Raib-ali moment

1.5K 72 2
                                    

Uwoooo

Gila

ternyata bikin fanfic lebih seru daripada bikin cerita sendiri.

Apa lanjut ini aja ya??

Happy reading all

Jangan sungkan buat vote



{Ra-li}

(Ali POV)

Siang ini matahari bersinar terik. Membakar ubun ubun. Sialnya aku harus tetap disini. Di sekolah ku, untuk piket membersihkan kelas.

Kadang aku heran dengan teman teman sekelas ku. Kenapa sih mereka tidak menjaga kelas ini tetap bersih?

Sudah tahu tidak bisa membereskan kelas, tapi masih dibuat berantakan. Dasar beban!

Satu satunya yang ku sukai di waktu ini adalah,







Aku piket bersama raib.






Kalian tahu? Saat aku tahu aku piket bersamanya, aku merasa sangat bahagia. Seakan ada ribuan kupu kupu berterbangan di perutku. Padahal ini hanya perihal jadwal piket. Tapi aku sangat senang.

     "Kursi yang itu kan sudah di sapu ali. Kenapa kau naikkan lagi."

Eh? Aduh... saking sibuk melamun, aku jadi tidak sadar aku malah menyapu deret yang sudah disapu. Sial! Kenapa pula raib menyadarinya, aku jadi salah tingkah sendiri. Mukaku merah padam.

     "O...oh... iya y...ya. m..memangnya siapa y...yang menyapunya?"  Kataku terbata bata.


Raib mengerutkan dahi.    "Bukan kah kamu yang menyapunya tadi?"

Aduh... sial. Kurasakan pipiku mulai memanas. Mungkin sudah merah padam.

     "A...ah... i..iya ak...aku l..lupa."

Kulihat tatapan raib menyelidik.  "Kau agak aneh ali."   Katanya.

Sebagai peralihan yang klasik, aku izin keluar. Membuang sampah. Sekolah sudah sepi. Teman teman lain sudah pulang. Lebih tepatnya, aku disini karna mendapat hukuman, jadi tidak boleh pulang dulu. Dan raib menawarkan diri membantu.




Aarggghhhh

Kenapa aku jadi bodoh seperti ini, aku si genius ali, bukan remaja 16 tahun biasa. Tapi... entahlah.

Sepanjang jalan, satu dua kakak kelas menyapa. Belum pulang. Siapa pula yang tak kenal aku sekarang. Bukan bermaksud sombong, tapi itulah kenyataannya.

Kadang aku jijik sendiri dengan tingkah mereka. Apakah mereka akan bersikap demikian kalau sampai sekarang aku masih seperti dulu? Rambut berantakan, biang kerok, pemalas, apa mereka akan kagum padaku apabila aku tidak seperti sekarang? Jawabannya, tentu tidak.

Aku lebih suka orang orang seperti sahabat sahabatku. Terutama raib. Entah dulu atau sekarang, sikapnya tidak berubah. Meski galak,ia teman yang sangat baik. Bukan berarti seli tidak seperti itu, tapi selama ini, entah karna tanggung jawab atau karna peduli, raib seakan akan menjadi sandaran saat aku lelah. Dia yang tahu sisi lemahku. Dia juga yang menguatkan ku. Sedari klan bulan, sampai klan komet minor.

A Good(shit) Friendzone ~Rali~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang