Chapter 18

4.9K 318 22
                                    

2 Desember 2021

•••

Karena perasaan tak enak itu pun, Tyo memilih membuntuti Keysa yang katanya pergi jalan-jalan. Wanita itu tak bisa memakai mobil karena saat ini disita, untuk sementara waktu, jadi Keysa tampak menaiki taksi yang dia pesan melalui online. Sedang Tyo, bersama motornya, mulai mengekori Keysa dengan jarak yang cukup untuk dirinya melihat wanita itu plus tetap tersembunyi.

Lokasi pertama yang dikunjungi Keysa adalah kafetaria.

Tyo tak masuk, hanya melihat di balik dinding kafe yang merupakan kaca gelap, dan terlihat Keysa ... tidak bersama siapa pun. Wanita itu sendirian, menghabiskan waktunya menyesap kopi dan memainkan ponsel entah apa, lalu memakan brownies yang dipesannya.

Hanya itu.

Lokasi kedua yang Keysa temui adalah mall, wanita itu tampak mengunjungi area fashion wanita berupa tas-tas dan mengagumi satu demi satu hal yang ada. Sampai, Keysa tiba-tiba terperanjat yang juga mengagetkan Tyo, dipikirnya ia ketahuan tetapi nyatanya Keysa kaget karena bertemu seorang wanita yang sama modisnya dengan dirinya.

"Eh, Key!"

"Oh, hai!" Keysa membalas sapaan itu, seperti biasa cipika cipiki ala wanita. Tampaknya teman Keysa, dan di samping temannya itu ada pria tegap tinggi di sana.

"Kamu di sini juga? Bareng suami kamu?" tanya teman Keysa itu, dan Keysa terlihat kikuk tak tahu harus menjawab apa.

"Ah, i-iya, dia ada di depan. Katanya males ke dalem soalnya ...." Keysa menggantung kalimatnya, bingung.

"Soalnya dia gak kebiasa masuk mall? Bisa masuk angin ya?" Wajah Tyo menciut, ia tahu itu sindiran karena Tyo bukan dari kalangan orang kaya. Sekarang, Keysa terlihat memejamkan mata menahan emosinya agar tak meledak karena ejekan. Ia sudah malu bukan main, wajahnya memerah padam.

"Kami hanya nikah sementara!" Keysa akhirnya angkat suara, dan dada Tyo terasa sesak mendengarnya. "Ini hanya permintaan egois Papahku, yang nyangka pria itu pria baik-baik. Padahal, dia gak begitu!"

"Ouh, dijodohin ya? Keknya Papah kamu kena ... itu, guna-guna." Tyo beristighfar karenanya, guna-guna apanya?

Dan Keysa sekarang mulai memikirkan itu, wajahnya agak ragu, tetapi kemudian ia merasa ... ada benarnya juga?

"Aku kenal orang pinter yang bisa nangkal itu-itu semua, cepetan deh kamu datengin. Jangan sampe tu orang ngambil alih harta gono gini kamu, bahaya orang-orang gitu!" jelasnya, dada Tyo rasanya bak terbelah.

Itu musyrik, menyekutukan Allah. Tyo tak akan pernah melakukan itu, astaghfirullah ... astaghfirullah ....

"Biar aku minta nomornya." Tyo rasanya ingin pingsan kala Keysa meminta nomor orang pintar itu dari temannya, sakit rasanya di dada melihat betapa tidak percayanya Keysa pada dirinya bahkan melakukan hal sihir seperti ini.

"Dia ada cuman malem aja, ya, Beb. Tapi kamu lebih baik cepet!" titah teman Keysa itu.

"Oke, makasih."

Setelah mendapatkan nomor ponsel dukun itu pun, Keysa beranjak dari mall, dan mulai menghubungi orang pintar tersebut. Tyo tak tahu apa yang mereka bicarakan, tetapi setelahnya Keysa pun kembali masuk ke mall, berbeda dengan tadi yang bersemangat Keysa terlihat tak sabaran hingga gelisah dengan apa yang ia lakukan meski tak punya pilihan lain.

Keysa masih terus di mall, syukurlah, kala Tyo salat Zuhur, Ashar, dan Magrib, Keysa masih bisa ia temukan dengan cepat.

Ia masih saja terlihat menunggu, mungkin waktu malam saat orang pintar itu buka, karena sesekali Keysa melihat jam di ponselnya.

Lama, lama, dan lama ....

Keysa mendengkus pelan dan keluar dari area pembelanjaan, tetapi kini ke suatu tempat yang dijaga ketat. Keysa menunjukkan sebuah kartu identitas yang Tyo bingungkan apa itu pada pria berjas, tetapi akhirnya Keysa dipersilakan masuk. Tyo menuju ke sana, apa Keysa memperlihatkan KTP tadi? Tyo pun mengikuti hal sama tetapi ia ditahan keduanya.

"Maaf, Anda tidak diperkenankan masuk karena bukan anggota." Tyo menatap bingung, bukan KTP yang tadi mereka minta, tapi kartu anggota? Anggota apa?

"Gimana cara daftarnya?" Tyo bertanya, dan dua pria itu bertukar pandang sebelum akhirnya tertawa terbahak-bahak.

"Mundurlah, Kawan. Jelas ini bukan tempatmu," kata mereka yang semakin membuat Tyo keheranan.

"Tapi istri saya boleh masuk!" Tyo menegaskan.

"Istri Anda? Siapa?"

"Dia--" Ungkapan Tyo terputus karena kini seorang pria dan dua wanita keluar dari pintu itu, wajah mereka memerah dan terlihat amat mesra bergelayut satu sama lain, dan ada bau kentara pada mereka.

Bau ini ... bau alkohol kan?

"Keysa? Astaghfirullahalazzim, Keysa!" Tyo pun berusaha menerobos masuk karena menyadari tempat apa yang saat ini Keysa kunjungi, tetapi dua pria tegap itu sigap menahannya.

Semenatara di dalam, tampak Keysa duduk sendirian di salah satu meja bar, Keysa memesan minuman non alkohol pink lemonade. Ia mengisi waktu memasuki area diskotek ini untuk membuang waktu hingga pukul 9, di mana orang pintar itu bisa didatangi olehnya. Meski berusaha agar menjadi waktu-waktu tenang, tetapi tetap saja Keysa gelisah seraya menatap jam tangannya berkali-kali.

"Hei, Cantik. Sendirian aja?" tanya seseorang, Keysa menoleh dan menemukan pria jangkung setengah mabuk yang tersenyum menggodanya. Pria ini tak tampan, tetapi gayanya sangat modis dan kekinian, jelas hanya orang kaya yang bisa masuk ke sini.

Wajah Keysa merisi melihat si pria yang sok menggodanya, dengan jutek Keysa membuang wajah.

"Waduh ... sombong banget, jangan gitulah ...."

Ia berusaha menyentuh bahu Keysa, dan Keysa menepisnya kasar. "Apa sih? Minta mati, ya?"

Si pria mengangkat kedua tangannya. "Whoa, galak juga. Uh, serem." Ia mengejek dengan pura-pura takut.

Keysa berdecih. "Pergi, sebelum saya panggil seseorang untuk menghukum Anda." Keysa tak main-main dengan ancamannya.

"Wah, emang--"

"Saya Keysa Gunawan. Pernah denger nama itu?" Dan mendengarnya, si pria terdiam, merasa kalah telak Keysa pun membalikkan badan ogah menatap pria itu dan fokus pada ponselnya.

Namun, satu hal yang tidak dia sadari, pria itu tak langsung pergi, ia menatap kiri dan kanan seakan mengecek keadaan kemudian mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Pipet tetes. Yang cairannya lalu diteteskan ke minuman Keysa sebelum akhirnya ia menjauh, tidak terlalu jauh dari Keysa karena ia terus menatapi wanita itu dari kejauhan.

Keysa, tanpa curiga mengambil pink lemonade-nya, dan meminum minuman itu.

"Keysa!" Teriakan itu membuat Keysa mendongak, di antara lautan tubuh yang tak peduli sekitaran bersama alunan kebisingan, seseorang baru saja meneriaki namanya? Atau ia salah dengar? "Keysa!"

Tidak, ini memang suara seseorang yang memanggil namanya, dan Keysa membulatkan mata sempurna mengenali suara itu. Terlebih, kini ia melihat sosoknya, sosok pria yang tengah bergulat dengan massa yang seakan punya dunia sendiri. Meski dari jarak jauh, mata Keysa dan mata Tyo nyatanya bertemu.

"Astaghfirullahalazzim, Keysa!" Tyo langsung berlari menghampiri istrinya, sementara Keysa segera bangkit untuk berusaha kabur.

Namun, rasa pening hadir di kepala, tiba-tiba saja badannya panas dingin bersama pandangan berkunang-kunang yang melayang-layang ke mana-mana.

"Keysa? Keysa!" Keysa terduduk di lantai, baik suara Tyo dan suara hiruk pikuk keramaian manusia dan musik malam, mulai teredam dari telinga Keysa.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA ISTRIKU [B.U. Series - T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang