30 November 2021
•••
Saat Keysa menyalami tangannya, Tyo bisa merasakan jika tangan itu begitu enggan, bahkan kala ia kecup tak terasa bibir Keysa di sana seakan tak terkecup sama sekali. Lalu, kala Tyo mengecup kening Keysa, wanita yang kini resmi berstatus istrinya menjauhkan kepala hingga tak terkena.
Tyo tercengang, meski demikian ia rasa ia bisa mewajarkan sikap Keysa padanya.
Mereka pengantin baru dan Keysa punya banyak masa kelam sebelum ini, Tyo harus sabar dan tak memaksanya. Acara pernikahan pun berlanjut tanpa banyak hal yang dibicarakan, seadanya, seperti acara sakral ini ... bukan milik mereka.
Tyo tersenyum hangat, tak apa-apa, masih terlalu cepat memang--baik untuknya dan untuk Keysa sendiri.
Acara berlangsung dengan baik, Tyo sudah mensyukuri itu, sebelum akhirnya ia dan Keysa pun pulang ke rumah kecil yang ditempati Tyo, Keysa sempat bersikeras ingin mengantarkan ayahnya saja ke rumah sakit bersama ibu dan mertuanya tetapi jelas ditolak--karena bisa dikatakan ini malam pertama mereka.
Keysa, tak rela untuk hal itu, ditinggal berdua dengan Tyo pun benar-benar tak rela.
Namun, ia manut saja, tetapi jelas ia tak akan membiarkan sehelai rambut terjamah, itu sudah sumpahnya. Jadi, setelah mobil mengantarkan mereka pun ke rumah yang di mana sudah dihias serta merta, keduanya pun masuk bersama.
"Jangan berani-berani menyentuh saya," titah Keysa tanpa babibu, membuat Tyo terdiam di tempat. "Jangan coba-coba." Keysa mengulangi dengan nada lebih tegas dan mata memicing.
Tyo tersenyum kikuk. "I-iya, Keysa." Ia menurut, berusaha memahami perintah sang istri. "Aku ... salat Isya dulu."
"Bagus." Keysa melenggang begitu saja menuju kamar, dan menutupnya dengan cukup keras membuat Tyo terkesiap pelan dan beristighfar.
Meski demikian, Tyo menghela napas panjang pasrah, menuju ke kamar ibunya guna meminjam kamar mandi. Membersihkan diri, merapikan, dan jelas menunaikan ibadah salat Isya kemudian. Tak terlupa, Tyo mengaji seperti rutinitas biasa yang dia lakukan.
Keysa yang tengah berbaring di kasur sambil meratapi nasibnya tercengang mendengar suara merdu itu, sudah lama ia tak mendengar suara Al Quran, mungkin sering tetapi dia tak pernah menyadarinya dengan sejelas ini, bahkan sudah tak ia dengar lagi keluar dari mulutnya sendiri. Suara itu menenangkan, Keysa lumayan menikmatinya, hingga tanpa sadar saking nyamanya dengan suara itu Keysa terhenyak dan akhirnya tidur nyenyak.
Sekitar beberapa lembar Tyo habiskan, pria itu pun menyelesaikan ngajinya, ia beres-beres sebelum akhirnya melangkah keluar, awalnya ingin menuju kamarnya lagi tetapi Tyo terdiam. Ingat persis ucapan Keysa padanya.
Ia rasa, ia harus tidur di sofa.
Dengan itu pun, Tyo mengambil bantal dan selimut seadanya, sebelum akhirnya berbaring dengan nyaman di sofa. Suatu hari nanti, akan ia usahakan dirinya bisa menjadi teman terbaik Keysa, agar wanita itu tak lagi merasa jika semua pria sama--jahat padanya. Memejam, Tyo pun memasuki alam mimpi dengan tenang.
Subuh hari, saat terdengar suara orang mengaji di mesjid, wanita cantik yang masih dalam balutan gaun kebaya nikahnya itu tampak melenguh, bergerak mulai bangun dari tidurnya. Kesya meregangkan seluruh badan, sebelum akhirnya benar-benar membuka mata dan bangkit terduduk. Sejenak, ia terdiam, seakan mengumpulkan nyawa demi nyawa yang bertebaran di udara.
Keysa menghela napas, wajahnya menyendu.
Di antara masuknya nyawa demi nyawa, masuk pula ingatan apa yang barusan terjadi padanya, kemarin hari, yang jika dia ingat-ingat cukup menyebalkan meski bisa ia tepis--merasa biasa saja untuk saat ini. Pandangan wanita itu mengedar, ia ada di kamar--kamar yang sudah dihias dan berlemari double tanda seseorang juga menempati kamar ini. Namun, orang itu ada di mana? Keysa tak terlalu peduli.
Keysa memilih berbaring lagi di kasur, entah mengapa dirinya malas ke mana-mana, urusan hukum Jordi diurus bawahannya, dan urusan kantor pun demikian. Kata orang tuanya, Keysa harus melepaskan sedikit beban untuk menikmati pernikahan.
Akan tetapi, apa yang harus ia nikmati? Jujur Keysa tak terlalu suka liburan, ia wanita dengan kesibukan, wanita karier penuh kepercayaan diri dan punya harga diri. Sudah, itu aja, tetapi mungkin ia bisa menikmati liburannya dengan bermalas-malasan.
Bodo amat dengan Tyo yang notabenenya suaminya.
Keysa pun memejamkan mata lagi, menidurkan diri dari dunia subuh yang azannya sebenarnya mengartikan lebih baik salat daripada tertidur.
Sementara di sisi luar, Tyo, terlihat mandi bersih-bersih, menunaikan ibadah salat Subuh ke mesjid. Pria itu sebenarnya ingin izin ke Keysa, memberitahukan keberadaannya, tetapi dia urung karena betapa heningnya di balik ruangan itu. Tak ingin mengganggu, Tyo ke mesjid kemudian. Ada rasa bahagia kala di mesjid, ketika di rumah ia merasa tak dianggap--meski ia masih bisa menerimanya--di sini Fulan mendoakan dia dan istrinya yang terbaik.
Semoga doa mereka dikabulkan oleh-Nya.
Tyo pulang lebih cepat dan seperti biasa, ia diberikan nasi bungkus, sebelum akhirnya pulang ke rumah. Saat di dalam, Tyo masih belum menerima tanda-tanda jika Keysa keluar kamar.
"Mungkin .... dia kecapekan?" Tyo bermonolog, sebelum akhirnya tersenyum hangat.
Tyo ingat, Keysa suka kebab dan cokelat, apa yang mirip dua menu itu yang bisa dijadikan sarapan? Tyo berpikir sejenak sebelum akhirnya mendapatkan ide yang cemerlang. Yaitu, membuka google. Ternyata ada menu kebab yang bisa menjadi sarapan, roti isi yang dibuat berbentuk kebab. Simpel dan enak.
Serta cokelat, mungkin bisa dijadikan penutup, seperti ... ah, pancake atau waffle? Tyo baru melihat makanan itu dan ternyata ada pencetak waffle di sini, yang Tyo dulu pikir untuk membuat es batu, Tyo menertawakan diri sendiri jadinya. Cara memasaknya terlihat simpel jadi Tyo bisa sedikit meniru-niru.
Cukup lama memasak, dan viola, semuanya jadi. Tampilannya memang tak terlalu menarik, tapi Tyo merasakannya--rasanya lumayan enak. Semoga saja Keysa suka.
Pria itu lalu berjalan ke kamar istrinya demi memberitahukan jika sarapan sudah siap, tetapi kala mengetuk pintu Tyo maju mundur ragu. Apa tak masalah? Apa nanti Keysa akan marah diganggu? Atau Keysa akan ....
Namun, baru berpikiran bingung, pintu kamar tiba-tiba terbuka, dan keduanya langsung berhadap-hadapan di depan pintu. Keysa terkejut, nyaris terkesiap ke belakang karenanya, tetapi dengan segenap keberanian ia tetap berdiri bersama rasa tak gentar di sana.
"Kenapa, huh?" tanya wanita itu ketus. Keysa sudah lepas dari pakaian nikahannya dan memakai pakaian biasa yang sopan, karena nyatanya kelamaan memakai pakaian itu tak enak juga.
Lagi, niat wanita itu keluar pun, sebenarnya ia mencium bau waffle yang begitu enak--seperti masakan bibi atau ibunya di rumah, jadi Keysa berpikir apa ibunya ke sini. Namun tak disangka, malah Tyo di depannya, apa pria ini tengah menjemputnya untuk sarapan?
"Aku ... udah bikinin sarapan buat kamu." Dia yang membuat sarapan? Keysa menoleh ke sekitaran karena itu hingga membuat Tyo bingung, tak ada tanda-tanda ibunya sama sekali.
Jadi ... itu semua Tyo?
"Kamu masak waffle?" Keysa mengangkat sebelah alis, dan Tyo tersenyum, menyangguk.
Cih! Dasar penjilat!
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA ISTRIKU [B.U. Series - T]
Romansa21+ Tyo itu miskin dan hanya lulusan SD. Meski demikian ia pekerja keras, begitu berbakti pada sang ibu, dan memiliki cita-cita tinggi. Namun itu lantas tak membuka hati seorang Keysa untuk mencintai suaminya yang notabenenya mereka menikah atas das...