Chapter 34

6.2K 415 61
                                    

19 Desember 2021


•••

Selepas salat Isya bersama, maka saatnya keduanya tidur. Keysa seperti biasa ada di kamar, dan Tyo tidur di sofa, mereka masih pisah ranjang untuk saat ini karena Keysa belum siap.

Namun entah kenapa, kali ini hatinya tergerak, melihat suaminya yang mulai berbaring di sofa dibalut selimut tipis dan bantal guling seadanya. Pikiran Keysa jadi melayang-layang, mereka suami istri, bukankah harus seranjang bersama? Meski Keysa tak ingin disentuh, tetapi jika orang tuanya berkunjung dan melihat Keysa dan Tyo pisah ranjang bak pasangan yang tidak harmonis, pasti ini hal sulit.

Keysa kan sudah mulai membuka hatinya, pelan tetapi pasti, dan kini rasanya ... ia sudah siap, kan?

Mungkin masih ada setitik keraguan, juga rasa malu, tetapi jika terus menerus begini hubungan mereka akan semakin hambar. Jika ingin membuka hatinya, ia juga harus membuka kedok secara lebih intim, mereka suami istri bukan lagi orang asing.

Dengan itu, segenap keberaniannya pun Keysa kumpulkan menghampiri Tyo yang masih membuka matanya.

"Ada apa Key?"

Keysa melipat tangan di depan dada yang sebenarnya mirip memeluk diri sendiri, gestur kepalanya melengok ke arah kamar, seakan memerintahkan Tyo untuk mengikuti. "Masuk kamar."

"Masuk kamar?" tanya Tyo bingung, hanya sejenak sampai ia sadar sesuatu. "Tidur di kamar?"

Keysa menahan diri untuk tidak menampol pria polos ini, dia sudah menutupi rasa malu sekuat tenaganya tapi sifat lugu Tyo memang menyebalkan kadang.

"Hm, tidur di kamar." Tyo rasanya bersyukur dalam dada, setelah tidur sendirian di luar akhirnya istrinya mengizinkannya tidur di dalam. Alhamdulillah. "Cepetan, aku ngantuk."

Buru-buru, Tyo mengambil selimut, bantal, serta gulingnya, tetapi kala berjalan Keysa menahannya.

"Aku ... belum siap disentuh, kamu paham kan?" Keysa terus terang.

Tyo tersenyum hangat. "Iya, Key. Aku paham." Tidak masalah bagi Tyo, tidur bersama sang istri saja lebih dari cukup, ia memang pria dengan nafsu tetapi ia pria yang bertekad tidak ingin memaksa istrinya melakukan hal yang tidak disuka.

Tyo belajar batasan itu.

Ia sendiri sebenarnya pun tak pernah menyentuh wanita sejauh itu. Sejauh ini.

Kini, Tyo memasuki kamar bersama Keysa. Keysa agak meminggirkan bantal miliknya dan mengambil bantal Tyo di tangan untuk diletakkan di sisi samping. Guling Tyo ia letakkan di tengah-tengah mereka.

"Selimutnya lipat aja, ini selimut udah ada." Tyo menuruti perintah Keysa, dan Keysa pun mulai merebahkan diri di tempatnya.

Ada rasa malu lagi kala tidur begini, mengetahui seorang pria bersamaannya. Namun, Keysa berusaha menepis, Tyo suaminya dan memang sudah semestinya begini. Ia ingin berubah, camkan itu. Setelah Keysa berebah, giliran Tyo, Tyo agak canggung melakukannya meski akhirnya ia berbaring di samping Keysa.

Sangat canggung.

Tyo menoleh sekilas ke samping, dan tanpa disangka sang istri juga ikut menoleh sekilas, pertemuan mata mereka semakin membuat bingung suasana yang ada. Duh ... tak seharusnya begini.

"Mm ... selamat malam, mimpi indah," kata Tyo akhirnya, agak mencairkan suasana.

"Iya, kamu juga." Meski atmosfer di antara mereka begitu, ada sesuatu yang lain, yang sebenarnya hadir di dada. Perasaan bahagia. Tidur tak lagi sendiri-sendiri, hati yang perlahan terbuka memang menggelitik.

Namun, entah kenapa, sekalipun lelah dengan keseharian, mata keduanya sulit berpejam.

"Oh ya, apa Ed ada bilang sesuatu ke kamu?" tanya Keysa, khawatir kalau Tyo terkena sindiran pedas dari pria itu.

Tyo mengangguk. "Iya, dia bilang dia rekan kerja kamu, dan juga bilang dia ada di pernikahan kita saat itu."

"Padahal dia gak diundang, cuman nebeng temen Papah yang atasan dia, dasar tu orang." Keysa jadi ngomel sendiri, Tyo menoleh dan entah kenapa dia ingin tertawa karena tingkah lucu istrinya, tetapi jelas bukan waktu yang tepat. "Terus dia ada bilang hal lain?"

Tyo menggeleng kali ini. "Itu ada, seingatku. Kamu ... ada ketemu dia, Key?" tanya Tyo balik.

"Yah, pas pulang tadi, tapi bukan masalah besar." Keysa tampak menutup-nutupi percakapannya, ia tak ingin Tyo berkecil hati atas apa yang dikatakan Ed padanya. "Orang kek gini wajib kita hindari, mau bagaimanapun caranya."

"Iya, Key. Aku bakalan usaha menghindari dia." Demi masa depan rumah tangannya, Tyo akan menurut. "Apa ... aku tetap kerja di sana, Key?"

"Kerja aja di sana, gak masalah, kok. Toh, kuyakin dia sibuk juga nanti, bakalan jarang ketemu kamu, kecuali dia isengnya kebangetan." Keysa tampak memutar bola mata. "Ed itu sebelas dua belas mantanku, Jordi, playboy cap biawak kadal buaya cicak bunglon alligator crocodile lizard."

Tyo tak cemburu Keysa menyebut nama mantan ataupun Ed, ia justru ingin tertawa karena lagi-lagi Keysa ngomel bahkan membuat istilah yang aneh-aneh bersama binatang tak bersalah. Tak tahan, Tyo akhirnya tertawa juga.

"Dih, apanya yang lucu?" Keysa sewot karena Tyo tertawa.

"Astaghfirullah. Ma-maaf, Key. Aku, aku gak maksud. Aku ... lucu aja sama istilahnya." Tyo tampak merasa bersalah, situasinya memang tidak tepat kalau tertawa, dasar mulutnya ini.

Keysa yang awalnya jutek, akhirnya ikut tertawa juga, benar juga istilah yang Keysa pakai rada konyol, hal itu membuat Tyo jadi balik menatapnya bingung.

"Yah, kamu bener, istilahku aneh dan rada gaje." Keysa mengakui. "Hah ...." Keysa menutup mulutnya kala menguap.

"Kamu ngantuk Key, capek, tidur ya." Keysa mengangguk setuju. Tyo pun mulai membaca niat tidur yang diikuti Keysa, sebelum akhirnya pasangan itu tidur dengan tenang, mata berpejam untuk masuk ke alam mimpi meninggalkan sementara duniawi.

Selama beberapa jam lamanya tidur, Tyo terbangun dengan agak terheran, entah kenapa badannya terasa berat. Apa dia terlalu lelah sampai-sampai ketindihan? Tyo merasa susah napas dan bergerak, perlahan-lahan membuka matanya kemudian.

Dan spontan dia kaget, kaget bukan main melihat sosok yang ada di atasnya.

Tyo menahan diri untuk berteriak melihat rambut panjang nan seram di depan mata, horor, ia sempat takut tetapi mengingat Tuhannyalah yang wajib ditakuti hingga keberanian jelas menghampiri diri, pria itu mengerjap guna menjernihkan pandangan sembari menggumamkan ayat kursi, tetapi kemudian ia perlahan-lahan menyadari satu hal yang pasti kala nyawanya sepenuhnya terkumpul.

Bukan, di atasnya bukan makhluk halus, ia juga tidak ketindihan karena masih bisa bergerak serta berbicara, di atasnya ....

Ia menoleh ke samping, tak ada tanda-tanda istri tercintanya di sana, dan kala menoleh ke atas badannya, Tyo menyikap sedikit rambut berantakan di atas dadanya itu, dan memiringkan kepala untuk melihat ke wajah pemilik rambut.

Ternyata, tampaknya wajah wanita cantik yang tertidur dengan pulas. Istrinya sendiri yang ada di atas badannya.

Pertanyaannya, bagaimana bisa Keysa naik ke atas badannya begini? Tyo bingung, Tyo gelisah, selain karena perasaan berat, dan susah napas, ada perasaan normal lain yang jelas dialaminya. Tyo merasa posisi ini berbahaya bagi fisik dan batinnya!

Posisi di mana Tyo, ketindihan Keysa.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA ISTRIKU [B.U. Series - T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang