Chapter 21

5.5K 355 32
                                    

5 Desember 2021

•••

Tyo memasak banyak makanan bergizi untuk Keysa, empat sehat lima sempurna, untuk makan siang ini. Ia tahu, Keysa pasti masih sangat kesal padanya, jadi ia harap permintaan maafnya bersama makanan ini diterima--meski ia sadar mungkin ia memang sudah sangat kurang ajar mencium istrinya itu. Walau tak dimaafkan, setidaknya Keysa harus makan.

Tyo memang tak terlalu pandai memasak, tetapi ia bisa melihat semua tutor di Google, dan rasanya tidak buruk.

Selesai memasak, Tyo pun menyiapkannya di meja, sebagian ia tutupi pakai tudung dan sebagian lagi dimasukkan ke lemari agar tetap terjaga, sebelum akhirnya menuju kamar. Ada keraguan kala masuk hingga Tyo berdiri di ambang pintu, sedikit memasukkan kepalanya demi melihat keadaan Keysa.

Keysa nyatanya sudah bangun, wanita itu tengah memainkan ponselnya, dan keadaannya terlihat membaik. Tyo maju mundur untuk memberitahukan istrinya sesuatu ....

"Kenapa ke sini lagi hah?" tanya Keysa yang mengejutkan Tyo, ternyata Keysa tahu dia ada di sini meski tanpa menoleh.

"Aku ... udah masak buat makan siang, kamu makan ya, Key?" pinta Tyo dengan halus.

"Gak mood makan!" Keysa tetap tak menatap Tyo, fokus ke ponselnya entah melakukan apa.

"Tapi kamu belum makan apa pun sedari pagi, Key." Tyo bersikeras membujuk.

"Apa, sih?! Orang gak laper juga!" Tyo memejamkan mata, susah sekali ternyata membujuk Keysa makan, padahal ini untuk kebaikan Keysa juga. Sungguh Tyo tak ingin Keysa kenapa-kenapa karena dia suaminya yang dipercayai menjaga Keysa, Keysa tanggung jawabnya.

"Key--"

"Saya bilang gak mood ya gak mood, kamu bikin saya badmood!" Keysa berkata ketus. "Pergi sana!"

"Kamu harus makan, Key!" Tyo tak tahan dengan kekeraskepalaan Keysa. "Dokter bilang kamu perlu vitamin, perlu makanan bergizi, aku mohon ... aku mohon sama kamu, Key ... ini demi kebaikan kamu juga. Kasihan orang tua kamu kalau kamu kenapa-kenapa, mereka pasti bakalan sedih, aku bakalan sedih."

Keysa sejenak terdiam, Tyo harap ia memikirkan kata-katanya saat ini.

Namun, nyatanya ....

"Dih, bukannya niat kamu pengen saya mati."

Tyo menggeleng. "Astaghfirullah, Key. Aku gak akan lakuin itu, ini sudah kewajiban aku jaga kamu. Key, aku mohon, ayo makan siang!" Tyo terus membujuk. "Aku mohon ... maafin aku, Key."

Keysa masih tak menggubrisnya.

"Key ...." Keysa begitu asik dengan ponsel di tangan.

"Pergi sana!" Dan sahutan Keysa, membuat Tyo membulatkan mata sempurna.

"Ya udah, aku pergi, Key. Tapi kamu harus makan ya?" pinta Tyo, tetapi Keysa tak menjawabnya lagi.

Tyo menghela napas, pun berbalik, sebelum akhirnya berjalan keluar rumah. Keysa menoleh ke arah tempat Tyo tadi, pria itu tak ada di sana, kemudian ia bangkit dan keluar memperhatikan Tyo yang mulai berjalan keluar menjauh.

"Bagus." Keysa pun melangkah menuju dapur, mengecek masakan-masakan yang dimasak Tyo. "Cih, paling juga diracun."

"Astaghfirullah, aku gak mungkin racunin istriku sendiri."

"Hah?!" Keysa terperanjat seraya berbalik, entah bagaimana Tyo sudah ada di belakangnya, pria tinggi berbadan tegap itu begitu penuh mohon menatap. "Kamu kenapa gak jadi pergi huh?!"

"Aku ...." Tyo terdiam, ia balik lagi karena ingin memasukkan makanan lain ke lemari, tetapi ternyata Keysa juga ada di dapur. "Kamu harus makan, Key." Tyo melangkah mendekat dan spontan Keysa mundur.

"Jangan deket-deket, tukang lecehin orang!" Keysa menodong dan Tyo hanya bisa beristighfar mendengarnya.

"Aku gak bermaksud begitu, Keysa. Kita ini suami istri, aku tahu kalau aku manggil orang tua kamu ataupun ibuku kamu pasti dalam masalah itu kenapa mau gak mau aku yang lakuinnya." Tyo berusaha menjelaskan alasan terlogis. "Dan lagi, ciuman itu ...."

Kedua pipi Keysa memerah padam.

"Kamu yang narik aku buat cium kamu, itu gak sengaja, karena kamu terpengaruh obat perangsang. Tapi aku sungguh enggak ngapa-ngapain kamu setelahnya, aku hanya ingin merawat kamu." Tyo menunduk dan Keysa merasa seperti dipukul, tak ada kebohongan di mata Tyo. "Aku mohon, Key. Maafin aku. Tapi kalaupun kamu gak maafin aku, seenggaknya makanlah. Kamu perlu tenaga, Key."

Entah kenapa ucapan Tyo seakan memukul-mukul kepalanya, hingga Keysa bisa merasakan pening yang menjadi.

"Keysa!" Tubuh Keysa limbung, tetapi sebelum jatuh Tyo langsung sigap menangkap wanita itu. "Key ...."

Keysa tak bisa bereaksi apa pun selain mengeluhkan rasa sakitnya, hingga Tyo pun menggendong wanita itu dengan gaya bridal dan membawanya ke kamar. Membaringkannya lagi di sana.

"Kamu pusing lagi? Sesuai kata dokter, Key, kamu harus makan, tenaga kamu belum sepenuhnya pulih, sebentar kuambilkan makanan." Tyo pun beranjak meninggalkan Keysa yang masih merasa seperti dipukuli bertubi-tubi.

Ia merasa sangat malu, akan kejujuran Tyo yang tak bisa ia terima, obat perangsang memang menyebalkan. Keysa sendiri sadar, Tyo memang sama sekali tak menyentuhnya, tetapi ia tak bisa menerima kenyataan itu, ini menyakitkan dan sangat aib baginya.

"Kamu harus makan ya, Key? Aku mohon ...." Tyo datang bersama makanan di nampan, dan Keysa menoleh ke arahnya dengan tatapan menyipit. Rasa pusing membuatnya agak sulit melihat tetapi ia tahu Tyo kini duduk di sampingnya. Aroma masakan Tyo seketika menyeruak masuk ke hidung. "Makan ya? Aku mohon ...."

Keysa memang lapar, sangat, perutnya memang bergejolak sedari tadi karena tak ada asupan yang masuk mengisi selain kesombongannya sendiri. Ia sadar, dia memang harus makan atau ia akan menyiksa dirinya ... dan orang tuanya.

"Cih, dasar tukang maksa!" Keysa tetap pada pendiriannya. "Ya udah sini makanannya!"

"Aku suapi, ya?" Tyo merasa Keysa akan kesulitan jika makan sendiri.

"Kamu pikir saya lumpuh? Sini makanannya saya bisa makan sendiri! Pergi sana!" usir wanita itu, Tyo agak ragu tetapi akhirnya menurut, meletakkan nampan di nakas.

"Ya udah, Key. Makan yang banyak ya, kalau ada apa-apa panggil aku aja." Pria itu menawarkan diri.

"Hm ... udah sana pergi!" Keysa terus mengusir Tyo dan akhirnya Tyo pun keluar kamar, meski diusir ada seulas senyum di bibirnya. Setidaknya Keysa mau makan.

Kini Tyo sedikit mengintip Keysa yang mulai berusaha bangkit, rasanya ingin membantu karema Keysa agak kesusahan saat menyuap, tetapi syukurlah ia bisa makan dengan baik. Tyo semakin tersenyum bahagia melihat istrinya makan dengan lahap.

"Alhamdulillah ...." Tak lupa bersyukur pada Tuhan yang Maha Esa.

Azan Zuhur terdengar, saatnya Tyo melaksanakan ibadah wajibnya seperti biasa, sementara Keysa masih sibuk makan dan ponselnya berdering membawakan sebuah pesan masuk di sana.

Pesan dari seseorang: "Gimana Key? Udah beres ketemu orang pinter?"

Keysa mendengkus, entah kenapa dia malas mengingat soal dukun yang akan ia datangi tetapi tak jadi karena tragedi itu, dan faktanya dia ketahuan Tyo, mungkin Tyo sudah tahu dan akan terus berusaha menghalang-halanginya datang ke sana.

"Kemarin aku kepergok suami, jadi gak bisa apa-apa." Keysa tak sepenuhnya berbohong, ia hanya menutupi apa yang setelahnya terjadi.

"Duh, bahayanya banget Key dia bisa tahu, cepet-cepet deh kamu ke sana!" Entah kenapa, Keysa lebih meragukan untuk datang ke dukun ... ada hal yang membuatnya benar-benar meragukan hal itu.

Terlebih, saat ini senandung indah ayat-ayat suci terdengar, meski agak pelan tetapi karena suasana sepi Keysa bisa mendengarnya, suara Tyo begitu indah dan hangat. Hati Keysa ciut, ia tak berani mengatakan Tyo orang yang munafik.

Tunggu ... apa makanan ini dia guna-guna hingga Keysa begini?

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA ISTRIKU [B.U. Series - T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang