Chapter 13

4.4K 332 21
                                    

27 November 2021

•••

Sepanjang perjalanan, Tyo dan Keysa yang duduk bersampingan, dengan Keysa yang menyetir terasa canggung. Tak ada percakapan di antara mereka, Keysa fokus menyetir sementara Tyo tak punya topik apa pun, terlebih sadar ia tak boleh mengganggu fokus calon istrinya itu. Ia hanya sesekali mencuri pandang, dan lebih banyak menatap ke depan.

Benar-benar hening tanpa percakapan.

Keysa terlihat begitu dingin, seakan tak sadar Tyo di sampingnya. Hanya itu.

"Sh*t!" Tyo beristighfar pelan memegang dada kala Keysa menginjam rem dadakan, wanita itu bahkan mengumpat, karena sebuah mobil tiba-tiba berhenti tanpa aba-aba. "Dasar enggak bisa nyetir!"

Rasanya Tyo ingin menyabarkan calon istrinya yang emosi, dan ia bersyukur Keysa tak melanjutkan amarah dan kembali menyetir normal tanpa berbuat masalah. Lega rasanya.

Saat itulah, Tyo memperhatikan wajah Keysa. Keysa ini terlihat ada keturunan timur tengah, matanya cokelat terang dan hidungnya mancung. Cantik. Rambutnya pun lurus, hitam panjang. Seketika Tyo langsung membuang wajah, mereka belum mahram, dan dirinya pun beristighfar pelan lagi karena zina mata yang dilakukannya.

Mereka masih belum suami istri.

Sedang Keysa, sekilas melirik Tyo yang berdoa entah apa di telinganya, wanita itu mengerutkan kening bingung sebelum akhirnya fokus lagi berkendara. Tak ingin menunda waktu memenjarakan Jordi dengan hukuman seberat-beratnya. Setidaknya selama-lamanya--walau mungkin kurang dari itu setidaknya hukumannya berat.

Tak lama, akhirnya mereka sampai di tempat kantor kepolisian, di sini akan bersaksi sebelum menuju ke meja hijau, lalu proses lainnya. Mendengar ketukan palu dan bagaimana hakim yang bijak menentukan hukuman, Keysa benar-benar tak sabar. Jordi harus segera diadili atas semua kesalahan yang dia perbuat.

Memasuki kantor polisi, terlihat Jordi yang masih dalam penjara sementaranya, yang nanti akan jadi permanen! Pasti!

Jordi tampak meronta dan tak rela, mengumpat memaki menambah dosa, jelas tak ada yang peduli, malah muak akan suaranya hingga terpaksa dilumpuhkan sementara. Proses kesaksian berlanjut, Tyo dan Keysa berkata sejujur-jujurnya, dan tentu dari sini memang meja hijaulah yang akan jadi hal tepat setelahnya.

Senyum Keysa merekah, jadwal meja hijau tak akan lama, setelahnya pun mereka bisa pulang dengan damai tanpa masalah.

Lalu tak lama, terdengar suara azan dari kejauhan, Tyo menatap mesjid yang tak jauh di samping kanan depan sana dan menatap Keysa. Ia ingin bilang jjka ia ingin salat, tapi rasanya urung karena khawatir Keysa marah, mungkin mereka akan sempat saja pulang ke rumah.

Tyo ... sebenarnya tak nyaman, jujur saja, jika salat tak tepat waktunya.

Dan tiba-tiba ....

Keysa menghentikan mobil, hal yang mengagetkan Tyo hingga menatap Keysa cengo, dan baru Tyo sadari mereka berhenti tepat di mesjid itu.

Eh?

"Kamu mau salat, kan?" tanya Keysa, mulai bergerak di parkiran mobil yang tersedia.

"Mm ...." Tyo tak bisa menjawab, rasanya kelu.

"Cepetan sana." Apa ... apa Keysa baru saja mempersilakannya salat? Sungguh?

Tyo merasa, istrinya memang wanita yang baik, dan sifat jutek itu hanyalah self defense demi menjaga hatinya yang luka. Tyo terharu dan merasa senantiasa ingin terus menjaga serta mencintainya. Senyum pria itu merekah hangat.

"Makasih ya, Keysa. Saya ... salat dulu." Keysa hanya menggumam menanggapi Tyo yang kemudian keluar mobil, sejenak ia diam karena memikirkan Keysa yang tak ikut keluar.

Kenapa?

Ah, mungkin sedang halangan, kan?

Jadi, setelahnya pun ia menuju ke mesjid di sana, dan tak menyadari kemudian Keysa memperhatikan punggung pria itu.

Keysa memang memperhatikan gerakan gelisah Tyo tadi, dan sadar Tyo ingin ke sini. Menunaikan ibadah salatnya. Meski ia sudah jarang salat, tetapi Keysa tak mau andil berdosa karena menunda salat seseorang. Entahlah sebenarnya apa yang Keysa pikirkan, Keysa bingung sendiri.

Saat ini, sebenarnya wanita itu tidak haid, matanya terpacu pada pria yang kini semakin jauh dan jauh hingga menuju ke area wudhu di sana. Masih terlihat dan terjangkau matanya. Ia dulu sering melakukan itu, berwudhu, tetapi sekarang rasanya berat melakukan itu semua.

Sangat berat.

Ganjalan hatinya menahan dirinya menjalankan kewajiban, dan Keysa seakan tak berniat melepaskan itu semua. Wanita itu hidup dengan kekecewaan yang kentara hingga menggoyahkan iman pada Sang Maha Kuasa. Bahkan saat ini, ia tak merasakan apa pun kala meninggalkan salat Zuhur. Hanya bersantai malas di mobil memperhatikan Tyo yang masuk mesjid kemudian.

Menunggu dan menunggu ....

Tak lama, Tyo pun datang bersama keadaan yang masih agak basah. "Maaf lama."

Keysa hanya menggumam, dan kemudian menjalankan mobil tanpa basa basi lagi bahkan tanpa menatap Tyo. Datar dan monoton hingga akhirnya sampai di rumah kecil mereka, disambut ibunda Tyo yang ada di sana.

"Assalamuallaikum!" Tyo keluar mobil menyapa sang ibu.

"Waallaikumussalam." Wanita itu tersenyum melihat putranya yang keluar mobil, tetapi terheran karena sang calon menantu tetap di dalam. Bahkan, siap menjalankan mobilnya. "Eh, Nak Keysa! Sayang!"

Suara wanita itu seketika menghentikan Keysa, membuat Keysa menoleh dengan senyum paksa kesal dihentikan lagi. Terlihat, si wanita tergopoh-gopoh menghampiri dan Tyo membantunya berjalan mendekati Keysa.

"Nak, sebentar, Sayang!" Ibu Tyo meminta.

"Ada apa, Bu?" tanya Keysa to the point. Ogah basa basi.

"Ini kan udah siang, kalian udah makan siang belum?" Wanita itu menatap keduanya bergantian, penuh harap. "Makan siang bareng yuk!"

Keysa tersenyum hangat dan menggeleng. "Enggak usah, Bu. Terima kasih. Aku nanti makan aja di kantor."

"Ah, begitu! Oh ya kalau gitu, sebentar Nak sebentar aja!" Keysa mendengkus pelan karena dihentikan lagi. "Ibu mau bungkusin buat kamu. Tyo, tolong siapin kotak bekalnya ya, Nak, di dapur."

"I-iya, Bu." Sebenarnya Tyo tak enak menunda Keysa bekerja. Ke kantor pasti ingin kerja kan?

"Gak usah repot-repot, Bu." Keysa berusaha membuat wanita di hadapannya mengerti, jangan membuang waktunya.

"Enggak repot kok, sebentar aja ya, Sayang. Calon mantu Ibu yang cantik." Keysa hanya bisa meringis, ternyata mereka tak pengertian. Keysa harus bekerja, walau yah jam kerjanya belum padahal.

Tyo pun bergegas saja mengambilkan makanan untuk Keysa tanpa babibu, ia tak ingin Keysa semakin panas karena mereka mengganggu waktu kerjanya, jadi tak butuh waktu lama Tyo datang bersama bekal di tangan yang lengkap empat sehat lima sempurna.

"Mm ini ...." Tyo menyerahkan kotak bekal itu pada Keysa,

Keysa segera menerimanya. "Terima kasih banyak, ya, Bu, Tyo. Maaf saya harus buru-buru. Dah ...." Keysa segera menjalankan mobilnya.

"Waallaikumussalam ...." Ibu Tyo menghela napas panjang karena Keysa lupa salam. Ia terlihat kecewa hingga membuat sang putra iba.

"Bu, ayo kita masuk, Tyo udah laper," kata Tyo nyengir, berusaha menghibur wanita tua itu.

Sang wanita tersenyum hangat setelahnya. "Ayo, Ibu udah bikinin makanan kesukaan kamu, opor ayam." Tyo balas tersenyum, menuntun ibunya masuk ke rumah bersama dan berdoa pada Allah SWT.

Semoga, Keysa sembuh dari sakit hatinya.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA ISTRIKU [B.U. Series - T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang