15 November 2021
•••
"Keysa, aku mohon Key dengerin penjelasanku."
"Aku enggak ada apa-apa sama mereka!"
"Aku ...."
Keysa tak membaca habis pesan WhatsApp dari nomor tanpa nama itu, meski demikian Keysa jelas tahu siapa pemiliknya. Siapa lagi kalau bukan Jordi. Pria itu spamming sedari tadi, setelah Keysa blokir maka akan muncul lagi nomor baru. Bla bla bla. Penjelasan apa lagi yang perlu dijelaskan, semua sudah cukup jelas, pria itu bajingan yang tol*l.
Keysa menghela napas panjang, dikliknya bagian samping ponselnya guna mengeluarkan kartu di sana, sebelum akhirnya tanpa pikir membuang sembarang. Dengan begini, ia harus mengganti kartu pribadi baru, meski tak menutup kemungkinan Jordi akan menerornya di tempat lain setidaknya WhatsApp-nya bisa tenang. Keysa bersyukur kontak khusus pribadi dan kantor terpisah jadi ia bisa memanajemen semuanya dengan baik.
Yah, syukurlah, tapi perlu diketahui Keysa masih merasa yah Jordi tak akan menyerah begitu saja.
Wanita itu sudah tak terlihat berlarut-larut dalam kesedihannya dan melakukan hal seperti biasa, seperti yang lalu tak pernah terjadi, fokus bekerja dan keluarganya.
"Hari ini mau masakin apa, Bi?" tanya Keysa, duduk di kursi meja makan sambil merapikan rambut hitam legamnya. Matanya fokus ke pad yang ada di tangan.
"Non maunya apa?" tanya balik sang bibi.
"Aku apa aja, tunggu Mamah sama Papah aja." Keysa tampak cuek, lalu tak lama sepasang pria wanita tua berjalan menghampirinya.
"Waduh, anak cantik Mamah pagi banget kerjanya," kata sang Mamah, duduk di kursinya.
Keysa segera meletakkan benda dipegangannya dan menatap mereka dengan senyum hangat. "Pagi, Mah, Pah."
"Rajin sekali kamu, Nak." Ayahnya mengomentari. "Memang kerjaan kamu sibuk ya?"
"Gak juga sih, iseng aja." Keysa tertawa pelan.
"Gimana kerjaan--"
Suara lagu cukup nyaring di depan mengejutkan mereka, lagu mellow romantis sebenarnya tetapi wajah Keysa malah poker face dibuat dan yang lain terheran.
"Itu siapa yang nyetel lagu pagi-pagi begini, nyaring banget pula!" Ibunya tampak kesal.
Wajah Keysa mendingin. "Biar aku tegur ke depan, Mah."
Keysa pun berjalan di depan meninggalkan keluarga kecilnya menuju ruang teras, Keysa sudah bisa menebak siapa yang ada di sana. Si kampret Jordi yang masih babak belur, wajahnya bonyok sekali, membawa speaker via gerobak karena mobilnya disita Keysa. Tampak, Jordi tersenyum dengan bibirnya yang agak lebam. Wajahnya ada di balik celah pagar cukup lebar rumah Keysa.
"Keysaaa!!!" Jordi berteriak demi mengalahkan suara speaker di sampingnya. "Kamu inget, ini lagu kita berdua?"
Keysa memutar bola mata malas, melangkah menghampiri Jordi yang semakin bahagia karena kini Keysa mendekat, membukakan pagar untuknya kemudian, bertepatan itu seorang satpam berlari menghampiri keduanya dengan agak tergesa-gesa.
"Mas Jordi, maaf ganggu momen romantisnya, tapi harap jangan nyalain speaker terlalu nyaring. Ganggu tetangga." Pak satpam menegur pria itu.
"Apaan, sih, lo hah?!" Jordi membentak kesal dan si satpam seketika takut, terlebih ia masih berpikir Jordi itu pacar anak Tuan Perumahan di sini, Keysa. Kemudian, Jordi menatap Keysa lagi.
Keysa mematikan speaker Jordi, bertepatan itu kedua orang tua si gadis keluar karena merasa ada yang tidak beres.
"Lho, Nak Jordi?" Ayah Keysa terheran, begitupun ibunya, melihat Jordi pacar anaknya yang babak belur parah.
"Key, aku mohon Key, maafin aku ... maaf--"
"Cukup." Keysa berkata satu kata dengan tatapan dingin. "Pak Satpam, dia bukan pacar saya lagi, gak usah takut sama dia. Bawa aja dia pergi dari sini."
Orang tua Keysa kaget. Sangat kaget.
Mendengarnya, Pak Satpam mengangguk. "Baik, Non." Lalu Pak Satpam memegangi pria itu.
"Heh! Lepasin gue! Lepasin!" Jordi meronta. "Key, tapi aku cinta mati sama kamu! Aku cinta sama kamu!"
"Lo bilang itu ke tiga cewek lain." Keysa mengangkat sebelah alis miris, sarkastik. Sementara Jordi sejenak terdiam seraya diseret terus menjauh oleh satpam sampai ia tersadar.
"Key! Enggak Key! Mereka ... mereka bukan siapa-siapa ... Key!"
Keysa tahu, Jordi akan memiliki banyak cara, tetapi Keysa juga tahu banyak cara menyingkirkan pria itu cepat atau lambat. Ia kembali menutup pagar, berbalik dan terdiam karena baru sadar ada orang tuanya, meski demikian sejenak kemudian ia berjalan menghampiri mereka.
"Biar ... aku jelasin di dalam, Mah, Pah."
Saat ini ....
"Begitulah yang terjadi pada Keysa, Yo. Semenjak itu, Keysa jadi wanita yang dingin, bahkan enggak ada ketertarikan lagi memiliki pasangan. Dia jadi wanita yang workaholic, agak judes, dan ... dia semakin jauh dari Tuhannya." Wajah Pak Gunawan sendu, ia menatap Tyo dengan tatapan memohon.
Tyo terdiam, isi dadanya sebenarnya berkecamuk memikirkan dua hal. Di satu sisi, ia kasihan dengan Pak Gunawan, putrinya berubah semenjak kejadian lukanya hatinya. Namun di sisi lain, memang hanya Tyo yang bisa merubah itu? Jujur saja, Tyo melihat status kehidupan mereka. Segi pendidikan, pria itu kalah jauh, karier? Jelas kalah telak. Semua yang ada di diri Keysa adalah keberuntungan, kelebihan. Dan Tyo adalah cerminan segala kekurangan yang tidak dimiliki wanita tersebut.
Lagi juga, memang Keysa mau bersama Tyo? Sekalipun Tyo memang menerima saja takdiran Tuhan jika memang Keysa jodohnya, tapi ia tetap memperhatikan kasta antara mereka berdua. Bagai langit dan bumi, Tyo tak sanggup menyamainya. Dan Keysa sendiri mungkin akan memikirkan hal sama, wanita itu sedang terluka, masuk ke kehidupannya sama saja membuat jiwanya bunuh diri.
Sekarang, bagaimana cara menjelaskan ini semua pada Pak Gunawan? Pria itu juga terluka melihat keadaan anaknya, ia pasti ingin yang terbaik untuk Keysa dan Tyo dianggapnya kandidat paling sempurna. Haruskah ia jujur untuk membuat mata Pak Gunawan? Memang apa yang dipandang Pak Gunawan tentang Tyo?
Bagaimana ini?
"Saya tahu Tyo, kamu pasti dilema. Kamu ragu, dan merasa minder dengan keputusan saya. Mungkin kamu juga berpikir, saya gak memikirkan soal kamu ataupun soal Keysa." Tyo tergeming, Pak Gunawan baru saja menebak isi kepalanya. "Tetapi dibandingkan harta dunia dan harta akhirat, kamu lebih memilih yang mana?"
Pertanyaan itu ....
Jika Tuhan memang menakdirkan hal ini padanya, haruskah Tyo menerimanya? Ya Allah, dia ragu dia takut dia ... merasa tak pantas. Namun melihat wajah Pak Gunawan, pria itu penuh keyakinan mantap.
"Saya mohon, Yo. Terimalah lamaran untuk putri saya."
Jantung Tyo jadi tak keruan, ia tak tahu, ia tak mengerti, ia perlu Salat Istiqarah.
"Papah!" Teriakan Keysa mengagetkan keduanya hingga menoleh ke sumber suara, wajah wanita itu begitu kesal dan masam terutama pada Tyo hingga membuang wajah ke bawah, menunduk takut. "Papah, apa maksud Papah menjodohkan aku sama kuli bangunan ini? Papah kepentok apa?" tanya Keysa.
Tyo kaget, begitupun ayahnya, apa ia mendengar semuanya sedari tadi?
"Keysa, dengerin Papah--ugh ...." Keduanya kaget kala wajah Pak Gunawan tiba-tiba mengernyit, terlihat kesakitan seraya memegang dadanya.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA ISTRIKU [B.U. Series - T]
Roman d'amour21+ Tyo itu miskin dan hanya lulusan SD. Meski demikian ia pekerja keras, begitu berbakti pada sang ibu, dan memiliki cita-cita tinggi. Namun itu lantas tak membuka hati seorang Keysa untuk mencintai suaminya yang notabenenya mereka menikah atas das...