15 Desember 2021
•••
Eliza nama wanita itu, ia bilang ia bersama suami dan anak-anaknya. Laki-laki dan perempuan sekitaran usia masih belasan tahun. Farhan nama suaminya. Mereka ternyata tetanggaan, tetapi agak jauh, sama-sama bekerja sebagai pimpinan perusahaan hanya saja berbeda bidang. Tak banyak percakapan yang terjadi tetapi Keysa tahu Eliza bukan tipe wanita yang senang gosip atau menghakimi, dia wanita yang halus lembut dan amat cerdas.
Keysa jadi ingin berteman, biar bisa meniru wanita itu yang tampak sangat disayangi keluarga dan menyayangi keluarganya.
Salat berjamaah dilanjutkan doa bersama, kemudian saat pulang mereka mengantre rapi untuk nasi bungkus yang biasa dibagikan kepada jemaah yang ada. Keysa jadi bisa berbicara puas dengan Eliza dan keluarganya, Eliza punya anak-anak lucu dan manis, bahkan amat sopan, dan suaminya terlihat seperti pria gagah dan sangat suami-able.
Tyo yang ada juga di sana jadi iri dan ingin sekali seperti Farhan. Iri yang ia pakai iri yang memotivasinya menjadi pria sebaik Farhan tentunya.
Keluarga kecil itu pun berjalan bersamaan dengan keluarga Farhan yang kelihatan amat bahagia sampai akhirnya mereka berpamitan karena mereka masuk ke rumah mereka. Pasangan muda itu masih menatapi mereka dengan penuh perhatian, sebelum akhirnya keduanya tersadar akan waktu dan berjalan pulang ke rumah.
Mereka sarapan dengan nasi bungkus yang ada serta makanan lain di rumah, sebelum akhirnya siap-siap pergi menuju rumah sakit. Siapa sangka, Keysa kali ini memilih berhijab dan tertutup ... Tyo benar-benar merasa hangat di dada karenanya. Mereka sampai di rumah sakit dan Keysa berpisah dengan Tyo karena akan menuju ruangan ayahnya dan Tyo akan menjemput ibunya di rumah lama Keysa.
Keysa masuk ruangan itu.
"Assalamuallaikum."
"Waallaikumussalam." Orang tuanya bertukar pandang karena mendengar suara salam yang halus, dan yang menyambutnya adalah gadis cantik berhijab, keduanya benar-benar melihat bangga. "Alhamdulillah, Masya Allah ...."
Keysa agak malu-malu, tetapi ia sadar niatnya mulai mengepul sedikit demi sedikit, dan perlakuan Tyo padanya benar-benar memanjakan sisi baperan dalam dirinya.
Tyo memang menyebalkan.
Sementara Keysa menjenguk orang tuanya, Tyo menjemput ibunya dengan wajah terus semringah. Melihat itu, sang ibu menggodanya.
"Gimana resep cinta malem tadi, Tyo? Bener-bener bikin cinta kan?" tanya sang ibu.
Tyo mengusap dada. "Ibu, ih Tyo malu Bu, astaga ...."
"Gak usah malu-malu, Yo. Keysa itu bukan orang asing bagi kamu, ingat kalian suami istri."
"Ugh, bukan itu maksudku, Bu. Ya ... ya gimana jelasinnya ya." Tyo bingung sendiri. "Ya pokoknya gitulah, Bu."
Ibunya hanya tertawa.
"Alhamdulillah, Yo. Hubungan kalian berjalan dengan baik. Keysa memberikan kamu kesempatan masuk ke hatinya, kamu masuknya jangan terlalu buru-buru, pelan-pelan aja, doa Ibu selalu nyertain kalian berdua. Moga makin langgeng!"
"Aamiin, Bu. Aamiin ...." Tyo berharap demikian, karena Tyo memang sudah jatuh hati pada istrinya. Bukan hanya sekadar tanggung jawab saja yang ditanggungnya.
Sesampainya di rumah sakit, siapa sangka Tyo dan ibunya bertemu lagi dengan Keysa yang kini ada di bawah dan menghampiri suaminya. Melihat penampilan Keysa sekarang, ibunda Tyo terlihat bahagia dan terharu.
"Masya Allah, cantiknya mantu Ibu." Ibu Tyo memeluk Keysa hangat dan Keysa balik memeluknya dengan agak kaku. "Assalamuallaikum, Nak. Lama Ibu gak liat kamu."
"Waallaikumussalam, Bu." Keysa menyahut agak malu-malu. "Ibu apa kabar?"
"Sehat, alhamdulillah. Kamu semoga disehatkan terus, Nak!" Ibunda Tyo mengusap kedua pipi Keysa hingga membuat si wanita agak canggung, wanita ini benar-benar penyayang.
"Aamiin, Bu. Ibu juga ...." Keysa mengaminkan seadanya, agak malu.
"Keysa, kenapa di bawah?" tanya Tyo heran.
Keysa pun teringat niatnya di awal. "Oh um ... kalian mau fisioterapi bukan? Ikut aku aja, biar gak antri lama."
Senyum Tyo agak memudar, mendengar itu ia merasa Keysa melakukan sesuatu, Keysa terlalu banyak membantunya dan Tyo? Apa yang Tyo lakukan untuk Keysa? Rasanya ... tak ada.
"Maksudnya apa, Sayang?" Ibunda Tyo bertanya bingung.
"Papah mintanya begitu." Keysa tersenyum hangat, dan Tyo masih ragu.
Meski kemudian, si pria tersenyum. "Gak papa, Key. Antrinya gak lama kok, gak masalah nunggu."
"Papah maunya gitu katanya, terima ya please soalnya Papah pasti ngomel kalau gak diturutin." Keysa memohon, dan ini kali pertamanya Tyo dan ibunya mendengar Keysa memohon begitu.
Agak lucu.
Mendengar soal Pak Gunawan, terlebih keadaannya saat ini, Tyo mau tak mau tak menolak. Namun, Tyo akan berusaha lebih giat nanti, demi membalas kebaikan yang ada, dan terus berusaha berbuat baik untuk keluarga Keysa sekuat tenaganya. Mulailah pengurusan hal tersebut, dan akhirnya fisioterapi cukup cepat dilaksanakan tanpa antrean panjang.
Tyo pun pamit pada Keysa yang akan kembali ke ruangan ayahnya, guna mengantarkan sang ibu kembali ke rumah.
"Istri kamu, Yo. Semakin berseri. Ibu benar-benar bangga sama anak Ibu satu ini, benar-benar perangainya suami-able." Ibunya menggoda lagi dan Tyo hanya bisa nyengir.
"Tapi gak banyak hal yang aku lakuin ke keluarga Pak Gunawan, Bu ... keluarga kita berhutang banyak sama keluarga Pak Gunawan." Wajah Tyo terlihat agak murung. "Aku gak bisa apa-apa."
"Lho, kata siapa, Nak? Kamu itu sudah melakukan hal terbaik yang kamu bisa, Pak Gunawan dan Bu Gunawan pasti sangat bangga sama kamu yang bisa menuntun Keysa kembali ke jalan-Nya. Kamu ... menjaga Keysa dengan baik, penuh kasih sayang, dan melakukan hal yang memang kamu rasa harus dilakukan ... teruslah berusaha seperti itu Nak, jangan pernah merasa minder. Doa, niat, dan usaha."
Mendengar penuturan ibunya, Tyo tersenyum lagi. "Makasih, ya, Bu. Oh ya aku tadi dipanggil temen buat kerja, nguli, nanti. Boleh kan, Bu?"
"Hm ... iya, Nak. Semangat jadi suami yang mantap!" Ibunya mengacungkan jempol.
Tyo tertawa. "Ibu bisa aja." Keduanya tertawa lepas setelah itu.
Sampai di rumah, Tyo membantu ibunya masuk bersama pembantu yang ada, menuntunnya hingga duduk di sofa yang tersedia. Wanita itu terdengar membuang napas lega. "Alhamdulillah ...."
"Kamu jemput Keysa pulang, Nak?" tanya ibunda Tyo.
"Keysa bilang tadi dia mau netap dulu di RS, nanti katanya dikabarin kalau mau dijemput, dia bilang setelah aku sholat Jumat sih." Tyo berkata seadanya. "Aku ... mau nemenin Ibu di sini, kangen."
"Aduh, anak semata wayang Ibu ini." Tyo hanya nyengir lebar, duduk bersimpuh di bawah kaki ibunya sambil memijat-mijat pelan. Tyo terlihat bermanja pada sang ibu layaknya anak-anak.
Dan ibunya tertawa, mengusap puncak kepala Tyo lembut. Sembari dirinya membacakan doa-doa baik pada putranya tersebut.
"Bu, aku liat ada tetangga yang rumah tangganya adeeem banget, suami istri mesra, anak-anaknya ceria. Apa ... nanti rumah tangga Tyo bisa begitu?"
Ibunya tersenyum hangat, menangkup pipi putra satu-satunya itu. "Bisa, asal tiga perkara kamu lakuin. Kamu ingat?"
"Niat, doa, ikhtiar ...." Tyo dan ibunya berkata bersamaan. "Ibu doain selalu buat kamu, yang terbaik. Aamiin ...."
"Aamiin, aamiin."
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA ISTRIKU [B.U. Series - T]
Romantizm21+ Tyo itu miskin dan hanya lulusan SD. Meski demikian ia pekerja keras, begitu berbakti pada sang ibu, dan memiliki cita-cita tinggi. Namun itu lantas tak membuka hati seorang Keysa untuk mencintai suaminya yang notabenenya mereka menikah atas das...