Chapter 38

6.5K 441 77
                                    

23 Desember 2021

•••

"Jadi benar itu sindikat penipuan?" tanya Keysa pada karyawannya itu, yang segera mengangguk, ia menunjukkan bukti rekaman pembicaraan mereka tentang Keysa yang ingin mereka tipu.

Pantas saja wanita itu kaya raya ....

Kalau begini, Keysa merasa harus bertindak, tentu saja jalur hukum. Karena hal begini sangat merugikan banyak orang. Dengan itu pun, Keysa segera menghubungi pihak berwajib dengan bukti rekaman tersebut.

Polisi cepat tanggap menanggapi laporan dan segera mengusut lebih jauh kasusnya, Keysa tinggal tahu beres, semoga semuanya berjalan dengan semestinya.

"Ya udah, kamu boleh pergi lanjut kerja. Terima kasih banyak sudah mau menginfokan hal ini buat saya."

"Baik, Bu. Saya permisi. Assalamuallaikum."

"Waallaikumussalam." Ia pun meninggalkan Keysa sendirian di ruang kantornya seraya menghela napas lega.

Andai saja waktu itu Tyo tak menjemputnya, mungkin Keysa sudah terjerumus sangat jauh dari Tuhan. Sudah melakukan hal yang menyekutukan Tuhan, durhaka pada suami, dan kena tipu modus pula. Penyakit yang berlapis-lapis. Keysa sangat bersyukur suaminya amat perhatian dan hangat, bahkan saat itu kala dirinya sakit, Tyo merawat sepenuh hati.

Ia rasa pilihan ayahnya tak seburuk yang dia pikir.

Keysa jadi tak sabar untuk pulang dan bertemu Tyo nanti di rumah, dan menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Maksudnya bukan Keysa selama ini durhaka jadi istri ... kewajiban yang benar-benar kewajibannya itu lho, yang itu. Ah, pokoknya Keysa rasa dia sudah siap, meski agak deg-degan, pasti saja karena ini kali pertamanya.

Huh, persiapan.

Bekerja seharian itu, seperti biasa Tyo pulang lebih awal dan kala Keysa pulang Tyo sudah menyambutnya dengan makan malam yang sederhana tetapi kesannya mewah. Entah kenapa, Keysa masih ragu mengatakan tentang kesiapannya hingga wanita itu memilih banyak diam dan membiarkan alur berjalan seperti semestinya, hanya memperhatikan perlakuan Tyo sangat halus.

Setelah salat Isya, mereka tak memilih tidur lebih dahulu, Keysa minta ditemani Tyo untuk menonton televisi berdua. Sebenarnya, ini hanya dalih, demi mempersiapkan hati serta jiwa dan raganya mempersilakan suaminya menyentuh dirinya seutuhnya.

Oke, proses menunggu instal kepercayaan diri selesai.

Menunggu menunggu dan menunggu, Keysa akhirnya siap angkat suara, tetapi suara televisi drama rumah tangga yang tiba-tiba berubah jadi berita dadakan mengagetkan mereka. Berita yang dibawakan pembawa acara adalah ... penangkapan sindikat penipuan berkedok orang pintar. Meski wajah dua orang yang ditangkap disensor, tetapi Keysa jelas mengenali mereka, sedang Tyo merasa pernah melihatnya.

Ah ... itu teman Keysa dan pria tua yang bersamanya di depan kantor Keysa bukan? Tyo ingat ....

Tyo pun menatap Keysa, seakan meminta penjelasan meski tanpa suara, Keysa menghela napas panjang.

"Keknya iya, itu temanku." Keysa akhirnya bersuara, menanggapi ekspresi suaminya saat ini.

"Aku ... sempat lihat mereka pas dateng ke kantor kamu, kami sempet ngomong." Tyo menanggapi, tangannya bergerak mengusap belakang istrinya.

"Yah, aku bersyukur kamu jemput aku saat itu, andai enggak mungkin aku udah ketipu abis-abisan. Oh ya, soal kedok mereka terbongkar, itu ... aku yang lakuin, mereka ada ngomongin soal pengen nipu aku." Keysa menjelaskan tanpa ditutup-tutupi. "Sebenarnya aku kasihan, karena tahu betapa susahnya hidup dia, tapi di satu sisi ... mau bagaimanapun ini udah melanggar hukum dan uang yang mereka dapat enggak berkah. Apa aku salah soal ini, Tyo?"

"Enggak, kok. Enggak. Itu hal baik, Keysa. Biar orang lain enggak kena masalah, kamu boleh bongkar hal ini, menurutku justru kamu bantu dia keluar dari hal buruk ini. Menipu orang itu gak baik." Tyo memeluk istrinya lembut. "Udah gak papa, kamu udah nolongin orang."

"Hah ... mungkin aku bakalan kasih sesuatu ke dia, meski rada kesel dia mau nipu aku, temennya sendiri. Tetap aja sih dia temanku ... aku tetap kasian sama dia." Keysa menghela napas panjang, pun memeluk erat Tyo.

"Ya udah kalau gitu, nanti aku bantu tolong."

"Hm ...." Keysa bergumam pelan, kemudian menatap mata Tyo yang balik memeluknya dengan senyuman hangat seperti biasa. "Malam ini, aku mau lakuin itu sama kamu."

"Lakuin apa?" tanya Tyo, wajahnya membingung dan begitu polos, sementara Keysa jadi kesal sendiri seraya menunduk dengan kedua pipi memerah.

"Lakuin itu sama kamu!"

Tyo masih bingung, sedang Keysa membuang wajah, ia masih berusaha mencerna apa maksud sang istri dengan jaringan ping begitu merah di kepala. Otak Tyo seperti konslet memikirkan maksud Keysa saat ini.

Sampai ... ia sadar sesuatu ... dari gaya istrinya ... kedua pipi Tyo jadi panas, semua badannya ikutan panas.

"Gak jadi! Kapan-kapan aja!" Keysa bangkit dari sofa dan siap berjalan menjauh.

"Eh, Keysa!" Namun, Tyo berdiri, mengambil tangan istrinya membuat Keysa terhenti dan spontan menoleh dengan wajah kesal. Tapi, hanya sesaat, karena Keysa kemudian kaget Tyo menariknya ke dalam pelukan.

"Maaf, aku sempet gak paham, ya, Sayang." Tyo berkata halus dan suara lembut itu berhasil meluluhkam hati Keysa.

Mereka bersitatap selama beberapa saat, sebelum akhirnya Tyo menggendong Keysa dengan gaya bridal menuju kamar. Niat dulu, membiasakan diri dulu, mulai pemanasan dikit, hingga akhirnya dua perawan perjaka itu mulai bersatu. Akhirnya pecah telor juga dan semua berjalan dengan baik dan semestinya. Keduanya baru tahu rasanya, Keysa sendiri berpikir akan sakit, tapi Tyo amat lembut dan manis. Softboy sekali.

Tyo dan Keysa bahkan sudah memikirkan soal anak, Tyo berpikiran jika anaknya perempuan akan secantik Keysa dan Keysa berpikiran jika anaknya laki-laki akan seganteng Tyo. Keysa harap Keysa saat ini subur karena menyesuaikan hari pertama haid terakhirnya. Selepas pergumulan panas itu, mereka pun mandi wajib, untuk kemudian salat bersama seperti biasa di mesjid.

Di perjalanan menuju mesjid, seseorang terdengar menyapa Tyo.

"Eh, Pak Tyo!" sapa suara halus nan dikenali Tyo itu, sementara Keysa agak bingung karena suaranya yang asing. Spontan keduanya menoleh ke sumber suara dan menemukan seorang wanita dewasa yang tengah bersama anaknya berjalan menghampiri.

"Siapa?" tanya Keysa, berbisik.

"Ah, Bu Dokter Maryam." Tyo menyapa balik sekaligus menjawab pertanyaan Keysa. "Hai, Fadlan!"

"Hai, Oom Tante!" sapa Fadlan kecil, anak itu kelihatan lucu hingga Keysa yang tadi heran jadi tersenyum geli, Keysa jadi pengen punya anak soleh dan solehah seperti ini.

Namun, kemudian ia bertanya-tanya, Dokter Maryam siapa? Dia sepertinya bukan dokter ibunya Tyo.

"Assalamuallaikum, Pak Tyo, Bu Keysa." Dia juga mengenali Keysa ternyata.

"Waallaikumussalam." Suami istri itu menjawab. "Eh, Ibu Dokter di sini juga?"

"Iya, Pak. Baru pindah ke sini. Salam kenal ya, Bu Keysa." Ia bersalaman dengan Keysa yang masih agak bingung, dan kemudian si kecil menyalimi mereka.

"Oh, begitu." Tyo mengangguk paham. "Keysa, ini Dokter Maryam, dia yang kemarin rawat kamu pas kamu sakit. Dan ini anaknya, Fadlan."

Oh begitu. "Ah iya, Bu Dokter. Terima kasih. Salam kenal juga, Bu."

"Ini istri Oom ya? Jadi Oom gak bisa dong jadi Abi aku?" tanya Fadlan tiba-tiba, Keysa jadi melotot kaget.

Eh tunggu, berarti?

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA ISTRIKU [B.U. Series - T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang