22 Desember 2021
•••
"Eh, Pak Tyo, ingin bertemu Bu Keysa ya?" tanya seorang karyawan berhijab dengan ramah, bersama dua karyawan pria lain datang menghampiri Tyo yang baru memasuki ruangan besar itu.
Jujur, ini kali pertama Tyo ke sini, suasananya sangat legang, serta asing, tetapi siapa sangka mereka langsung mengenali Tyo begitu saja. "Ah, assalamuallaikum," kata Tyo menyapa, sedikit mengangguk hormat.
"Waallaikumussalam, Pak." Bahkan dia dipanggil Pak oleh mereka, mereka begitu sopan dan sangat humble.
"Iya, saya nyari Bu Keysa, dia ... ada di mana ya?" tanya Tyo celingak-celinguk. Tyo memang belum mengabari Keysa dia datang ke sini, bukan bermaksud merencanakan kejutan sih. "Apa dia sibuk?" Ia takut mengganggu wanita itu.
Mereka terlihat bertukar pandang sambil senyam-senyum, melihat Tyo dan bingkisannya yang terlihat ... ehem romantis terlihat. Tyo pasti membawakan sesuatu pada Keysa.
"Sebentar ya, Pak, kami hubungin Bu Keysanya." Meski ingin sekali mempertemukan suami istri itu, tetap saja ada proses sebelum itu sesuai prosedur yang ada. Tyo mengangguk paham dan agak kikuk, harusnya dia memberitahukan Keysa kalau ke sini agar tak menyusahkan dan ketahuan Keysa sibuk atau tidak, tetapi di satu sisi Tyo tak berani menghubungi duluan takutnya Keysa sibuk.
Oke, ini seperti buah simalakama.
Tyo masih saja bingung perihal istrinya sendiri, lho. Betapa pemalu dan polosnya dirinya.
"Ya udah, Pak. Ayo kami antar Bapak ke atas. Ibu Keysa-nya bisa ditemuin, kok." Tyo disadarkan oleh suara karyawati itu, eh sudah ya? Tyo tidak sadar dan jadi planga plongo sendiri karena nyatanya mereka sudah menghubungi sang istri.
"Ah, te-terima kasih." Tyo pun mengikuti mereka yang mulai memasuki lift, dan mereka menekan tombol untuk naik.
Agak canggung. Terlebih mereka kini diam, dan Tyo hanya bisa senyam-senyum kikuk. Mereka pun terdengar bisik-bisik yang tak Tyo dengar.
"Dia softboy banget, ya, Beb. Tuturnya, gayanya, wah lembut." Mereka mengomentari sikap Tyo.
"Iya, aku harap aku punya suami kayak suami Bu Keysa. Liat betapa pedulinya dia sama istrinya, liat perubahan Bu Keysa akhir-akhir ini. Masya Allah Tabarakallah."
Pintu lift terbuka, berbeda seperti di bawah, di sini sunyi senyap seperti tanpa penghuni sampai seorang wanita menghampiri Tyo. Tampaknya sekretaris Keysa, yang langsung menuntun Tyo lagi menuju ruangan Keysa yang waw, besar sekali, bahkan seperti kamar hotel yang berbintang isinya. Di kursi kebesarannya, Tyo menemukan wanita itu, tengah makan.
Makan brownies!
Eh ... Tyo membawa brownies juga ....
Keysa menoleh ke arah sosok yang masuk ruangannya. "Bu, ini Pak Tyo-nya."
"Iya, terima kasih ya. Kamu boleh pergi." Keysa menjawab dengan tenang, ekspresinya tak terbaca di mata Tyo.
"Baik, Bu. Sama-sama. Saya permisi dulu." Dia pun pamit, beranjak meninggalkan Tyo dan Keysa berdua saja.
Tyo agak kikuk, ia ingin melangkah masuk, tetapi merasa seperti karyawan saat ini. Kalau tidak dipersilakan, ia tak berani melangkah, rasanya tidak sopan. "Mm assalamuallaikum." Tyo agak berdeham karena suaranya hampir hilang.
Hawa Keysa di rumah dan Keysa di kantor berbanding terbalik, sangat beda jauh, kalau Keysa di rumah seperti istrinya tetapi di sini seperti Nyonya Besar. Tyo jadi makin ciut.
"Waallaikumussalam, kamu mau berdiri di situ sampai kapan?" Tyo nyengir kikuk akan ungkapan itu, ia menutup pelan pintu di belakangnya takut merusak meski ia bisa melihat betapa kokohnya orang yang membuat ini.
Mulai, ia menghampiri Keysa yang masih menatapnya heran. "Bawain aku apa?"
Tyo sekarang gugup, ia menatap brownies di kotak yang ada di atas meja Keysa, seakan mengatakan yah yang dibawakan sudah ada ternyata. Dua hal yang sama.
"Brownies ...." Tyo akhirnya angkat suara, agak ciut. "Kamu ... keknya udah makan brownies ya?"
"Oh, brownies. Letakkin aja, nanti kumakan." Tyo bersyukur diterima, tetapi agak gimana gitu. Ia menuruti perintah istrinya saja, toh tak ada hal negatif yang di pikiran Tyo yang terjadi pun. "Kenapa bisa ke sini? Kamu udah pulang kerja?"
Tyo menggeleng pelan. "Ini waktu istirahat, agak lama, jadi aku bisa ke sini." Tyo mulai agak gugup. "Aku ... mau beliin kamu brownies, sama aku anu, aku ... anu."
Keysa mengerutkan kening, aku anu apa?
"Aku anu aku anu? Yang jelas ngomongnya, Tyo." Keysa tak kesal, nadanya lebih ke arah penasaran.
"Aku kangen sama istriku." Tyo memang pemalu dan gugupan, tetapi malah sikap seperti itu yang membuat Keysa jadi deg-degan, gestur dan gelagatnya yang seperti kucing malu-malu diberi ikan asin sangatlah manis dan menakjubkan.
Dia juga kangen sama suaminya.
"Oh, gitu. Iya aku tau aku emang ngangenin." Keysa tetap ke mode bosnya sekalipun hatinya berbunga-bunga, sedang Tyo tersenyum lebar.
Menyatakannya lebih melegakan, dan melihat Keysa menerimanya semakin dekat memang menyenangkan. Alhamdulillah hubungan ini terus berjalan baik.
Keysa lalu menghela napas panjang. "Aku juga kangen sama kamu." Keysa merasa seperti punya dua kepribadian di hadapan Tyo, karena dia tak bisa menahan mengatakan itu juga akhirnya.
Tyo semakin malu-malu, dan itulah reaksi yang Keysa suka dari suaminya. Gayanya, gesturnya, bak anak kecil yang manja baru saja diberi mainan favoritnya.
"Mm ya udah, Key. Apa kamu sibuk?" Karena melihat banyak berkas dan laptop masih terbuka di meja istrinya, Tyo yakin Keysa masih bekerja. "Aku ... balik lagi ke tempat kerja, ya."
"Sebentar!" Keysa menahan kepergian Tyo. "Kamu punya waktu sebentar?" tanya wanita itu, Tyo memang punya waktu untuk Keysa, selalu. Telat sedikit tak apa.
"Ada apa?"
"Peluk aja, sebentar." Peluk? Rasanya Tyo ingin tertawa geli, karena Keysa bak anak kecil pada sang ayah. Pria itu dengan senang hati menuruti Keysa, keduanya berdiri dan mulai berpelukan, Tyo pun agak mengangkat Keysa dan berputar menjadikannya adegan pelukan mesra ala film-film kebanyakan. Cuma kurang hujan dan soundtrack romantisnya.
Setelah adegan beberapa menit itu, pun pelukan terlepas.
"Ya udah, kamu boleh pulang." Keysa mempersilakan.
"Iya." Tyo pun mencium pipi istrinya. "Assalamuallaikum."
Keysa membeku sejenak, ciuman bukan kening tetapi pipi ....
"Waallaikumussalam ...." Dan kemudian Tyo beranjak pergi, meninggalkan Keysa yang kini memandang kepergian suaminya sambil memegang pipinya.
Aduh dadanya jedag jedug kayak DJ Remix.
Namun, seperdetik kemudian, Keysa disadarkan oleh suara yang memanggilnya.
"Bu Keysa, ini saya." Mengetahui siapa pemilik suara, Keysa segera menoleh. "Ada hal penting yang ingin saya sampaikan."
"Iya, silakan masuk."
Sementara Tyo keluar dengan girang dari kantor Keysa, semua mata tak bisa tak melihat ke arahnya yang bagaikan dapat duit satu miliar. Pria itu bahkan tak sungkan menyapa para karyawan yang balik menyapanya ramah juga.
Dan satu kesimpulan mereka.
"Ada adegan romantisnya, tuh."
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA ISTRIKU [B.U. Series - T]
Storie d'amore21+ Tyo itu miskin dan hanya lulusan SD. Meski demikian ia pekerja keras, begitu berbakti pada sang ibu, dan memiliki cita-cita tinggi. Namun itu lantas tak membuka hati seorang Keysa untuk mencintai suaminya yang notabenenya mereka menikah atas das...