Warning part 18+
Gatau sih ini masuknya 18 atau 21. Intinya, yang masih belum layak baca, Minggir!
Kepolosan kalian tidak dapat dikembalikan!
******
“Raib...“ Ali berkata lirih. Raib yang ada didepannya langsung menoleh tanpa sepatah katapun. Sekarang mereka berada dalam salah satu stupa. Di ruangan dengan sofa dan meja.
“Maafkan aku....“ Ali menunduk. “Aku tau aku brengsek, mempermainkan perasaanmu yang sangat berharga.“
Raib terkekeh. Setelah selama ini Ali baru menyesal?
“Tapi sekarang aku menyadarinya, Ra.“ Lanjut Ali
“Aku tidak bisa hanya berteman denganmu. Aku cemburu setiap melihat kamu dekat dengan orang lain. Lucu bukan? Padahal saat itu kamu bukan pacarku.“
“Lalu apa yang kamu inginkan?“ Raib tersenyum miring.
Ali menelan ludahnya gugup. Tak pernah ia melihat raib sedingin ini.
“Bolehkah aku meminta kesempatan kedua?“ Ali menjeda kalimatnya. “Aku akan melakukan apapun, tapi beri aku kesempatan untuk memperjuangkan kamu.“
Raib menunduk mempertimbangkan apa yang harus dilakukan.
“Tolong.... Ra....“ Ali memelas. Duh... Raib jadi gemas kan. Runtuhlah tembok pertahanan miliknya.
Raib menghela nafas. “Kamu bilang akan melakukan apapun kan?“
Ali mengangguk.
Raib tersenyum jahat dan mendekat hingga jarak mereka tinggal 1 jengkal. “Benar nih kamu akan melakukan apapun.....?“
Ali mengangguk lagi.
“Apapun?“ Raib memastikan.
“Apapun!“ Jawab Ali tanpa ragu.
Raib terkekeh. Ia mendekatkan wajahnya ke arah ali membuat lelaki itu menahan nafas.
“Bagaimana jika yang aku mau adalah....“ Ucapan raib terhenti. Ia mengusap dada bidang Ali pelan.
“Hal seperti ini?“
Ali tercekat. Ia menelan ludah keras. Sial! Tiap Sentuhan dari raib.... Selalu saja begini. Sentuhan itu membangkitkan hasratnya.
Tapi apa yang raib maksud 'hal sepeti ini'?
Namun nampaknya Ali tidak perlu bertanya. Karena detik berikutnya, tanpa aba aba raib mendorong Ali ke sofa. Ali berteriak kaget, tapi hanya itu.
Ali baru tersadar saat raib merangkak ke pangkuannya. Sial! Ali menggeram frustasi. Tunggu— jangan bilang hal yang dikatakan raib adalah.... Ali melotot menyadari kemungkinan itu.
“Ra... Kamu tidak akan melakukan hal-hal gila kan?“ Nafas Ali mulai naik turun.
Raib menyeringai. “Kenapa tidak?“
“Ra... Ha...ha... Aku tau, ini balasanmu karena aku menyakiti hatimu ya, ha...ha. Tolong hentikan.“ Ali menyeka peluh, panik.
“Siapa bilang?“ Raib tersenyum menggoda. “Aku serius, tuan muda Ali.“
Raib lalu mendekatkan mukanya ke telinga Ali. “Bisa kita mulai tuan muda? Hmm~?“ Bisiknya.
“Eunggghhh.“ Ali melenguh pelan saat bibir raib mengecup lehernya. Dadanya naik turun menahan siksaan jenis baru ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Good(shit) Friendzone ~Rali~
Fiksi Penggemar(One shoot + good (shit) friendzone) Ali dan Raib. Dunia paralel mempertemukan mereka melalui sebuah garis takdir panjang, mereka lahir atas perjuangan dan pengorbanan tak ternilai. Pengkhianatan, persahabatan, dan pertarungan mengiringi kisah...