Chapter 33

4.9K 373 26
                                    

18 Desember 2021

•••

Tyo pulang lebih awal dari Keysa, yaitu selepas Ashar, jadi ia memutuskan untuk membuat makan malam mereka nanti sementara Keysa bilang ia akan pulang selepas Magrib. Tyo akan setia menunggu istrinya, berapa lama pun nanti ia pulang ....

Sementara itu Keysa yang sudah salat Magrib bersama yang lain pun siap sedia pulang, ia mengemas beberapa barang di tasnya sebelum akhirnya berjalan keluar ruangan. Menyusuri lorong, masuk lift, dan turun di lantai terbawah. Keysa menyapa karyawan-karyawannya yang masih ada di sana hingga akhirnya sampai di parkiran khusus atasan.

Keysa siap memasuki mobil ketika sebuah tangan muncul di atas pintu mobilnya, seakan menahan Keysa untuk membuka pintu. Keysa mendongak dan menemukan Pak Fransisko, Ed, ada di sana.

"Eh, Pak Fransisko. Ada keperluan apa, Pak?" tanya Keysa setenang mungkin, ia bersyukur ada sekuriti tak jauh dari sini. Namun ia tetap harus hati-hati para buaya ini yang bisa melakukan apa saja, sekalipun dia adalah rekan kerjanya, tetapi ada keperluan apa dia ke sini?

Ed tersenyum kecil. "Wah, lama gak liat kamu udah balik hijaban ya. Cantik."

Keysa tersenyum paksa menerima pujian dari buaya satu ini, tetapi ia benar-benar tak tertarik. Meski rasa ingin memutus kerjasama perusahaan, tetapi Keysa ingat atasan pria ini sangat baik, ia tinggal mengabaikan CEO playboy satu ini. Apa dia tidak tahu diri mengejar wanita bersuami? Kekurangan cewek untuk dipermainkan kah?

"Iya, Pak. Suami saya menuntun saya kembali ke jalan-Nya. Alhamdulillah rumah tangga kami berjalan baik." Keysa sengaja mengatakan ini seimut dan sehalus mungkin, membuat Ed agak kikuk, pastilah ia sadar diri baru saja ditampar kenyataan.

Namun, bukan buaya namanya jika tidak tebal mukanya.

"Oh iya, suami kamu, tadi saya ketemu suami kamu di perusahaan. Dia lagi bangun atap buat parkiran ya. Kuli bangunan." Oh Keysa tahu, pria ini menyindir profesi Tyo. Keysa merasa tersinggung, tetapi berhasil menyembunyikan wajah masamnya hingga si CEO ini tak berkutik hal lain.

Keysa tak kaget jika Tyo memang bekerja di perusahaan Ed berada, pria itu justru jujur padanya lebih awal, Keysa pun mengizinkan tanpa babibu, dan Keysa PD saja akan hal itu sekarang. Siapa peduli dengan perkataan orang.

"Dia kerja kuli bangunan?" tanyanya lagi.

"Mm hm, sesuai Bapak lihat, dia emang kuli bangunan." Keysa menanggapi sesantai mungkin.

Ia tak malu saat ini, justru kesal. Memang sehina apa pekerjaan itu? Bikin malu? Kalau palu ada.

"Uh ... selera ayah kamu astaga," gumam pria itu pelan.

"Iya Pak?" tanya Keysa, meski ia sebenarnya mendengar ungkapan tersebut tetapi ia hanya pura-pura tuli soal tersebut.

"Yah ... nice job. Oh ya kamu pulang sendirian? Pakai mobil?" tanya Ed lagi, yang kemungkinan besar menyindir Keysa yang masih pulang sendirian, tanpa suaminya, memakai mobil sementara Tyo jelas hanya sepeda motor. Keysa bisa melihatnya di wajah pria itu.

"Iya, Pak. Maaf saya buru-buru pulang, ada urusan di rumah." Keysa tak ingin berlama-lama, Tyo pasti menunggunya pulang, ia sendiri tak sabar melihat wajah suaminya yang polos dan lugu kebanding memperhatikan jerk face makhluk di hadapannya.

"Oh oke. Titip salam untuk suami kamu." Haruskah Keysa menitipkan salam? Ogah sekali. Keysa hanya tersenyum tanpa menyahut, masuk ke mobilnya sebelum akhirnya menjalankannya menjauh dari Ed, Ed terlihat terus memperhatikan Keysa melalui kaca spion mobil.

Pria ini benar-benar berbahaya.

Sesampainya di rumah, Keysa disambut Tyo yang sudah rapi dan bersih di ambang pintu. Keysa masih agak jarang tersenyum meski perasaannya nyaman di dekat Tyo, wanita itu melangkah masuk dan sang suami membawakan barang-barang yang dibawanya.

"Aku udah masak makanan kesukaan kamu, sup ibu, biar seger lagi sehabis capek kerja," kata Tyo hangat, benar-benar tuturnya berbanding terbalik dengan Ed yang sok.

"Yah, makasih." Keysa sudah belajar untuk membalas dengan baik juga, meski seadanya.

"Kamu mandi aja dulu, aku bakalan siapin makan malam buat kita."

"Bentar." Keysa menghentikan Tyo. "Kamu belum makan?" tanya Keysa penuh selidik.

Tyo menggeleng. "Aku mau nunggu kamu pulang biar makannya sama-sama." Tuhkan, pria tipe softboy memang membuat hati terasa soft.

"Jangan gitulah, kalau kamu kenapa-kenapa karena telat makan kan susah. Kamu gak mau kan sakit?" Keysa mengingatkan, meski jujur hal tadi cukup manis dan romantis tapi kalau sampai menyiksa diri kan dia jadinya tak enak.

"Mm iya Key, maaf. Eh aku udah ganjel perut kok, di tempat kerja dikasih roti, jadi gak papa."

"Oh, baguslah kalau gitu, jangan telat makan kamu."

Dan kemudian, wajah Tyo terlihat memikirkan sesuatu, soal di tempat kerja. Namun, pria itu mengurungkan diri bertanya, ia membiarkan Keysa mandi guna membersihkan diri sementara dirinya mulai menyiapkan makan malam. Pun, setelah itu keduanya duduk di kursi yang ada di meja makan, berseberangan, sebelum akhirnya berdoa lalu makan dengan tenang.

Semua berjalan santai, Tyo pun membuatkan susu cokelat untuk Keysa. Tyo masih memberikan kelonggaran waktu untuk mereka tenang, karena tak ingin mengganggu Keysa dengan ragam pertanyaan, tetapi nyatanya ... Keysa sendiri yang angkat suara.

"Jadi kamu tadi ketemu Ed?" tanya Keysa, menatap Tyo yang bingung siapa Ed yang dikatakan istrinya. "Maksudku ... Pak Fransisko, di tempat kerja kamu saat ini?"

"Ah iya." Tyo mengangguk, mengakui. "Dia katanya rekan kerja kamu, ya, Key?"

"Yap, begitulah. Kamu kalau ada dia usahakan jauh-jauh aja, orangnya rada-rada." Keysa mengingatkan suaminya yang bingung apa maksudnya. "Gak tahu orang udah bersuami, berani dia terang-terangan ngejar, playboy cap kapak."

Eh? Tyo bingung. Maksud pernyataan Keysa itu ... Pak Fransisko menggoda Keysa kah? Mata Tyo melotot, sebenarnya bingung, tetapi Keysa malah mengartikan hal lain.

"Kamu tenang aja, aku meski begini-begini tipe setia, karena aku udah pernah dikhianati dengan keberadaan orang ketiga. Itu sakit banget."

Oh, jadi benar yang dimaksud Keysa? Tyo mengusap dadanya, lega, terlebih mendengar penuturan yang terlihat tulus dari istrinya. Sangat menghangatkan dada, sejenak tadi pun ia sempat takut Keysa lebih memilih pria itu, dia tampan, modis, dan berada.

Sedang Tyo ibarat punuk merindukan bulan.

Ah, tidak, astaga ... Tyo tak boleh pesimis. Ia pasti bisa, bisa.

Tyo tersenyum ke arah Keysa. Ada rasa haru di dada yang kentara. "Makasih ya, Key, udah ngasih aku yang serba kekurangan ini kesempatan kedua. Aku janji pada diriku sendiri, memperjuangkan kesempatan kedua ini dengan sebaik-baiknya. Atas ridho Allah, aku harap rumah tangga kita sakinah, mawaddah, warohmah ...."

"Aamiin ... aamiin ...." Keysa mengamini, ia rasa membuka hatinya pada Tyo pun tidak seburuk yang dia pikir.

Ya Allah, semoga Tyo memang jodoh yang baik untuknya ....

Namun entah kenapa, Keysa agak malu dengan doanya sendiri, kedua pipi wanita itu memerah seraya berdeham. Canggung juga. Keysa pun memilih meneguk susu cokelatnya dalam diam, sesekali memperhatikan Tyo yang begitu hangat meski saat ini berdiam diri entah memikirkan apa.

Terserahlah, Keysa jadi ngantuk.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA ISTRIKU [B.U. Series - T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang