{Ali POV}
Trangg.... tringgg.... tuk. Tuk. Tuk.
Suara alat alat yang dikendalikan mesin terdengar. Berisik. Aku menghela nafas malas.
Menoleh ke jam dinding, ini pukul 3 pagi. Sial! Aku bahkan belum tidur.
Aku berniat tidur. Tapi ku urungkan. Aku bisa tidur di sekolah. Lebih baik kuselesaikam penelitian ini.
15 menit berlalu, alih alih selesai, pikiranku malah bercabang. Aku memikirkan banyak hal. Orangtua ku, petualangan dunia paralel, rahasia rahasia nya, dan... yang paling membuatku kepikiran adalah......
Raib
Ya, sahabatku satu itu memang sering membuatku melamun memikirkannya. Dan.... ku akui saja. Dialah yang pertama sadar kalau aku sejatinya kesepian.
Aku menatap sekeliling. Rumah besar ini..... kadang memang membuatku muak. Sangat sunyi. Seakan tidak ada yang hidup di dalamnya.
Aku kali ini mengingat saat di klan komet minor. Talkshow lady ooprah. Semua kata kata yang ku ucapkan. Apakah raib atau batozar menyadari kalau itu benar?
Aku menggelengkan kepala, mengusir semua pikiran buruk. Alu melangkah ke sebuah kapsul oval. ILY.
Aku mengaktifkan mode bicaranya. Dia memang cerewet di suatu saat. Tapi aku sesungguhnya mendesain nya sesuai Ily yang asli. Teman yang baik, sahabat yang bijak, itulah sifat alaminya. Maka kupikir tidak buruk untuk menyalakan mode bicara nya.
Zinggg....
Suara mendesing terdengar
'Apa kamu sedang ada masalah ali?'
Aku menggaruk rambutku
"Menurutmu sikapku pada raib itu bagaimana?"
Jujur saja aku tidak tahu bagaimana harus mengawali nya.
Zinggg
Suara mendesing terdengar lagi.
'Apa kamu menyukainya ali?'
Byurrr
Aku yang sedang minum tentu saja terkejut. Menyemburkan air di mulutku. Wajahku menghangat.
"Itu pertanyaan atau pernyataan ILY?"
'Karna kulihat kamu memang perhatian padanya ali. Jadi apa kamu menyukainya?"
Aku diam. Entahlah, aku tidak bisa mematikannya. Hidup sendiri bertahun-tahun membuatku tidak bisa membedakan nyaman atau memang suka.
'Memang bagaimana perasaanmu saat bertemu dengannya? Apa berbeda dengan bertemu perempuan lain?'
"Aku merasa nyaman ILY, dia teman yang baik. Tapi... eh, aku memang lebih nyaman bersamanya daripada bersama seli atau oranglain."
'Kau menyukai nya ali.'
Aku terdiam sekali lagi. Benarkah? Itu rasanya mustahil.
Aku menyerah. Mematikan mode bicara ILY, lalu tidur
**********
Pukul 07.00
Sial!
Semalam aku justru ketiduran.Aku buru buru berganti seragam. Tidak sempat mandi. Setelahnya aku memilih berteleportasi ke sekolah.-- Kekuatan ku akhirnya bisa dikembalikan oleh raib.
Sampai di sekolah, aku heran. Kenapa masih agak gelap.
Beberapa detik berpikir, aku menepuk dahi. Lupa kalau jam di rumahku rusak. Sial!
Di kelas, hanya ada raib dan..... siapa itu?
Seorang laki laki duduk di depan meja raib. Sepertinya kakak kelas. Sedang Menunjukan sebuah kertas.
Itu lumrah terjadi sebenarnya. Saling mengajari. Tapi yang tidak lumrah adalah perasaan ku.
Entah kenapa aku merasa marah. Kesal dan... apa aku cemburu?
Aku menepis pemikiran itu. Lalu berlalu ke meja. Tidur.
**
Jam istirahat
Seperti biasa aku ke kantin bersama dua sahabatku. Kini kami sudah di kantin. Makanan kami telah datang beberapa menit lalu.
Raib memakan bakso dengan tenang. Seli ber huh-hah kepedasan.
Aku mengaduk aduk kuah bakso ku. Masih kesal entah karna apa.
"Kamu kenapa kelihatan kesal ali?" Raib bertanya.
"Bukan apa apa." Jawabku ketus.
Raib terlihat ingin bertanya lagi. Tapi kakak kelas yang tadi pagi datang ke meja kami.
"Hai ra." Ia menyapa.
"Iya kak." Jawab raib.
"Nanti sore bisa latihan? Kita dikebut waktu soalnya."
Dahiku mengerut. Latihan apa? Kenapa raib tidak memberi tahu?
Raib mengangguk pada kakak kelas itu.
" bisa kak." Katanya
Si kakak pergi setelah berbasa basi singkat. Membuatku tambah kesal.
"Kau memangnya lomba apa raib?" Tanyaku ketus.
"Menulis. Aku dipilih untuk mewakili sekolah." Jawab raib singkat
"Kenapa kau tidak memberi tahu ku?" Aku protes.
Raib mengerutkan dahi.
"Kenapa aku harus memberi tahu mu ali?" Raib bertanya balik.
Aku tidak menjawab. Meneruskan mengaduk kuah bakso.
Raib beranjak. Membeli minum. Minumnya tadi diberikan pada seli yang kepedasan
"Apa kau cemburu ali?"
Seli bertanya sambil tertawa cekikikan.Aku melotot. Apa maksudnya hah?
"Iya kan? Kamu kesal karna tadi pagi raib latihan dengan kakak kelas itu. Dan kau kesal karna raib tidak memberitahu kamu." Kata seli santai sambil mengangkat bahu.
Aku melotot lagi.
Eh, tapi.... apa aku memang cemburu?
Pipiku memanas memikirkannya.
Hi guyss
Dua part ini masih rali ya.
Harap diperhatikan. Cerita ini slow update karna harus urus a lonely wolf dulu.
Thank you....
KAMU SEDANG MEMBACA
A Good(shit) Friendzone ~Rali~
Fanfic(One shoot + good (shit) friendzone) Ali dan Raib. Dunia paralel mempertemukan mereka melalui sebuah garis takdir panjang, mereka lahir atas perjuangan dan pengorbanan tak ternilai. Pengkhianatan, persahabatan, dan pertarungan mengiringi kisah...