahu diri tetapi kalau dilihat, mending uangnya dia tabung guna masa depannya nanti.

"Kamu makan nasi bungkus?" tanya Keysa akhirnya.

Tyo menghentikan makan, menatap istrinya. "Iya. Kamu ... mau?" What? Apa-apaan tawaran itu?

"Memang di rumah gak ada makanan?" Keysa mendengkus pelan. "Kamu tahu harusnya kamu hemat, oke? Sadar diri apa yang harus kamu bayar."

"Oh um ... ini nasi dikasih pas aku sholat Subuh," kata Tyo ragu-ragu, dan itu membungkamkan Keysa seketika.

Sialan, pria ini bagus juga memutar kata.

"Oh." Hanya itu yang keluar di mulut wanita itu, tanda dia berusaha menyembunyikan rasa malunya. Sekarang, bodo amatlah, ia makan saja makanan yang dibuat Tyo untuknya.

Rasanya lumayan, Tyo cocok jadi pembantunya.

"Kamu bisa bikinin aku minum?" tanya Keysa iseng.

Dan ternyata, langsung ditanggapi sigap oleh Tyo. "Mau minum apa?"

"Susu."

"Susu?" tanya Tyo, dan Keysa mengangguk, pria itu lalu menuju ke lemari penyimpanan, membukanya dan menemukan ada beberapa kotak susu di sana. Ia mengambil salah satunya dan memperlihatkan ke Keysa. "Ini?"

"Bukan, rasa cokelat." Keysa menggeleng.

Tyo pun melihat kotak demi kotak, dan menemukan rasa cokelat ia pun tersenyum. Sepertinya istrinya maniak cokelat. "Ini ya?"

"Ya terus mau yang mana?" Keysa malah balik bertanya dengan ketus.

Tyo hanya tersenyum. "Bentar aku bikinin ya."

"Airnya jangan terlalu panas, anget kuku aja," pinta Keysa, pria itu mengangguk menanggapi.

Ia mulai membuatkan susu untuk Keysa sesuai takaran yang ada dan sesuai permintaan, kira-kira suhu anget kuku. Setelahnya pun, Tyo menyerahkan susu itu ke Keysa, Keysa mulai menyesapnya pelan.

Takaran pria ini hebat juga, bisa tahu sesuai keinginan Keysa.

"Ada yang bisa kubantu lagi, Key?" Tyo menawarkan diri.

Keysa menggeleng, ia asyik sarapan, dirasa sudah tak diperlukan lagi Tyo pun melanjutkan sarapannya kembali. Selesai sarapan, Keysa menuju ke ruang keluarga, duduk di sofa seraya menonton televisi sedang Tyo menuju kamar, yang tidak ia sangka seperti kapal pecah di dalamnya. Kasur berantakan, baju tak sesuai letaknya, dan beberapa barang tidak pada tempatnya.

Tanpa mengeluh, Tyo mulai merapikan kamar mereka, membuatnya seperti sedia kala. Pria itu memang tak ada pekerjaan untuk hari-hari ini, ibu dan mertuanya bilang ia bisa kembali bekerja setelah masa-masa awal pernikahan ini usai dan ibunya kembali ke rumah sini. Mereka menyuruh Tyo memanfaatkan momen-momen ini demi mendapatkan hati seorang Keysa.

Tyo akan berusaha tak mengecewakan mereka.

Kamar pun beres, Tyo keluar dari sana dan mulai mengecek keadaan rumah. Lantainya agak berdebu, beberapa celah juga ada, jadi dengan melihat itu semua Tyo memulai aksinya beres-beres rumah. Beres sana beres ini, bersama sapu kemoceng dan tetek bengeknya.

Keysa, yang asyik rebahan seraya menonton televisi berdecih. "Penjilat." Karena merasa Tyo tengah menarik perhatiannya menjadi suami sok baik.

Persiapan untuk nusuk belakang?

Wanita itu mendengkus pelan sebelum akhirnya menatap ponselnya, membukanya untuk kali pertama setelah cukup lama dimatikan karena pernikahan mereka. Ada hawa panas yang menyambut kala banyak pesan yang mengucapkan selamat atas pernikahan dia dan Tyo. Kesal, si wanita mengabaikan itu, dan memilih mengecek pekerjaan yang diambilalihkan sementara.

Aman.

Baguslah.

Lalu, ke bagian kasus Jordi, betapa bahagia Keysa melihat bawahannya sudah ada di meja hijau sepagi ini. Dan Keysa tinggal tahu beres--pasti Jordi akan masuk ke penjara dan membusuk di sana. Kesya cengar-cengir dan kemudian, ia menguap, merasakan kantuk yang menyerang. Memang liburan plus sehabis minum susu, rasanya selalu begini.

Keysa pun perlahan memejamkan mata, masuk ke alam mimpinya ....

Cukup lama, hingga wanita itu kini bangun, dan kala membuka mata ia dikejutkan akan keberadaan dirinya.

Bukannya dia ada di sofa?

Kenapa ... ia bisa ada di kasur?

Segera, Keysa bangkit, mengecek keadaan dirinya yang masih bersih, tak ada lecet apa pun. Kemudian menatap sekitaran sekali lagi, ini kamar bukan ruang keluarga. Apakah ... Tyo yang ...?

Keysa menatap jam dinding, pukul sembilan pagi. Ia kira dirinya sudah lumayan lama tidur. Wanita itu segera bangkit, sebelum akhirnya keluar mencari sosok Tyo ... mencari sana sini di dalam rumah tak ia temukan hingga akhirnya ia ketemu di depan. Tengah duduk di teras depan tanpa melakukan apa pun.

"Kamu yang bawa saya ke kasur?" tanya Keysa langsung ke intinya.

Tyo seketika menoleh, melihat wajah masam istrinya. "Mm ... iya ...." Ia menjawab seadanya. "Aku enggak ngapa-ngapain kamu kok, Key."

Keysa sebenarnya sudah tahu hal ini, seluruh badannya dalam keadaan baik tanpa jejak apa pun. Namun tetap saja, ia merutuki diri mengantuk bersama seonggok pria di rumah ini. Hanya berdua. Karena bagi Keysa, sesantun apa pun pria, pastilah ada sisi buasnya. Lagi, Tyo kan hanya berakting--dan aktingnya sangatlah baik.

Rasanya Keysa gedek di rumah, ia mulai bosan, dan ia ingat ... kalau dia tak bisa mengurus kerja ataupun kasus Jordi, ia rasa ia bisa melakukan hal lain asalkan Tyo menutup mulut.

Ya, itu oke!

Keysa melenggang masuk dan Tyo hanya menatap bingung wanita itu sejenak, sebelum akhirnya kembali duduk santai di teras karena semua pekerjaan dirasa beres baginya. Namun tak lama, Keysa keluar lagi, kali ini pakaiannya seperti ingin jalan-jalan ke suatu tempat.

"Key, kamu ... mau ke mana?" Meski agak takut bertanya, Tyo tetaplah seorang suami yang harus tahu hal itu.

Keysa mendengkus pelan. "Mau jalan, sama temen. Sebentar aja, gak lama-lama kok."

"Mm ...."

"Sebentar aja apa masalahnya sih? Saya bosen di rumah! Paling nanti balik lagi, gak usah ngadu-ngadu, cepu!" Keysa membentak, tetapi bukan itu sebenarnya permasalahannya. Pesan orang tua mereka sebenarnya agar mereka tetap bersama.

"Iya, Key. Hati-hati di jalan, ya." Tyo agak kasihan dengan istrinya yang bisa dibilang sangat senang bergaul, jadi Tyo pun mengizinkan saja.

Keysa akan mengatakan hal sesuai janjinya kan?

Tyo harap begitu.

Namun, kala Keysa beranjak pergi, ada rasa tak nyaman di dada Tyo ....

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA ISTRIKU [B.U. Series - T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang