Chapter 24

5K 384 24
                                    

8 Desember 2021

•••

Ternyata, tanpa Keysa sadari, Tyo sudah bangun, bangkit dari tidurannya hingga membuat kedua pipi Keysa memerah. Apa Tyo sadar jika sedari tadi Keysa memandangi wajahnya?

"Kenapa bangun tengah malam begini?" tanya Tyo lagi karena Keysa diam kembali.

Keysa mendengkus pelan. "Cuman mau bikin susu." Keysa berusaha menutupi rasa malunya, tetapi ia sedikit bersyukur tampaknya Tyo tak sadar ditatapi dia sedari tadi.

Kan?

"Oh, kalau gitu kamu balik aja ke kamar, biar aku bikinin--"

"Gak, gak usah, kamu tidur aja sana saya mau bikin sendiri." Keysa jujur saja masih malu. "Sana, tidur lagi sana!" Keysa bak mengusir anak kucing.

"Mm ... baiklah, Key." Namun, Tyo malah bangkit dari tidurnya.

"Eh, saya bilang kan gak usah!" Keysa menodong Tyo, mau apa pria ini?

"A-aku mau sholat malam, Key."

Keysa jadi semakin malu. "Ouh ...." Keysa mengangguk paham. "Ya udah, deh, sana!" Pun Keysa berbalik, berjalan cepat menuju dapur mengabaikan Tyo bersama wajah bingungnya.

Sementara Keysa membuat susu, Tyo mulai melaksanakan niatnya, salat malam. Membersihkan diri, berwudhu, kemudian barulah ia salat di tempat khusus salat yang memang disediakan di sana. Entah kenapa, Keysa jadi penasaran dengan apa yang dilakukan Tyo meski ia tahu apa yang dilakukan, hingga wanita itu pun menuju ke ruangan tersebut, mengintip di ambang pintu sambil menyesap susu cokelatmya yang hangat.

Tyo tampak salat membelakangi, terlihat tenang dan lembut tata caranya, seperti Tyo tengah menikmati ibadahnya saat ini dan tampaknya pria itu memang menikmatinya. Tak lama Keysa perhatikan, ternyata Tyo sudah selesai, pria itu mulai berdoa khas usai salat, dan kala Tyo agak selesai Keysa segera berbalik guna menghindari ketahuan oleh suaminya itu.

Namun, saat berbalik dan siap melangkah, langkah Keysa terhenti karena suara Tyo.

"Ya Allah, terima kasih banyak karena Engkau telah menjawab doaku, Engkau bukakan pintu hati istri hamba untuk memberikan kesempatan kedua kepada hamba. Hamba akan berusaha untuk mengobati hatinya, ya Allah ... hamba akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Berilah hamba kekuatan untuk menjadi suami dan kepala keluarga yang bisa menuntun keluarganya hingga ke surga-Mu, ya Allah ... hamba akan terus berusaha menjadi pria yang bisa melindungi, menyayangi, dan memberikan curahan kasih sayang pada istri dan anak-anak hamba nanti ... aamiin aamiin ...."

Doa itu, apa Tyo sungguh-sungguh atau karena menyadari keberadaan Keysa dan jadinya dia cari muka?

Doa itu terdengar sangat tulus ....

Keysa memejamkan mata, ia harap begitu, ia harap Tyo memanfaatkan kesempatan kedua ini dengan baik. Setelah itu pun, Keysa melangkah pergi, menuju kamarnya lagi, meminum susunya yang ternyata baru setengah rasa kantuk sudah menyerang, Keysa meletakkan susu di samping nakas dan menguap, perlahan-lahan rasa kantuk itu mengambil alih hingga akhirnya ia tertidur lelap.

Azan subuh berkumandang, Keysa asyik tidur ketika sesuatu menggelitik wajahnya, yang tiba-tiba saja menggigit hingga Keysa mengaduh sakit seraya memukul badan. Keysa sontak terbangun, mengecek keadaannya yang dikerubungi semut yang ternyata bergumul di nakas, gelasnya yang masih terisi susu.

"Ugh, astaga ish!" Keysa mengambil gelas itu dan buru-buru menuju kamar mandi, ia langsung membuang sisa susu yang kemungkinan basi sebelum akhirnya membersihkannya dari semut. Setelahnya pun, Keysa keluar dari kamar, dan tanpa disangka menemukan Tyo yang tengah dalam balutan baju koko, berkopiah, serta sarung.

"Eh, Keysa." Tyo menatap Keysa yang ia syukuri semakin sehat saja.

"Kamu mau ke mesjid?" tanya Keysa.

Tyo mengangguk. "Aku udah siapin sarapan buat kamu, ada di lemari, kamu makan ya."

Keysa agak kaget, Tyo bangun sesubuh ini, bahkan sempat memasakkan sarapan untuknya. Padahal Keysa ingat, tengah malam tadi saja Tyo salat malam, apa dia tidak lelah belum lagi kegiatan siang harinya?

"Aku ... mau berangka dulu, ya, Key. Kalau ada apa-apa telepon aja. Assalamuallaikum."

"Mm waallaikumussalam ... hati-hati." Keysa pun melenggang, dengan jutek meninggalkan suaminya itu, tetapi Tyo merasa berbunga-bunga di dada.

Hati-hati kata Keysa, dia mengkhawatirkannya?

Cukup begitu saja, Tyo sudah sangat gembira, seiring ia berjalan ke mesjid hatinya terasa ringan dan hangat. Sedang Keysa, dia agak merasa aneh saja, ucapannya spontan tadi, dan saat ini ia berpikir.

Apa ia akan berhasil berubah?

Semoga saja, kepercayaan yang ia taruh ke Tyo meski hanya 20% memang dimanfaatkan dengan baik oleh suaminya tersebut. Keysa tak ingin menyesali keputusannya saat ini, ini akan membuatnya semakin jauh dari jangkauan.

Semakin menutup hatinya yang perlahan terbuka, meski agak ketakutan, kepada Tyo yang selalu baik padanya. Entah tulus atau modus saja.

Rasa percaya yang pernah dihancurkan memang terkadang membuat seseorang sulit percaya akan apa pun lagi, bahkan ada yang sampai hilang kepercayaan pada Tuhannya sendiri.

Keysa jadi teringat ucapan Tyo malam itu, soal dirinya yang dikhianati manusia fana, tetapi memang lebih menyakitkan mengkhianati-Nya. Sang Pencipta.

Saat ini, Keysa mulai dibayang-bayangi soal ... betapa mengerikannya siksa api neraka yang tertera di banyak ayat di kitab suci Al Qur'an. Hal yang dulu ia abaikan, bahkan tak ia gubris, tiba-tiba kembali menakutinya dengan seramnya. Apakah ini yang terjadi ketika ia membuka hatinya kembali? Sedikit demi sedikit?

Rasa takut itu menjalar, ingatan demi ingatan merasuk, jelas sekali dan nyata.

Semua perbuatan baik dulu, dia sadari ia lakukan atas nama cinta pada Jordi, hingga kala Jordi mengkhianatinya, Keysa buta akan fakta yang seharusnya ia sadari. Perbuatan baik semata-mata memang untuk dirinya sendiri, dan tentunya karena ia memerlukan Tuhannya. Karena Keysa hanyalah hamba lemah, tak berdaya, sekalipun ia termasuk punya di dunia tetapi tetap ia hamba yang harus tunduk pada Tuhan.

Hanya pada-Nya.

Kita yang memerlukan-Nya, berlindung pada-Nya, hanya pada Dia.

Rasa takut itu melemahkan Keysa, hingga si wanita bersimpuh di dapur. Ngeri sendiri pada semua perbuatan yang dia lakukan, terkena serangan panik mendadak. Wanita itu berusaha menetralkan rasa takutnya dan berusaha melakukan sesuatu yang sangat sering ia tinggalkan selama ini.

Salat.

Segera, wanita itu menuju tempat salat, dan konyolnya Keysa bingung sendiri apa yang harus dia lakukan. Oke, Keysa sebenarnya harus mengambil mukena dan sajadah, kini si wanita ke kamar, menuju lemari dan membukanya. Ada seperangkat alat salat di sana, yang masih terbungkus rapi dan ditata, itu adalah salah satu mahar yang diberikan Tyo padanya. Lalu di sampingnya, ada sebuah kotak tua, isinya Keysa ingat adalah emas 150 gram mahar dari Tyo juga.

Keysa jadi ingat, ini mahar yang sempat ia salahsangkai milik ayahnya sendiri yang membagi ke Tyo agar Keysa tak malu mendapatkan suami seperti Tyo, tetapi nyatanya emas ini asli milik keluarga Tyo yang disimpan, lalu diberikan ke Keysa sebagai mahar.

Sebenarnya hal ini membuat Keysa terkejut, karena Tyo tak semiskin yang dia kira, dan menyerahkan harta seberharga ini padanya ... tapi kenapa?

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

CINTA ISTRIKU [B.U. Series - T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang