Alhamdulillah dikasih kesempatan nulis lagi.
Sorry ya semua, seminggu ini kerasa dibanting banting kesana sini.
Ngerasa nyesel, sedih, tapi justru dikasih kebahagiaan. Tau kan gimana rasanya? Hahahaha.
Dan.... spesial chap ini pengen gue bikin sama kaya yang gue rasain. Kebahagiaan yang sesungguhnya, sebenarnya itu apa?
Note : baca dulu cerita pendek bang tere yang judulnya 'sebenarnya ali itu...'
Waktu baca ceritanya sekitar.... 1 tahun lalu, gila sih nyesek juga. Gue takut yang ali suka itu seli. Dan.... bakal jadi hari patah hati satu konstelasi.
****
(Raib POV)
"Aku menyukainya ra."
Aku sontak menoleh pada ali yang berada di sebelahku.
Malam ini, 1 hari sebelum valentine. ali memintaku ke basement miliknya. Katanya ia ingin bicara. Aku awalnya menolak. Ada kompetisi menulis yang aku ikuti besok pagi. Lagipula, kalau hanya ingin curhat, ia bisa meminta seli. Tapi ali memaksa, ya sudah, aku ikuti saja.
Akhirnya... disinilah kami berbicara. Di basement yang sangat amat berantakan. Kami duduk bersisian.
Dan..... pernyataan ali tadi membuatku terkejut.
Aku menelan ludah, bertanya. "Menyukainya?"
Ali mengangguk malu malu. "Iya, aku menyukainya sejak lama. Sejak tidak ada yang peduli padaku, tapi dia selalu ada selama aku bersamanya."
Aku mengerutkan dahi. Mencoba mengikuti alur percakapan. Meski perlahan, aku merasa perasaanku hancur.
"Dia? April?" Aku bertanya lagi.
Ali terdiam sebentar, wajahnya bersemu merah. Lalu mengangguk, membenarkan tebakanku.
"Iya. Aku memang menyukainya sejak lama. Dia baik, dan dia mengerti aku selama ini."
Ucapan itu seperti menusuk ke dalam jantungku. Ali benar, selama ini, April lah yang paling mengerti dia apa adanya. Bukan orang lain. Dan, ali menyukainya. Itu tidak aneh, kan? Bahkan seharusnya aku sangat senang karna ali tidak akan kesepian lagi.
Aku memutuskan tertawa, meski hambar.
"Hahahah.... selamat ali. Akhirnya kau tidak akan sendirian lagi." Kataku.Ali nyengir lebar. Masih terlihat semburat merah di wajahnya.
"Kau akan menembaknya besok ali? Saat valentine? Dengan coklat? Wah.... itu sangat romantis." Aku terkekeh.
Wajah ali makin bersemu merah. Dan hatiku makin remuk redam.
"Inginnya sih begitu, ra. Tapi apa dia mau denganku? Lihatlah, aku hanya biang kerok berambut berantakan. Bahkan fakta rambut berantakan itu diakui warga Pulau hari kamis di klan komet, lalu aku juga--"
Aku memotong sebelum dia makin minder. "Kau genius ali, jangan lupakan itu."
Ali menunduk. Seakan berkata kalau kejeniusan nya itu bukan alasan dia bisa merasa cukup.
Aku merengkuh bahunya, memberi semangat meski perasaanku sendiri hancur.
"Dia akan menerimamu apa adanya ali. Seperti selama ini." Aku meyakinkannya.
"Apa kau tidak sedih ra?"
Aku tersentak dengan pertanyaan itu. Namun mencoba menguasai diriku sebisa mungkin.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Good(shit) Friendzone ~Rali~
Fanfic(One shoot + good (shit) friendzone) Ali dan Raib. Dunia paralel mempertemukan mereka melalui sebuah garis takdir panjang, mereka lahir atas perjuangan dan pengorbanan tak ternilai. Pengkhianatan, persahabatan, dan pertarungan mengiringi kisah...